Warta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum

dokumen-dokumen yang mirip
Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kabar dari Lokakarya Membangun Agenda Bersama II Setulang, 4-6 Desember 2000

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor 69 Tahun tentang

Warta Kebijakan. Pengantar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

Warta Kebijakan. Dampak Desentralisasi dan Otonomi Daerah terhadap Hutan dan Masyarakat Hutan. Pendahuluan. Pengurusan Hutan di Masa Desentralisasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

Dana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

HASIL PENELITIAN PEMETAAN PARTISIPATIF

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

Pelatihan Penyusunan Peraturan Desa di Bidang Tata Ruang

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DAERAH

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pelatihan Legislative Drafting di Malinau Februari 2003

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

No. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan.

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Seminar Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Oleh Pemda 24 Oktober 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, April 2002

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

No. 6, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang Dasar Hukum Di masyarakat ada kesan bahwa tata ruang tidak banyak gunanya. Tata ruang terlihat sekedar sebagai peta-peta dengan berbagai warna yang menunjukkan peruntukkan dan penggunaan lahan disertai penjelasan tertulis mengenai besaran kebutuhan alokasi ruangnya yang sama sekali tidak tercermin di lapangan. Memang tata ruang tidak akan memadai jika hanya mempertimbangkan aspek fisik, kecenderungan perkembangan dan minat investor. Tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat setempat, tata ruang tak akan bermanfaat. Tata ruang yang direncanakan dan ditetapkan tanpa peran serta ataupun diketahui oleh masyarakat juga tidak ada gunanya. Karena bagaimana suatu peraturan dapat dipatuhi bila tidak diketahui? Undang-Undang No. 24 tahun 1992 menyebutkan bahwa setiap orang, kelompok dan badan hukum berhak (dan wajib) berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketentuan ini diperinci dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Khusus untuk perencanaan tata ruang sudah ada ketentuan pelaksanaan dalam bentuk Permendagri No. 9 tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah. Sebelumnya peran serta masyarakat sebagai hak dan kewajiban juga telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang pada saat ini telah disempurnakan dan diperbaharui dengan Undang-undang No. 23 tahun 1997. Undang-undang ini menegaskan bahwa hak mendasar masyarakat adalah hak atas hidup yang layak termasuk menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat. Karena itu salah satu hak penting adalah hak atas informasi mengenai lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup (Undang-undang No. 23 tahun 1997, pasal 5) dan informasi atas rencana pengelolaan dan rencana tata ruang. Dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996 ditekankan bahwa peran serta yang dimaksud adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang (pasal 1, 11). Berarti peran serta itu diharapkan bebas dan spontan. Berarti pula bahwa pemerintah lalu berkewajiban untuk menyediakan wadah untuk menampung kehendak dan keinginan peran serta masyarakat tersebut sejak suatu rencana tata ruang sedang disusun. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996 menetapkan hak masyarakat dalam kegiatan penataan ruang masyarakat sebagai berikut: Salah satu peran serta masyarakat dalam penataan ruang (Foto: Lini Wollenberg) Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang kawasan dan rencana rinci tata ruang kawasan Menikmati manfaat ruang dan pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang

Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang. Untuk itu masyarakat wajib untuk: Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Peran serta... mengapa? Menurut hukum, pemanfaatan ruang harus mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, selaras, seimbang dan berkelanjutan dan dilakukan berdasarkan keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum (Undang-undang No. 24 tahun 1992, pasal 2). Dalam pasal 4, 5 dan 6, Undang-undang ini secara khusus menjabarkan hak dan kewajiban setiap orang untuk berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Maka, kewenangan pemerintah dibatasi oleh kewajiban mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian lingkungan hidup dan/atau tata ruang. Pada dasarnya, penataan ruang perlu dilakukan untuk mengelola konflik dalam alokasi dan/atau distribusi pemanfaatan berbagai sumber daya secara efisien, adil dan berkelanjutan. Konflik yang dimaksud baik konflik terpendam maupun yang terbuka karena salah satu pihak telah bertindak untuk melaksanakan tujuannya yang berbenturan dengan tujuan dan kepentingan pihak lainnya. Untuk menghindari ataupun mengatasi konflik demikian diperlukan peran serta semua pihak. Tabel 1. Bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang Dalam Perencanaan Tata Ruang Dalam Pemanfaatan Ruang Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pemberian masukan untuk Pemanfaatan ruang daratan Pengawasan terhadap menentukan arah dan ruang udara pemanfaatan ruang pengembangan wilayah Identifikasi potensi dan masalah Bantuan pemikiran Bantuan pemikiran atau pembangunan termasuk bantuan dan pertimbangan berkenaan pertimbangan untuk penertiban untuk memperjelas hak atas ruang dengan bentuk dan pola kegiatan pemanfaatan ruang dan pemanfaatan pedesaan peningkatan kualitas pemanfaatan dan perkotaan ruang Pemberian masukan dalam Penyelenggaraan kegiatan merumuskan perencanaan pembangunan berdasarkan tata ruang tata ruang yang telah ditetapkan Pemberian informasi, saran, Pengaturan pemanfaatan tanah, pertimbangan atau pendapat air, udara dan sumber daya alam dalam penyusunan strategi untuk tercapainya pemanfaatan pelaksanaan pemanfaatan ruang ruang yang berkualitas Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang Kerja sama penelitian dan pengembangan Bantuan tenaga ahli Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai Rencana Tata Ruang Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian lingkungan

Adapun tujuan peran serta masyarakat dalam penataan ruang adalah: Meningkatkan mutu, proses dan hasil penataan ruang Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan tanggung jawab masyarakat tentang pemanfaatan dan pengaturan pemanfaatan sumber daya alam Menciptakan mekanisme keterbukaan tentang kebijaksanaan penataan ruang. Bagaimana masyarakat bisa berperan serta? Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996 menetapkan bahwa masyarakat berhak dan wajib berperan serta dalam keseluruhan proses penataan ruang, yaitu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Permendagri No. 9 tahun 1998 menetapkan secara cukup rinci bagaimana dan pada saat mana masyarakat dapat ikut berperan serta. Secara umum bentuk peran serta masyarakat belum meliputi keikutsertaan dalam pengambilan keputusan tetapi lebih berbentuk pemberian bantuan terhadap proses yang dilaksanakan pemerintah (lihat Tabel 1). Pertanyaan yang muncul adalah, apakah seharusnya masyarakat ikut serta dalam proses pembangunan oleh pemerintah ataukah pemerintah yang ikut serta dan mengarahkan proses pembangunan oleh masyarakat? Seperti ditetapkan yang boleh berperan serta adalah perorangan berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin terutama yang bertempat tinggal dan/atau mempunyai hak atas ruang di wilayah atau kawasan yang direncanakan. Selaku kelompok orang, persyaratan untuk berperan serta adalah bahwa kelompok tersebut, baik Masyarakat Adat, kelompok profesi (kelompok tani) atau kelompok minat terbentuk secara swadaya atas kehendak sendiri dan diakui oleh masyarakat di wilayah atau kawasan yang direncanakan. Hak utama diberikan pada kelompok yang tinggal dan/atau mempunyai hak atas ruang di wilayah tersebut. Masyarakat yang ingin berperan serta dapat menyampaikan masukannya secara lisan ataupun tertulis kepada DPRD Kabupaten dan atau Bappeda. Untuk itu pemerintah perlu mengumumkan rencana perencanaan tata ruang pada masyarakat. Masyarakat lalu mempunyai waktu 30 hari untuk menyampaikan masukan untuk penentuan arah pengembangan dan/atau identifikasi potensi dan masalah. Kesempatan khusus untuk menyampaikan masukan secara langsung adalah melalui forum pertemuan atau konsultasi publik yang diselenggarakan pemerintah. Gambar 1. Proses perencanaan tata ruang dan peran serta masyarakat

