PERAN KOMISI KEJAKSAAN DALAM PENGAWASAN KINERJA KEJAKSAAN

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga

SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG

RAKA PRAMUDYA BEKTI

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. tugas negara menegakkan hukum dan keadilan 1, dimana di dalamnya

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Internasional yang merupakan induk sepakbola dunia. Organisasi Internasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. mensejahterakan kesejahteraan bangsa. Dalam Pasal 34 Undang Undang. Dasar 1945 Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Hakim adalah aktor utama penegakan hukum (law enforcement) di

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Negara

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

I. METODE PENELITIAN. tertentu dengan cara menganalisanya. Untuk usaha mencari dan mendapatkan jawaban atas

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan lembaga Kejaksaan sebagai institusi yang mewakili publik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

A. Latar Belakang Masalah

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB III METODE PENELITIAN. yuridis normatif yaitu dengan menelaah ketentuan-ketentuan peraturan hukum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

BAB III METODE PENELITIAN. gejala yuridis yang ada dan fakta empiris yang terjadi. 1. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

III.METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Rozali Hukum Kepegawaian. Jakarta: CV Rajawali. Albrow, Martin Birokrasi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

BAB I PENDAHULUAN. martabat, serta etika dan perilaku hakim. perundang-undangan harus diimplementasikan secara konkret dan konsisten

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejak tanggal 17 Agustus. pembangunan dalam mencapai tujuan nasional.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERAN KOMISI KEJAKSAAN DALAM PENGAWASAN KINERJA KEJAKSAAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: KARLOS KRIANTADIPA 06 940 077 FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

PERAN KOMISI KEJAKSAAN DALAM PENGAWASAN KINERJA KEJAKSAAN (Karlos Kriantadipa, 06940077, Fakultas Hukum Unand, 55 halaman, 2011) ABSTRAK Penegakan hukum di indonesia dijalankan oleh salah satu lembaganya yaitu kejaksaan. Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsinya di bidang penuntutan mempunyai peran penting untuk dapat menciptakan dan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Kinerja dan perilaku dari aparat kejaksaan yang di jalankan oleh jaksa sangat sering menjadi perhatian oleh masyarakat terutama pada kinerja dan perilaku dari jaksa. Komisi Kejaksaan sebagai salah satu lembaga yang menjalankan peran sebagai pengawas akan perilaku jaksa tersebut sering pula mendapat perhatian karena banyaknya kasus yang melibatkan para aparatur kejaksaan terutama para jaksa. Berkaitan dengan peran yang dijalankan oleh komisi kejaksaan tersebut maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah diantaranya bagaimana peran Komisi Kejaksaan dalam melakukan pengawasan kinerja dari Kejakaan dan hal apa saja yang menjadi kendala Komisi Kejaksaan di dalam melakukan pengawasan kinerja Kejaksaan. Untuk menjawab pertanyaan mengenai rumusan masalah tersebut maka dipergunakanlah beberapa metode penelitian yang mana metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Jika dilihat dari hasil penelitian peran yang dijalankan komisi kejaksaan terkait pada tiga hal pokok yaitu pengawasan, penilaian dan pemantauan, serta peran komisi ini juga menerbitkan suatu laporan atau rekomendasi yang mana nantinya akan diterruskan kepada Jaksa Agung dan diteruskan kembali kepada pengawas internal Kejaksan dan peran komisi kejaksaan yang paling penting adalah jika pemeriksaan yang telah diproses pengawas internal Kejaksaan tidak menunjukkan hasil, maka komisi kejaksaan bisa mengambil alih pemeriksaan tersebut. Kendala yang dihadapi Komisi Kejaksaan ini terletak kepada dua hal pokok yaitu dalam segi kedudukan sekretariat yang hanya berada pada ibukota negara yang tidak memiliki Cabang atau secretariat lain pada setiap provinsi di Indonesia, dan minimya jumlah dari anggota Komisi Kejaksaan ini yang hanya berjumlah 9 (sembilan) orang, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja Komisi Kejaksaan ini di dalam melakukan pengawasan terhadap lembaga Kejaksaan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara yang secara jelas memproklamirkan bahwasanya Indonesia merupakan sebuah negara hukum, sebagaimana yang tertuang di dalam UUD 1945. Di dalam sebuah negara hukum proses penegakan hukum merupakan suatu hal yang begitu fundamental di dalam mewujudkan negara hukum yang baik. Proses penegakan hukum di Indonesia sendiri dijalankan oleh beberapa lembaga negara yang salah satunya dikenal dengan kejaksaan. Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan di bidang penuntutan sangat penting di dalam mewujudkan sistem peradilan yang bersih, serta mewujudkan proses penegakan hukum yang mampu memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Sebagai sebuah lembaga negara kejaksaan memiliki dasar dalam menjalankan segala tugas fungsi dan wewenangnya, yang mana tercantum di dalam undang-undang nomor 16 tahun 2004. Dengan memiliki legitimasi yang begitu jelas, kinerja dari kejaksaan sendiri diharapkan mampu menciptakan kinerja yang baik pula. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwasanya kejaksaan merupakan lembaga yang menjalankan penuntutan dalam proses peradilan di Indonesia yang mana proses penuntutan ini dijalankan oleh seorang jaksa. Jaksa merupakan pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan

pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. 1 Sebagai pejabat fungsional jaksa tidak hanya harus menjalankan segala ketentuan di dalam undang-undang melainkan juga harus patuh terhadap kode etik yang ada di kejaksaan. Dengan adanya kode etik tersebut diharapkan mampu menciptakan jaksa yang profesional dan jaksa yang bertanggung jawab. Akan tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi berbagai kasus-kasus yang melibatkan para pejabat di lingkungan kejaksaan, seperti halnya kasus jaksa Urip Tri Gunawan yang tertangkap tangan menerima uang suap sebanyak lebih kurang Rp 6,1 Milyar dari Artalyta Suryani yang salah satu pengusaha yang terkait kasus BLBI. 2 Tidak hanya kasus jaksa Urip baru-baru ini juga terjadi perihal perilaku jaksa yang mencoreng wajah para penegak hukum kita, ini terjadi di daerah Pekanbaru yang mana jaksa Hayatul Qomaini yang bertugas di Kejaksaan Negeri Siak diduga melakukan pemerkosaan dan penganiayaan terhadap seorang perempuan. 3 Melihat dari berbagai kasus yang sangat mencoreng wajah para penegak hukum di Indonesia khususnya oleh oknum jaksa membuat citra dari kejaksaan sangat buruk di hadapan masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan Presiden sebagai kepala negara dan juga sebagai kepala pemerintahan dirasa perlu memperbaiki citra dari kejaksaan tersebut dengan membentuk suatu komisi yang disebut dengan komisi kejaksaan. Komisi Kejaksaan ini memiliki peran untuk mengawasi kinerja dan perilaku jaksa atau pegawai kejaksaan, melakukan pemantauan dan penilain terhadap Jaksa atau pegawai kejaksaan baik di dalam maupun di luar tugas kedinasannya, serta 1 Pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 16 tahun 2004 2 www. google search/ mardallis blog/htm diakses pada tanggal 5 April 2011 pukul 18.00 WIB 3 Harian umum Singgalang, Jumat, 1 April 2011, hal 11

