PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LESI PLEXUS BRACHIALIS DEXTRA. DI RSAL. Dr. RAMELAN SURABAYA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LESI PLEXUS BRACHIALIS DEXTRA. di RSAL RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA. KASUS DROP HAND SINISTRA e.c LESI NERVUS RADIALIS. di RSUP Dr.SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ERB S PARALYSIS DEXTRA. DI RSUP Dr SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LESI NERVUS RADIALIS SINISTRA. di RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRACTURE CAPUT HUMERI DISERTAI DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELLS PALSY DEXTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI PUSKESMAS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DROP HAND DEXTRA DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DROP FOOT ec. LESI NERVUS PERONEUS SINISTRA DI RSUD KABUPATEN SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Plexus Brachialis Injury adalah salah satu plexus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

DEXTRA e.c LESI ILMIAH PUBLIKASI J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA THORAKAL XII LUMBAL 1 dengan FRANKLE A

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan

Disusun oleh: RUSTRIA IKA PURWANINGSIH J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR COLUMN FEMUR DEXTRA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDHI Dr. SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

BAB 1 PENDAHULUAN. yang umumnya terjadi pada daerah siku (Setiawan, 2011). digunakan dalam permainan tenis dalam melakukan service, overhead

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

MAKALAH WRIST DROP. Disusun Oleh : BINARTHA UTAMI Pembimbing : dr. Aida Fithrie, Sp.S

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER DEXTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD KARANGANYAR

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSAL RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR SUBTROCHANTOR FEMUR SINISTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR DEXTRA DI RSO.PROF.DR.R.

Oleh: ARIF FI AM J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

DEWI TRI MAULITA J

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

Transkripsi:

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LESI PLEXUS BRACHIALIS DEXTRA DI RSAL. Dr. RAMELAN SURABAYA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DEVI AYU TRISNANINGRUM J 100 100 083 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ABSTRAK PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LESI PLEXUS BRACHIALIS DEXTRA DI RSAL RAMELAN SURABAYA ( Devi Ayu Trisnaningrum, 2013, 63 halaman ) Latar Belakang : Lesi plexus brachialis merupakan suatu injury berupa keadaan yang abnormal pada lengan, dimana otot-otot yang disarafi oleh plexus brachialis mengalami kelumpuhan. Pada gangguan lesi plexus brachialis dapat terjadi atrofi yang disebabkan karena lengan inaktif bergerak. Tujuan : Untuk mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi Interupted Direct Current (IDC) dan Terapi latihan dalam meningkatkan kemampuan sensoris, volume otot, meningkatkan kekuatan otot lengan, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kemampuan funngsional lengan kanan pada kondisi lesi plexus brachialis dextra. Dengan modalitas Interupted Direct Current (IDC) dan Terapi latihan diharapkan dapat mengurangi keluhan-keluhan akibat lesi Plexus brachialis Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil peningkatan kemampuan sensoris T1:3/5 menjadi 4/5, volume otot T1:28 cm tetap 28 cm, peningkatan kekuatan otot peningkatan pronator T1: 2- menjadi 2+, Supinator T1: 2- menjadi 2+, fleksor bahu T1: 1+ menjadi 2, ekstensor bahu T1: 1+ menjadi 2, Abduktor bahu T1: 2- menjadi 2+, adductor T1: 1+ menjadi 2, eksorotator bahu T1: 2- menjadi 2+, endorotator bahu 1+ menjadi 2, fleksor siku T1: 2- menjadi 2+ dan ekstensor siku T1: 2- menjadi 2+. Kesimpulan : penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi lesi plexus brachialis dextra dengan modalitas arus Interupted Direct Current (IDC) dan terapi latihan dapat meningkatkan kemampuan sensoris, mempertahankan volume otot, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan kemampuan fungsional lengan kanan Kata kunci: lesi plexus brachialis, interupted Direct Current (IDC), terapi latihan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan akan kesadaran kesehatan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan bagi setiap penduduk. Kesehatan yang optimal merupakan suatu keadaan sejatera untuk raga, jiwa dan sosial yang memungkinkan individu hidup produktif secara sosial maupun ekonomi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peralatan listrik (elektroterapi dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. (KEPMENKES RI NO 376/ MENKES/ SK/ III/ 2007) Beberapa akibat kecelakaan adalah dislokasi yang disebabkan oleh kekuatan dengan tiba tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan dan terjadi tergantung pada derajat kekuatannya.setiap trauma yang dapat mengakibatkan dislokasi juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak di sekitar dislokasi mulai dari otot, fascia, kulit, tulang, sampai struktur neuromuscular (Suroto dkk, 2009). 1

