PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI C

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 7 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 7

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 4 TAHUN 2012 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 42 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 39 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PENYEDOTAN KAKUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

L E M B A R A N D A E R A H

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 12TAHUN : 1999SERI: B.12.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 18 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 21 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 05 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

TENTANG BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI C.1

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

1 of 6 02/09/09 10:52

Peraturan...

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 47 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Re

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA KTP DAN AKTE CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA METRO Tahun 2011 Nomor 06

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa untuk memperlancar pengelolaan dan pelayanan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, maka perlu adanya pengaturan tarif penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; b. bahwa Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil merupakan potensi penerimaan daerah yang perlu dikelola secara berdaya guna dan berhasil guna; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah Tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akta Catatan Sipil; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 1

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong Di Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Retribusi Daerah; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 1998 tentang Komponen Penetapan Tarif Retribusi; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Tahun 2003 Tentang Spesifikasi, Pengadaan Dan Pengendalian Blangko Kartu Keluarga, KTP, Buku Register Akta Dan Kutipan Akta Catatan Sipil; 2

12. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3); 13. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Parigi Moutong (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 7 Seri D Nomor 2 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG dan BUPATI PARIGI MOUTONG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini,yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 2. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi Moutong adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Penduduk adalah setiap orang baik warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing yang bertempat Tinggal tetap didalam Wilayah Republik Indonesia dan telah memiliki ketentuan Peraturan perundang-undang yang berlaku. 5. Kartu Tanda Penduduk, yang selanjutnya disingkat KTP, adalah alat bukti diri sebagai legitimasi penduduk yang di terbitkan oleh pejabat yang berwenang, yang dibedakan atas KTP bagi WNI maupun WNA tinggal tetap, yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Kartu Keluarga (KK) adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta karateristik anggota keluarga. 3

7. Akta Catatan Sipil adalah dokumen yang diterbitkan oleh instansi Pemerintah yang menyelenggarakan pencatatan sipil. 8. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya dan orang lain yang menjadi tanggung jawab kepala keluarga. 9. Kepala Keluarga adalah : a) Orang yang bertempat tinggal dengan orang lain baik mempunyai hubungan darah maupun tidak dan bertanggung jawab terhadap keluarga. b) Orang yang bertempat tinggal seorang diri. c) Kepala Kesatrian, asrama, rumah yatim piatu dan lain lain dimana beberapa orang bertempat tinggal bersama sama. 10. Pelayanan dalam kantor adalah pelayanan yang dilakukan di kantor oleh petugas. 11. Pelayanan luar kantor adalah pelayanan yang dilakukan di luar atau petugas melakukan pelayan di lapangan. 12. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagaii pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi. 13. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas Jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan Kepentingan dan bermanfaat secara umum serta dapat dinikmati oleh pribadi. 14. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi. 15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 16. Masa retribusi adalah masa jangka waktu tertentu yang merupakan batas wajib bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa percetakan KTP atau penerbitan Akta Catatan Sipil. 17. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati. 18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 4

20. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah. 21. Surat Ketetapan Retribusi Daearah Kurang Bayar yang dapat disingkat SKRDKB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. 22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 23. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. 24. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, menggumpulkan, mengelola data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah. 25. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penggantian biaya cetak KTP dan Akta Catatan Sipil. Obyek retribusi meliputi : a. Kartu Tanda Penduduk; b. Kartu Keluarga; c. Akta Kelahiran; d. Akta Perkawinan; e. Akta Perceraian; f. Akta Pengesahan dan pengakuan Anak; Pasal 3 g. Akta ganti nama Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing setelah ada putusan pengadilan; h. Akta kematian. 5

Pasal 4 Subyek retribusi adalah orang pribadi yang menikmati pelayanan jasa percetakan KTP dan Akta Catatan Sipil BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil digolongkan sebagai retribusi jasa umum. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Akta Catatan Sipil yang diterbitkan. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7 (1) Prinsip dan sasaran menetapkan tarif retribusi adalah untuk mengganti biaya cetak KTP dan Akta Catatan Sipil. (2) Biaya cetak sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah biaya cetak per satuan KTP dan Akta Catatan Sipil yang di bayarkan orang pribadi. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 (1) Struktur dan besarnya tarif adalah sebagai berikut: a Pelayanan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk (KTP): 1. Biaya cetak/penerbitan Kartu Keluarga/set 2. Biaya pelayanan penerbitan Kartu Tanda Penduduk a) Warga Negara Indanesia (WNI) b) Warga Negara Asing (WNA) Rp. 10.000,- Rp. 20.000,- Rp. 25.000,- 6