Pemerintah, bekerja sama dengan tenaga ahli dan instansi terkait, dan dengan mempertimbangkan semua masukan dari masyarakat kemudian menyusun rancangan rencana tata ruang. Untuk itu pemerintah juga diharapkan melaksanakan lokakarya multipihak. Rancangan itu kemudian diumumkan, dan dalam jangka waktu 30 hari setelah diumumkan masyarakat berhak menyampaikan keberatan dan tanggapan mereka. Kesempatan khusus diberikan melalui forum pertemuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan tata ruang adalah penetapan rencana tata ruang. Rancangan yang sudah disempurnakan disampaikan oleh pemerintah melalui DPRD untuk disetujui dan kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Alur kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 1. Apa hak dan kewajiban pemerintah daerah? Masyarakat berhak berperan serta dan pemerintah wajib memungkinkan pelaksanaan hak tersebut. Untuk itu pertama-tama masyarakat perlu mengetahui bahwa proses perencanaan tata ruang akan dimulai. Hal ini dilaksanakan melalui pengumuman dengan cara yang memungkinkan seluruh masyarakat mengetahuinya. Tidak cukup disebarluaskan dengan surat kabar jika surat kabar tidak sampai di pelosok. Diperlukan berbagai cara, melalui siaran radio dan televisi, surat edaran ataupun utusan dan melalui forum pertemuan. Agar supaya semua orang dapat mengetahuinya pengumuman tersebut dilakukan selama 7 hari. Proses pengumuman selama 7 hari, penerimaan masukan selama 30 hari, dan forum pertemuan perlu diulangi untuk tiap tahapan proses perencanaan yaitu persiapan, penentuan arah kebijakan, perumusan rencana dan penetapan rencana. Khusus forum pertemuan harus diadakan di semua tingkat dari kabupaten sampai desa, bahkan sampai RW/RT untuk rencana rinci tata ruang. Secara khusus DPRD berperan untuk menerima saran, pertimbangan, pendapat dan tanggapan, keberatan atau masukan untuk dijadikan pertimbangan dalam penetapan tata ruang. DPRD juga bertanggung jawab agar peran serta masyarakat betul-betul terlaksana. Di pihak lain, pemerintah yang diwakili Bupati dan/atau Bappeda juga wajib menerima dan memperhatikan saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan atau masukan yang disampaikan masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang itu. Dan tentunya semua hal itu harus ditindak lanjuti dan dijadikan pertimbangan dalam penetapan rencana tata ruang kemudian. Pemerintah juga berkewajiban melakukan pembinaan, penyebarluasan informasi dan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang ketentuan peraturan perundangan atau kaidah yang berlaku. Bentuk lain peran serta masyarakat Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan desentralisasi, masyarakat maupun pemerintah mempunyai peluang baru untuk belajar bagaimana peran serta dan kerja sama yang baik. Tidak bisa diharapkan bahwa semua masyarakat akan berminat menyampaikan masukannya secara langsung pada pemerintah. Pemerintahlah yang perlu mengambil inisiatif dengan mengirim utusan ke masyarakat untuk mengumpulkan masukan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996 dan Permendagri No. 9 tahun 1998 dikatakan bahwa salah satu cara pertukaran informasi antara pemerintah dan masyarakat adalah melalui forum pertemuan. Forum pertemuan, yang sekarang sering pula disebut Mekanisme Konsultasi Publik merupakan cara peran