Pada kerusakan neuromuscular akibat dislokasi tersebut akan mencederai saraf yang mempersarafi otot untuk sebuah gerakan. Kejadian tersebut salah satunya adalah kerusakan pada plexus brachialis.cedera plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-Th1. Cedera tersebut mengakibatkan kelemahan otot pada otot-otot yang terinerfasi oleh C5, C6, C7, C8, dan Th1 (Subagyo, 2013). Informasi yang didapat mengenai insiden cedera saraf perifer menurut Office of Rare Disease of National Institutes of Health kejadiannya kurang dari 200.000 jiwa per tahun dihitung pada populasi di Amerika Serikat. Sebagian besar korbannya adalah pria muda yang berusia 15-25 tahun. Sementara itu cedera lesi plexus brachialis terus meningkat pula di kota-kota besar di Indonesia. Di Surabaya kebanyakan pasien dengan lesi plexus brachialis adalah laki-laki berusia antara 15 dan 25 tahun. 70% dari lesi plexus brachialis terjadi karena kecelakaan kendaraan bermotor (Suroto, 2009). Sedangkan di rumah sakit angkatan laut dr. Ramelan Surabaya tercatat pada tahun 2012 terdapat kasus dislokasi sejumlah 50 pasien dan yang mengalami dislokasi sendi bahu dan clavicula sejumlah 4 pasien dengan kondisi lesi plexus brachialis Lesi plexus bracialis kejadiannya adalah 10% dari lesi saraf perifer.cedera ini mengakibatkan otot lemah dan kesemutan tergantung bagian lesi yang terlibat.pemulihan pada lesi ini bervariasi dimana pada lesi yang ringan dapat terjadi

pemulihan spontan dan tidak meninggalkan banyak masalah fungsional, namun lesi berat pemulihan fungsional sulit didapatkan.pemulihan pada lesi saraf perifer ada pada tipe klinis cidera syaraf Neuropraksia, Aksonotmesis dan Neurotmesis (Seddon, 1944). Dari aspek fisioterapi, lesi plexus brachialis menimbulkan gangguan yaitu Impairment, seperti penurunan kemampuan sensoris, menurunya kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi dan volume otot.functional limitation seperti sholat, memakai baju, menulis, mencuci dan mengendarai kendaraan. Partisipation Restriction yaitu ketidak mampuan melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan tertentu dalam lingkungan sosial misalnya kerja bakti di masyarakat. Adapun peran fisioterapi dalam penanganan kondisi lesi plexus brachialis adalah bermacam macam modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada permasalahan penurunan kemampuan sensoris, penurunan kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi dan adanya atrofi. Untuk kondisi ini modalitas fisioterapi yang digunakan Electrical Stimulation dan Terapi Latihan. Dengan pemberian modalitas tersebut, tujuan fisioterapi yang ingin dicapai antara lain mempertahankan volume otot, meningkatkan kemampuan sensoris, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi.