melakukan pemantauan dan penilaian terhadap kondisi organisasi dan sumber daya manusia di lingkungan kejaksaan. Dengan adanya komisi ini diharapkan peranannya mampu membawa citra kejaksaan kembali baik ditengah pesimisme publik akan kinerja dari kejaksaan. Komisi kejaksaan ini didirikan berdasarkan atas pasal 38 undang-undang nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan yang mana isi dari pada pasal tersebut : Untuk meningkatkan kinerja kejaksaan, Presiden dapat membentuk sebuah komisi yang susunan dan kewenangannya diatur oleh Presiden Melalui amanat dari undang-undang inilah Presiden membentuk komisi kejaksaan ini yakni diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2005, namun dalam perjalanannya dari tahun 2005 tersebut, komisi ini masih belum bisa memperlihatkan kinerja suatu komisi yang mengemban tugas yang begitu besar di dalam memperbaiki citra kejaksaan, sehingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali membentuk Perpres yang baru yakni Perpres nomor 18 tahun 2011 yang mana dengan pembentukan Perpres ini mampu memperkuat legitimasi dan kinerja komisi kejaksaan sebagai lembaga pengawas kinerja kejaksaan sehingga citra kejaksaan kembali baik di depan masyarakat. Melihat dari segi pembentukan dan isi dari perpres tersebut peran komisi kejaksaan tersebut masih bisa dikatakan belum sepenuhnya kuat ini dikarenakan hasil penelitian dan evaluasi yang dibuat oleh komisi kejaksaan hanya sebatas rekomendasi dan tidak memiliki wewenang mengeksekusi. Seperti pendapat Soetandyo Wignjosoebroto yaitu : Dengan tugas yang hanya dibatasi sejauh untuk memberikan masukan dan/atau rekomendasi, pada akhirnya semua masukan dan penilaian itu hanya berdayaguna, dan hanya menimbulkan efek dalam bentuk tindakan perbaikan, apabila atasan yang

berwenang melakukan pengawasan intern itu bersikap tanggap dan bersedia memanfaatkannya, apabila tidak maka sia-sia sajalah kinerja dari komisi-komisi tersebut. 4 Selain itu peranan dari komisi kejaksaan ini masih banyak menimbulkan pertanyaan dikeranakan banyaknya kendala yang timbul pada komisi kejaksaan di dalam melaksanakan tugas, fungsi dan peranannya dalam melakukan penilaian, pemantauan dan pengawasan terhadap kineja Kejaksaan khususnya para jaksa dan pegawai kejaksaan. Dalam hal inilah banyak para kalangan masyarakat masih mempertanyakan peranan dari komisi kejaksaan sebagai sebuah komisi yang memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan, penilaian dan juga untuk memperbaiki kinerja kejaksaan. B. PERUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang ingin penulis uraikan berdasarkan latar belakang permasalahan diatas antara lain : 1. Bagaimana peran komisi kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja kejaksaan? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi komisi kejaksaan di dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja kejaksaan? C. TUJUAN PENELITIAN 4 www. google search/ Soetandyo Wignjosoebroto, pengawasan terhadap kinerja kejaksaan/sebuah tinjauan sosiologik/htm, diakses pada tanggal 5 April 2011 pada pukul 18.20 WIB

Penulisan ini secara umum bertujuan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa Fakultas Hukum yang akan menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum, sedangkan jika dilihat dari perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana peran komisi kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja kejaksaan 2. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi komisi kejaksaan di dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja kejaksaan D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk lebih memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis baik di bidang hukum pada umumnya maupun dibidang hukum tata negara. b. Untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum secara teoritis, khususnya bagi Hukum Tata Negara mengenai peran dari komisi kejaksaan dalam pengawasan kinerja kejaksaan. 2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dan bermanfaat bagi komisi kejaksaan sebagai sebuah lembaga negara yang memiliki peran penting di dalam mengawasi kinerja kejaksaan di masa yang akan datang. b. Hasil penelitian ini secara praktis juga diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa lebih mengenal keberadaan dan peran penting dari komisi kejaksaan. E. METODE PENELITIAN Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat yuridis sosiologis (Sociological Research) yang menekankan pada praktek dilapangan dikaitkan dengan aspek hukum atau perundang-undangan yang berlaku berkenaan dengan objek penelitian yang dibahas dan melihat norma-norma hukum yang berlaku kemudian dihubungkan dengan kenyataan atau fakta-fakta yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Untuk melaksanakan metode penelitian diatas diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan data tentang suatu keadaan atau gejala-gejala sosial yang berkembang ditengah-tengah masyarakat sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh

gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis tentang objek yang akan diteliti. 2. Jenis dan Sumber Data Dalam penulisan ini sumber data yang digunakan adalah: a. Data Primer Data diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan, dalam hal ini penulis dapat memperoleh data primer dari Komisi Kejaksaan Republik Indonesia. b. Data Skunder Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (Library Research) yang ada berupa bahan hukum, data tersebut terdiri dari : 1.) Bahan Hukum Primer Bahan hukum yang memiliki kekuatan hukum mengikat yang dalam hal ini berupa peraturan perundang-undangan yang terkait untuk itu, diantaranya : a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI c. Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2005 tentang Komisi Kejaksaan RI d. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan RI 2.) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang dapat menunjang bahan hukum primer dan dapat membantu penulis dalam menganalisa dan memahami bahan hukum primer seperti : Literatur atau hasil penulisan yang berupa hasil penelitian, Buku - buku, Makalah, Majalah tulisan lepas, artikel dan rancangan undang-undang. 3). Bahan Hukum Tersier Bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelas terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder seperti kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia. 3. Pengumpulan Data Penelitian lapangan ini dilakukan di Komisi Kejaksaan Republik Indonesia. Dalam penelitian lapangan ini, untuk memanfaatkan data yang ada maka dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : a. Studi Dokumen Melakukan infentarisasi terhadap bahan-bahan hukum yang diperlukan, seperti : bahan-bahan hukum primer, bahan-bahan hukum skunder, dan bahanbahan hukum tersier. Melakukan pencatatan dan pembuatan daftar ikhtisar yang berisikan berbagai pengertian dan pendapat para ahli tentang penulisan skripsi. b. Wawancara Wawancara ini dilakukan secara semi sruktur dengan menggunakan teknik dan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan beberapa orang yang

bekerja di Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, dengan menggunakan cara wawancara semi terstruktur. 4. Pengolahan Data dan Analisis Data a. Pengolahan Data Pengolahan data disusun secara sistematis melalui proses editing, yaitu penulis akan merapikan kembali data yang telah diperoleh dengan memilih data yang sesuai dengan keperluan dan tujuan penelitian sehingga didapat suatu kesimpulan akhir secara umum yang nantinya akan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kenyataan yang ada. b. Analisis Data Setelah data primer dan data skunder diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data yang didapat dengan mengungkapkan kenyataan-kenyataan dalam bentuk kalimat. Terhadap semua data yang telah diperoleh dari hasil penelitian tersebut, penulis menggunakan metode analisis secara kualitatif yaitu uraian terhadap data yang terkumpul dengan tidak menggunakan angka-angka tetapi berdasarkan peraturan perundang-undangan, pandangan pakar dan pendapat penulis sendiri. F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk lebih terarahnya ini dan lebih terfokus kepada permasalahan yang akan dibahas maka sistematika penulisan ini tergambar dalam kerangka sebagai berikut yang terdiri atas 4 (empat) BAB, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistimatika penulisan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian dan gambaran umum mengenai lembaga negara, kejaksaan, dan mengenai komisi kejaksaan. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini merupakan hasil penelitian mengenai peran Komisi Kejaksaan didalam pengawasan terhadap kinerja kejaksaan serta kendala-kendala yang dihadapi komisi kejaksaan di dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja kejaksaan.. BAB IV PENUTUP Merupakan Bab yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan di atas adalah : 1. Komisi Kejaksaan merupakan lembaga pemerintahan non struktural dalam melaksanakan tugas, fungsi, wewenang dan perannannya bersifat mandiri, bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Komisi Kejaksaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Adapun tugas yang dijalankan oleh komisi kejaksaan ini menyangkut dalam 3 (tiga) hal yakni : pengawasan, pemantauan dan penilaian. Peran yang dimainkan oleh komisi kejaksaan tidak hanya terhadap kinerja atau perilaku jaksa dan/ atau pegawai kejaksaan saja melainkan juga menyangkut kondisi organisasi, kelengkapan dan sumber daya manusia. Dengan demikian kehadiran komisi kejaksaan ini patut disambut gembira oleh masyarakat di Indonesia, karena dengan adanya komisi ini diharapkan kinerja dari aparat penegak hukum khususnya Jaksa akan menjadi lebih baik lagi. Peran komisi kejaksaan pada hakekatnya memerlukan koordinasi yang baik dari aparat pengawas internal kejaksaan, yang mana bentuk koordinasinya yaitu komisi kejaksaan setelah memberikan laporan atau rekomendasi kepada Jaksa Agung dan Jaksa Agung memberikannya kembali kepada pengawas internal kejaksaan (Jamwas) untuk diproses lebih lanjut. Komisi kejaksaan akan selalu melihat sejauh mana perkembangan pemeriksaan dari laporan yang telah diterima oleh aparat pengawas internal kejaksaan tersebut. Kemudian dalam waktu 3 (tiga)