serta masyarakat yang cukup berdampak bila diselenggarakan dengan baik. Penyelenggaraan Konsultasi Publik ini adalah tanggung jawab pemerintah dan dapat berupa diskusi, lokakarya, atau seminar. Agar dapat berlangsung dengan baik dan benar serta bermanfaat maka sebaiknya konsultasi demikian dilakukan dengan bantuan seorang fasilitator atau pendamping. Dalam forum pertemuan atau konsultasi publik, pemerintah dapat menyampaikan rencana kerjanya dan masyarakat dapat menyampaikan masukan, saran, dan pertimbangan ataupun keberatan mereka. Syarat agar komunikasi dua arah ini tercapai adalah sikap terbuka dan kemauan mendengar dari kedua belah pihak. Cara peran serta masyarat yang lain adalah melalui pemetaan partisipatif. Cara ini terutama bermanfaat pada langkah kedua dalam proses perencanaan yaitu identifikasi potensi dan masalah. Dengan pemetaan partisipatif, masukan dan aspirasi masyarakat dapat disampaikan dalam bentuk yang jelas dan mudah dimengerti semua pihak. Bukan saja kejelasan mengenai hak masyarakat tetapi juga pandangan masyarakat mengenai tata guna lahan pada umumnya dapat terlihat dari kegiatan ini. Pemetaan partisipatif juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan dan mencapai kesepakatan atas rencana pemanfaatan ruang itu sendiri. Misalnya untuk menentukan batas hutan, lokasi pemukiman dan lahan pertanian dan kebutuhan akan transportasi. Manfaat yang sudah teruji adalah bahwa pemetaan partisipatif merupakan cara efektif untuk mendorong peran serta karena cukup mudah dilakukan; kegiatan ini juga merupakan proses penyadaran dan pemberdayaan masyarakat karena penggalian informasi berlangsung melalui diskusi yang memunculkan keterkaitan antara berbagai hal dan kegiatan dalam kawasan tertentu; dan bagi orang luar pemetaan bermanfaat untuk mengetahui gambaran tentang keadaan wilayah, membantu orang luar tersebut belajar dan mengerti cara pandang masyarakat, prioritas mereka dan alasan-alasan mereka memanfaatkan suatu kawasan untuk tujuan dan dengan cara tertentu. Masyarakat juga dapat berperan serta melalui proses pengelolaan konflik mengingat bahwa penataan ruang pada dasarnya dilakukan untuk mengelola konflik kepentingan dalam alokasi atau pembagian pemanfaatan berbagai sumberdaya. Salah satu konflik yang terpenting adalah pertentangan antara kepentingan umum, termasuk kepentingan masyarakat umum di luar kabupaten, dengan kepentingan perorangan. Dalam mengelola konflik, langkah pertama adalah pengakuan bahwa memang ada konflik kepentingan atau beda pendapat mengenai penataan ruang. Setelah itu dirundingkan cara terbaik menyelesaikan konflik tersebut. Salah satu cara penyelesaian konflik atau beda pendapat meliputi konsultasi dan perundingan atau dengan perkataan lain melalui musyawarah. Bila perlu perundingan melibatkan seorang penengah dan/atau tenaga ahli. Diharapkan bahwa cara ini menghasilkan kompromi yang menguntungkan dan memuaskan bagi semua pihak yang kemudian dapat menjadi kesepakatan bersama. Sumber Hukum Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang Permendagri No. 9 tahun 1998 tentang Tata Cara Peranserta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah

Peta tata ruang masyarakat (Foto: Lini Wollenberg) No. 6, Agustus 2002 Kamus istilah undang-undang Tata Ruang Penataan Ruang Peran Serta Masyarakat Masyarakat Hak atas ruang Wilayah Kawasan Cara pembagian wilayah dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak Proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang Adalah orang atau kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum Hak yang diberikan atas pemanfaatan ruang darat, laut dan udara Ruang yang merupakan kesatuan geografis yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional Wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya Warta Kebijakan ini diterbitkan secara berkala dengan tujuan mendukung kebijakan dan pelaksanaan proses desentralisasi di daerah, melalui penyampaian informasi di bidang kehutanan dan pengelolaan sumber daya alam. Warta Kebijakan ini diterbitkan oleh CIFOR atas dukungan Ford Foundation (FF) dan kerjasama dengan Asian Development Bank (ADB). Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi alamat dibawah ini. Kantor Pusat: Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16680, Indonesia Tel: +62 (0251) 622622 Fax:+62 (0251) 622100 E-mail: cifor@cgiar.org website: http://www.cifor.cgiar.org Jambi: ACM-PAR Muara Bungo Tel: +62 (0747) 323571 E-mail: y.kusumanto@cgiar.org, yantik@jambi.wasantara.net.id Kalimantan Timur: 1. Desa Long Loreh, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur Surat dapat dikirim melalui alamat Losmen Handayani, Malinau, Kaltim 2. Jalan Letjen Suprapto No. 49, Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Tel: +62 (0543) 21690 E-mail: s.hakim@cgiar.org