b Pelayanan Pencatatan dan Penerbitan Akta Catatan Sipil: 1. Biaya Pelayanan pencatatan dan penerbitan Akta Kelahiran: a) Warga Negara Indonesia (WNI) 1) Anak ke 1 dan ke 2 2) Anak ke 3 dan seterusnya b) Warga Negara Asing (WNA) 1) Anak ke 1 dan ke 2 2) Anak ke 3 dan seterusnya 2. Pelayanan dan Penerbitan Akta Perkawinan : a) Warga Negara Indonesia (WNI) 1) Pelayanan dalam Kantor 2) Pelayanan diluar Kantor b) Warga Negara Asing (WNA) 1) Pelayanan dalam Kantor 2) Pelayanan diluar Kantor c) Biaya Pelayanan Kutipan Akta Perkawinan kedua dan seterusnya untuk warga Negara Indonesia (WNI) 1) Pelayanan dalam Kantor 2) Pelayanan diluar Kantor d) Biaya Pelayanan Kutipan Akta Perkawinan kedua dan seterusnya untuk warga Negara Asing (WNA) 1) Pelayanan dalam Kantor 2) Pelayanan diluar Kantor e) Pencatatan Perkawinan yang melebihi jangka waktu 1 (satu) bulan sejak pengesahan perkawinan Perkawinan menurut Agama di kenakan biaya ; 1) Warga Negara Indonesia (WNI) a) Pelayanan dalam Kantor b) Pelayanan diluar Kantor 2) Warga Negara Asing (WNA) a) Pelayanan dalam Kantor b) Pelayanan diluar Kantor f) Biaya Pencatatan dan Penerbitan kutipan Akta Perceraian : 1) Warga Negara Indonesia (WNI) 2) Warga Negara Asing (WNA) 3) Pencatatan melebihi jangka waktu 1 (satu) bualan sejak tanggal ditetapkan oleh Pengadilan Negeri dikenakan biaya: a) Warga Negara Indonesia (WNI) b) Warga Negara Asing (WNA) Rp. 20.500,- Rp. 22.500,- Rp. 30.000, Rp. 35.000,- Rp. 95.000,- Rp.130.000,- Rp.130.000,- Rp.165.000,- Rp.150.000,- Rp.175.000,- Rp.200.000,- Rp.250.000,- Rp.125.000,- Rp.150.000,- Rp.175.000,- Rp.200.000,- Rp. 75.000,- Rp.125.000,- Rp.100.000,- Rp.150.000,- 7

g) Biaya Pencatatan dan Penerbitan Kutipan Akta Kematian : 1) Warga Negara Indonesia (WNI) 2) Warga Negara Asing (WNA) Rp. Nihil Rp. Nihil h) Biaya Pencatatan dan Penerbitan Akta Pengesahan dan Pengakuan Anak 1) Warga Negara Indonesia (WNI) 2) Warga Negara Asing (WNA) Rp.100.000,- Rp.200.000,- 3) Bagi Pencatatan Pengesahan dan Pengangkatan anak yang melebihi jangka waktu 1 (satu) bulan sejak keputusan pengangkatan anak dari Pengadilan Negeri, yang telah mempunyai kekuatan Hukum tetap dan atau tanggal Pengukuhan Pengadilan Negeri bagi Pengangkatan anak melalui Notaris dikenakan biaya : a) Warga Negara Indonesia (WNI) b) Warga Negara Asing (WNA) Rp.125.000,- Rp.225.000,- (2) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah. BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN DAN BAGI HASIL RETRIBUSI Pasal 9 Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Parigi Moutong Pasal 10 (1) Hasil penerimaan Retribusi 10 % (sepuluh perseratus), diperuntukkan bagi Desa. (2) Penggunaan bagian Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sepenuhnya oleh Desa. BAB VIII MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 11 Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 3 (tiga) tahun atau ditetapkan lain oleh Bupati. Pasal 12 Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. 8

BAB IX SURAT PENDAFTARAN Pasal 13 (1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD (2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB X PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 14 (1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan/atau data semula belum terungkap dan menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT. (3) Bentuk isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SKRDKB dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB X TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 15 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKB dan SKRDKBT. BAB XI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 16 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua perseratus ) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. 9

BAB XII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 17 (1) Pembayaran retribusi yang terutang dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKB, SKRDKBT dan STRD. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB XIII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 18 (1) Pengeluaran surat Teguran/peringatan/surat lain sejenis sebagai awal pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. BAB XIV KEBERATAN Pasal 19 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan- alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap suatu keberatan,sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. 10

Pasal 20 (1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan BAB XV PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 21 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati, dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan,permohonan pengembalian retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya,kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 22 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk dengan sekurang-kurangnya menyebutkan: a. Nama dan alamat Wajib Retribusi; b. Masa retribusi; c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas. (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. 11

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 23 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah pembayaran kelebihan retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya,sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemidahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. BAB XVI PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 24 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi. (3) Pembebasan retribusi diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam atau kerusuhan. (4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB XVII KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 25 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkan surat teguran; atau b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XVIII PENYIDIKAN Pasal 26 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 12

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari,mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti,mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan pidana retribusi daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatat, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah; f. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan pemeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c; g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; h. Memanggil orang untuk mendengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; i. Menghentikan penyidikan; j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 27 (1) Wajib Retribusi yang tidak menjalankan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang. (2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Hal-hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. 13

Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong. Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005 BUPATI PARIGI MOUTONG Diundangkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005 LONGKI DJANGGOLA SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG Drs. TASWIN BORMAN, M. Si Pembina Utama Muda NIP. 010 081 665 LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 13 SERI C NOMOR 6 14

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL I. UMUM Dengan di undangkanya Undang undang Nomor 10 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong di Propinsi Sulawesi Tengah, maka sebagai Daerah Otonomi perlu memiliki Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil Tujuan di tetapkanya Peraturan Daerah tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP, Kartu Keluarga dan Akta Catatan Sipil adalah sebagai dasar pungutan bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Pelayanan Penerbitan KTP dan Akta Catatan Sipil. Dengan di terbitkanya Peraturan Daerah Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil ini, maka dasar pungutan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini tidak berlaku lagi. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 15

Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Yang dimaksud Warga Negara Indonesia (WNI) adalah Warga Negara Indonesia yang berada dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan yang bertempat tinggal di luar domisili asli. Ayat (5) Yang dimaksud Warga Negara Asing (WNA) adalah Orang Asing yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan telah mendapat izinmasuk dan izin tinggal tetap serta izin tinggal terbatas dari instansi berwenang. Ayat (1) Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian 16

tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi. Ayat (2) Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan. Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 17