bulan jika laporan yang diberikan komisi kejaksaan tidak ada perkembangan atau tidak ditindak lanjuti oleh pengawas internal kejaksaan, maka komisi kejaksaan bisa mengambil alih pemeriksaan tersebut. 2. Sebagai lembaga yang memiliki peran dan tugas dalam mengawasi kinerja kejaksaan khususnya para jaksa atau pegawai kejaksaan, komisi kejaksaan memiliki berbagai kendala-kendala seperti halnya komisi kejaksaan hanya memiliki satu sekretariat yang berkedudukan di ibukota negara, kemudian keterbatasan anggota yang hanya berjumlah 9 (sembilan) orang. Hal ini akan sangat mempengaruhi kinerja maupun peran yang dijalankan komisi kejaksaan sebagai lembaga pengawasan, karena lembaga atau institusi yang diawasi berada di seluruh provinsi di Indonesia. B. SARAN Berdasarkan temuan-temuan yang didapat dari hasil penelitian ini diantaranya adalah : 1. Dalam hal peranan komisi kejaksaan sebagai lembaga pengawasan kinerja kejaksaan yang mana memiliki fungsi dan peran yang sama dengan pengawas internal kejaksaan, maka prinsip koordinasi hendaknya dilaksanakan dengan baik antara kedua lembaga tersebut, sehingga tumpang tindih akan peranan, tugas dan wewenang akan dapat di atasi dengan baik pula. 2. Sebaiknya kedudukan dari komisi kejaksaan ataupun sekretariat komisi kejaksaan dibentuk disetiap provinsi di Indonesia, sehingga monitoring terhadap kinerja jaksa dan pegawai kejaksaan akan dapat dilaksanakan dengan baik, dengan mempunyai kedudukan disetiap provinsi maka secara otomatis penambahan

jumlah anggota dari komisi kejaksaan sendiri juga pasti akan terprnuhi, sehingga kinerja komisi kejaksaan akan dapat di optimalkan dan lembaga kejaksaanpun akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Buku-buku Arifin, Firmansyah, dkk., 2005, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara. Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN). Asshiddiqie, Jimmly, 2006, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta, Sekretaris Jendral dan kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Huda, Ni matul, 2007, lembaga negara dalam masa transisi demokrasi, Yogyakarta, UII Press Pramudya, Kelik dan Ananto Widiatmoko, 2010,Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum,Yogyakarta, Pustaka Yustisia Soekanto, Soerjono, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada Sumanjaya, 2002, Kejaksaan RI dalam lintasan sejarah, Jakarta, majalah hukum Kejaksaan RI Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun1945 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan Republik Indonesia Website www. google search/ mardallis blog/htm diakses pada tanggal 5 April 2011 pukul 18.00 WIB www. google search/ Soetandyo Wignjosoebroto, pengawasan terhadap kinerja kejaksaan/sebuah tinjauan sosiologik/htm, diakses pada tanggal 5 April 2011 pada pukul 18.20 WIB http://berita.kapanlagi.com/politik/nasional, diakses pada tanggal 15 Mei 2011, pada pukul 23.00 WIB

http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1858445-sejarah-kejaksaan-ri/, diakses pada tanggal 15 Juni 2011, pada pukul 21.00 WIB www. Komisi Kejaksaan.go.id, diakses pada tanggal 15 Juni 2011, pada pukul 22.30 WIB Media massa Harian umum Singgalang, Jumat, 1 April 2011