B. Tujuan penulisan Berdasarkan permasalahan yang ada pada lesi plexus brachialisdextra adalah penurunan kemampuan sensoris, penurunan kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan massa otot dan penurunan kemampuan fungsional, dengan pendekatan modalitas ArusInterupted Direct Current (IDC) dan Terapi Latihan, maka penulis merumuskan sebagai berikut : beberapa tujuan yang hendak dicapai, antara lain : Tujuan Umum: 1. Memahami peranan IDC dan Terapi Latihan pada lesi plexus brachialis? Tujuan khusus: 1. Mengetahui bagaimana Electrical stimulasi arus IDC dan Terapi Latihan dalam meningkatkan kemampuan sensoris lengan dextra pada kondisi lesi plexus brachialis? 2. Mengetahui pengaruh IDC dan Terapi Latihan dalam meningkatkan kekuatan otot lengan dextra pada kondisi lesi plexus brachialis? 3. Mengetahui pengaruh IDC dan Terapi Latihan dalam mencegah atrofi lengan dextra pada kondisi lesi plexus brachialis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kasus Lesi plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-Th1. plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke arah axial yang dibentuk ramus ventral saraf ventral syaraf vertebra C5-Th1. Lesi pada plexus brachialis dapat mempengaruhi fungsi saraf motorik dan sensorik pada membrum superium (Subagyo, 2013). 1. Anatomi a. Nervus plexus brachialis Plexus brachialis dibentuk oleh bagian anterior 4 nervus cervicalis yang terakhir dan oleh nervus thoracalis pertama. Radiks plexus brachialis terdiri atas C5 dan C6 yang bersatu membentuk truncus bagian atas (upper trunk), C7 yang menjadi truncus bagian tengah (middle trunk), C8 serta T1 yang bergabung membentuk truncus bagian bawah (lower trunk). Masing-masing truncus terbagi lagi menjadi bagian anterior dan posterior.bagian anterior truncus atas dan tengah membentuk fasciculuslateralis, bagian anterior truncus bawah bergabung membentuk fasciculus posterior (Chusid, 1993). 5

Sejumlah serabut saraf yang lebih kecil timbul dari berbagai bagian plexus.cabang cabang dari radiks plexus yaitu sebuah cabang menuju nervus phrenicus dari C5.Nervus thoracalisposterior terdiri atas nervus scapularis dorsalis C5, saraf motorik ke musculus rhomboideus dan nervus thoracalis longus C5-C7 yang berjalan turun mensarafi m. Serratus anterior.cabang cabang syaraf juga menuju m. Scalenus dan longus colli dari C6-Th8. Nervus intercostalis yang pertama berjalan dari T1.Cabang cabang dari trunkus yaitu sebuah saraf berjalan ke musculus subclavius (C5-C6) dan trunkus atas atau radiks kelima.nervus subscapularis (C5-C6) timbul dari trunkus atas atau bagian anteriornya dan mempersarafi musculus supraspinatus dan infraspinatus. Cabang cabang dari fasciculus yaitu nervus thoracalis anterior medialis dan lateralis berjalan dari fasciculus medialis (C8-TH1) dan lateralis (C5-7) masing masing dan biasanya disatukan oleh suatu loop. Nervus ini mempersyarafi musculus pectoralis major dan pectoralis minor (Chusid, 1993). Ketiga nervus subscapularis dari fasciculus posterior terdiri atas : (1) nervus subscapularis atas (C5-C6) ke musculus subscapularis, (2) nervus thoracodorsalis atau subscapularis medius (longus) (C7-C8) yang menginervasi musculus latissimus dorsi dan (3) nervus subscapularis sebelah bawah (C5-C6) yang menuju musculus teres major dan bagian musculus subscapularis. Cabang cabang sensorik fasciculus medialis (C8-Th1) terdiri atas nervus cutaneus antebrachialis medialis yang menuju ke permukaan medial lengan (Chusid, 1993)

2. Patologi Pada kasus ini lesi plexus brachialis terjadi akibat benturan keras sendi bahu yang mengakibatkan terminal plexus robek.terjadi karena tarikan yang kuat antara leher dengan bahu atau antara ekstremitas atas dengan trunk.patologi saraf muncul diantara dua titik. Pada titik proksimal di medulla spinalis dan akar saraf (nerve root junction), sedangan pada titik distal ada di neuromuscular junction. Processus coracoideus sebagai pengungkit saat hiper abduksi yang kuat pada bahu. Selain arah gerakan yang kuat pada plexus brachialis, kecepatan tarikan menentukan terjadinya kerusakan saraf. Sehingga terjadilah cedera pada akar saraf C5-Th1 (Songcharoen 1995). 3. Etiologi Sebagian besar traction injury akibat dislokasi terjadi pada kecelakaan lalu lintas. Dari data yang terkumpul, 1173 pasien lesi plexus brachialis dewasa, 82 % disebabkan karena kecelakaan saat mengendarai sepeda motor.korban jatuh saat mengendarai sepeda motor dengan kepala dan bahu membentur tanah. Benturan yang terjadi dengan posisi bahu depresi dan kepala fleksi ke arah yang berlawanan. Gerakan yang sangat tiba tiba tersebut juga menyebabkan cedera tarikan pada clavicula dan struktur di bawahnya termasuk plexus brachialis dan vena subclavia. Apabila clavicula sebagai penghubung paling kuat antara bahu dengan kepala patah, maka semua gaya tarikan berpindah ke serabut neurovascular. Mekanisme cedera

semacam ini menyebabkan kerusakan yang parah pada serabut saraf bagian atas. Hiperabduksi shoulder atau tarikan yang kuat yang menyebabkan melebarnya sudut scapulohumeral kebanyakan mempengaruhi akar saraf C8 dan T1, cedera traksi dengan kecepatan tinggi bisa menyebabkan avulsi (robek) akar saraf dari medulla spinalis. 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada lesi plexus brachialis adalah ditandai dengan adanya paralisis pada otot deltoid, otot biceps, otot ekstensor karpi radialis brevis dan ekstensor karpi radialis longus, kadang kandang juga otot supraspinatus dan infraspinatus yang disebabkan Karena tergangguna otot yang terdinerfasi oleh percabangan syaraf plexus brachialis. Kemudian akan menyebabkan hilangnya gerakan abduksi, adduksi, fleksi dan ekstensi shoulder, endorotasi dan eksorotasi shoulder, gerakan fleksi dan ekstensi elbow, gerakan dorso fleksi dan palmar fleksi, serta kadang-kadang adanya hilang rasa sensoris di area dermaton C5-Th1 dan atrofi bahkan kontraktur pada grup otot fleksor dan ekstensor lengan (Kimberly, 2009). 5. Prognosis Lesi plexus brachialis merupakan salah satu gangguan pada saraf perifer. Seddon dan Wadsworth membagi klasifikasi lesi saraf tepi menjadi 3 kategori yaituneuropraxia, Axonotmesi danneurotmesis.

BAB III PROSES FISIOTERAPI Pasien bernama Vertindo, umur 24 tahun, jenis kelamin : laki-laki, agama : islam, pekerjaan : mahasiswa, dan alamat : Mluru permai, Sidoharjo, Jawa Timur. dengan diagnosislesi plexus brachialis dextra, Pasien mengeluhkan lemah dan tidak bisa digerakkan pada lengan kanannya dan otot lengannya semakin mengecil. Dari pemeriksaan tersebut terdapat kelemahan otot, penurunan kemampuan sensoris, pengecilan otot dan penurunan kemampuan fungsional.parameter yang di gunakan antara lain evaluasi tajam dan tumpul, panas dan dingin untuk kemampuan sensoris, evaluasi kekuatan otot dengan MMT dan pengukuran lingkar segmen pengecilan otot dengan parameter midline. Pasien masih kesulitan menggerakkan lengan, selain itu pasien kesulitan dalam aktivitas fungsionalnya, seperti menulis, sholat, memakai baju dan mengendarai kendaraan. Adanya kelemahan otot pada lengan kanan akibat lesi plexus brachialis dextra, mengakibat pasien tidak bisa menggerakkan lengan nya ke segala arah seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, pronasi dan supinasi. Dalam kasus ini penatalaksanaan yang diberikan yaitu dengan Interrupted Direct Current (IDC)dan terapi latihan. 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL a. Sensibilitas Jenis Tes Nilai T1 T2 T3 T4 T5 T6 Tajam-tumpul 3/5 3/5 3/5 4/5 4/5 4/5 Panas-dingin 2/5 2/5 2/5 3/5 3/5 3/5 Dari tablel dapat di simpulkan mulai dari T1 sampai T3 belum ada peningkatan, sedangkan mulai dari T4 sampai T6 mulai ada peningkatan sensibilitas kulit. b. Atrofi dengan antropometri Titik Patokan dari acromion ke distal Lengan Kiri Lengan kanan (cm) T 0 T 1 T 2 T 3 T 4 T 5 T 6 10 cm 30 cm 28 28 28 28 28 28 28 20 cm 26 cm 24 24 24 24 24 24 24 30 cm 24 cm 23 23 23 23 23 23 23 40 cm 21 cm 20 20 20 20 20 20 20 10

Dari table di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari T1 sampai T6 tidak terjadi kenaikan dan penurunan volume otot lengan kanan.. c. Kekuatan otot dengan MMT Kelompok otot T1 T2 T3 T4 T5 T6 Pronator kanan 2-2- 2-2 2+ 2+ Supinator kanan 2-2- 2-2 2+ 2+ Fleksor bahu kanan 1+ 1+ 1+ 2 2 2 Ekstensor bahu kanan 1+ 1+ 1+ 2 2 2 Abduktor bahu kanan 2-2- 2-2+ 2+ 2+ Adduktor bahu kanan 1+ 1+ 1+ 2 2 2 Eksoratator bahu kanan 2-2- 2-2+ 2+ 2+ Endorotator bahu kanan 1+ 1+ 1+ 2 2 2 Fleksor siku 2-2- 2-2+ 2+ 2+ Ekstensor siku 2-2- 2-2+ 2+ 2+ Fleksor wrist 2-2- 2-2 2 2

Dari table di atas dapat di simpulkan bahwa otot penggerak pronator, supinator, fleksor bahu, ekstensor bahu, abduksor bahu, adductor bahu, ekstensor bahu, endorotator, fleksor siku, ekstensor siku mulai T1 sampai T3 belum ada perubahan nilai otot kemudian dari T4 sampai T6 didapatkan hasil adanya peningkatan kekuatan otot. B. PEMBAHASAN 1. IDC Dalam hal ini tindakan modalitas arus IDC dapat meningkatkan kemampuan motorik dan sensoris sesuai dengan efek fisiologisnya berupa depolarisasi membrane sel. Membran sel saraf dan otot potensial istirahat tertentu, di mana di dalam membrane sel lebih negative disbanding di luar membrane. Bila suatu rangsang diterima dan beda potensial membrane turun hingga mencapai nilai ambang rangsangnya, maka terjadilah depolarisasi muatan listrik, taitu muatan listriknya di dalam membrane lebih positif disbanding dengan di luar membrane, kemudian akan kembali ke potensial istirahatnya. Peristiwa depolarisasi ini pada saraf motorik akan berjalan ke distal sebagai aksi potensial yang menghasilakan kontraksi otot, sementara pada saraf sensoris aksi potensialnya berjalan ke proksimal dan menghasilkan kesadaran sensasi.

2. Terapi Latihan latihan dalam bentuk Assisted active movement, Assisted active movement bahu, Free active movement bahu, Relaxed passive movement exercise bahu, siku dapat meningkatkan kekuatan otot. Mekanisme dari latihan latihan tersebut adalah akan timbulnya kontraksi suplai darah pada daerah yang dilatih, sehingga jaringan pada daerah tersebut kaya akan oksigen, dengan demikian akan mempercepat pertumbuhan mucle fibre baru yang efeknya akan meningkatkan volume dan masa otot tersebut, sehingga secara langsung kekuatan otot akan bertambah (Mardiman 2001).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penulis melakukan pembahasan mengenai kondisi lesi plexus brachialisdextra, penulis dapat menyimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi pada kasus ini kekuatan otot lengan kanan, penurunan tingkat sensibilitas kulit, penurunan lingkup gerak sendi dan dilakukan interverensi fisioterapi dengan menggunakan Electrical stimulationinterrupted Direct Current(IDC) dan terapi latihan dengan teknik static contraction, Assisted active movement,free active movement dan relaxed pasive movement menunjukan perubahan yang cukup baik. B. Saran 1. bagi pasiendisarankan untuk melakukan terapi secara rutin, serta melakukan latihan-latihan yang telah diajarkan fisioterapis secara rutin di rumah. 2. bagi fisioterapis hendaknya benar-benar melakukan tugasnya secara professional, yaitu melakukan pemeriksaan dengan teliti sehingga dapat menegakkan diagnosa, menentukan problematik, menentukan tujuan terapi yang tepat, untuk menentukan jenis modalitas fisioterapi yang tepat dan efektif buat penderita, fisioterapis hendaknya meningkatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman terhadap hal-hal 14

yang berhubungan dengan studi kasus karena tidak menutup kemungkinan adanya terobosan baru dalam suatu pengobatan yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut. (3) bagi masyarakat umum untuk berhati-hati dalam berkendara di jalan dan patuhi peraturan lalu lintas. Disamping itu, jika telah terjadi cedera yang dicurigai terjadi lesi plexus brachialis maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera membawa pasien ke rumah sakit sebelum terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Dan punulis menyaran kan untuk semua pada kasus lesi plexus brachialis ini untuk melakukan tes laboratorium untuk lebih jelas mengetahui penyebab terjadinya lesi plexus brachialis. EMG (electromiografi) dapat menjadi sarana yang tepat untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus tersebut, apakah pasien mengalami lesi plexus brachialis yang terjadi disebabkan oleh neuropraxia, axonotmesis, atau pun neurotmesis. Sehingga prognosis yang diberikan dapat lebih tepat dan akurat. Grade lesi juga dapat dicari dengan EMG apakah dia partial ataupun total sehingga kita dapat jadikan bahan perbandingan dengan nilai dari SDC, yang menyebabkan bahwa grade lesi partial pada kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA Apley, A.Graham, 1995. Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley: Edisi ketujuh. Widya Medika. Jakarta. Chusid, J.G.1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neuro Fungsional. Cetakan Kedua. Gajah Mada University Press: Yogyakarta Depkes.2010.Definisi Fisioterapi. Diakses pada tanggal 14 mei 2011, darihttp://fisioterapigpm.blogspot.com/2010/01/definisi-fisioterapi.html Judy. 2000. Spilinting for Radial Nerve Palsy : Journal of Hand Therapy: Vol 18. North Carolina. Kisner, Carolyn, 2006. Theraupeutic Exercise Foundation and Techique. F.A Davis Company. Philadepia Lewit, Ken, 1999. Manipulation in Rehabilition of The Motor System 3r edn. London. Mardiman, Sri, 2001. Fisiologi Latihan : Politeknik kesehatan Surakarta. Jurusan Fisioterapi. Surakarta. Parjoto, Slamet, 2006. Terapi Listrik untuk Modalitas Nyeri.Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang. Semarang. Puyton, O.D, 1997. Scientific Bases For Neurophisiological Approaches to Therapeutic Exercise. Seddan, H, 1985. Surgical Disolder of Peripheral Nerves: Churchill Livingstone. Edinburgh Seddon, 1989. Topical Diagnosis Neurology : Theme Stratton. New Yor k Setiawan, 2012. Pemeriksaan Fisioterapi pada Lesi Syaraf Perifer: disajikan dalam perkulihan D3 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Mata kuliah Fisioterapi Neuromuskular II. Surakarta. Sidharta, Priguana. 1983. Neurological Rehabilitation Optimazing Motor Performance: Butterworth Heineman. Oxford

Snell, Richard. 2010. Neuro Anatomi Klinik. Jakarta: Buku kedokteran EGC Sobbota. 2000. Atlas anatomi. Jakarta. Buku kedokteran EGC Songcharoen P. 1995.Brachial Plexus Injury in Thailand: a report of 520 cases, Microsurgery 16:35-9 Subagyo. 2013. Diakses pada tanggal 24 April 2013, dari http://www.ahlibedahtulang.com Sujato dkk, 2002.Sumber Fisis: Politeknik Kesehatan Surakarta, Jurusan Fisioterapi Surakarta Suroto H, Whardani I lukita, dan Maria Patricia,2009. Tatalaksana Plexus brachialis dewasa. Mimbar. April 2009. Hal 2. Wadsworth, Hillary, 1988. ElectrophyisicalAgents in Physiotherapy Therapeutic and Diagonstic Use: APP Chanmogan Scince Press Singapore