PERAN PSIKOLOGI DIBIDANG KRIMINAL

dokumen-dokumen yang mirip
KONTRIBUSI PSIKOLOGI DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA 1. Ivan Muhammad Agung 2

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB IV ANALISIS FIQIH MURA<FA AT TERHADAP VICTIMOLOGI DALAM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengaruh lingkungan. Kerap di kehidupan masyarakat tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. melekat pada diri masing-masing individu. Hal itu cukup beralasan, betapa tidak,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset dan sebagai bagian dari generasi bangsa. Anak

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Tujuan studi ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan praktik pemberian maaf dalam proses penyelesaian perkara pidana di Indonesia;

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan salah satunya lembaga tersebut adalah Pengadilan Negeri. Saat

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kelompok ini memang kehilangan hak-hak kebebasannya khususnya hak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sandy Kartasasmita, M.Psi., Psikoterapis., Psikolog., CMHA., CBA FORENSIC PSYCHOLOGY

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

I. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

Menuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Transkripsi:

PERAN PSIKOLOGI DIBIDANG KRIMINAL Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu instansi / lembaga yang menangi proses penegakan hukum yang ada di Indonesia penyidikan. Dalam pelaksanaan proses penegakan hukum tersbut tentunya terkadang mengalami kesulitan / hambatan untuk mengungkap suatu kasus / perkara yang dihadapi, yang mungkin tidak dapat ataupun belum terpecahkan / terungkap oleh Kepolisian itu sendirin, hal ini tentunya diperlukan bantuan, referensi ataupun apa namanya yang dapat atau setidak tidaknya membantu memberikan masukan dalam kasus / perkara yang dihadapi sehingga jelas permasalahannya. Salah satau cabang Ilmu pengetahuan yang mungkin dapat Kita ambil untuk dapat membantu dan berperan dalam Kriminal adalah Psikologi. Apakah sebenarnya Psikologi itu sendiri dan sejauh mana peran Psokologi itu sendiri dalam bidang Kriminalitas, penulis akan sedikit mencoba sejauh mana peran yang dimaksud. Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu psyche = jiwa dan logos = Ilmu, dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa / mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa / mental itu secara lanngsun karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa / mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental manusian. Psikologi memiliki berbagai peran dalam kehidupan manusia. Salah satunya yakni peran psikologi dalam dunia kriminal. Peran psikologi dalam dunia kriminal dapat dilihat dengan adanya psikologi dalam bidang hukum dan juga psikologi kriminalitas. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, hubungan antara satu ilmu bisa saling berkaitan satu sama lain. Bahkan setiap hubunganya tidak hanya sebatas sebagai pelengkap tetapi juga bisa menjadi suatu yang bersifat inheren. Hal ini disebabkan karna perkembangan ilmu pengatahuan, informasi dan teknologi menimbulkan permasalahan yang begitu kompleks pada kehidupan manusia. Dalam memahami sesuatu permasalahan, tidak hanya cukup dengan menggunakan satu pendekatan saja, melainkan dibutuhkan suatu pendekatan yang bersifat holistik, artinya dalam memahami realitas khususnya berkaitan dengan perilaku manusia perlu suatu pendekatan interdisipliner ilmu. Pendekatan ini sangat relevan bila mengkaji suatu masalaah yang begitu kompleks seperti permasalahan hukum. Menurut Rahardjo ( 2006 ) kompleksnya permasalahan hukum tidak hanya semata permasalahan hukum itu sendiri saja melainkan masalah perilaku manusia juga. Hukum dibuat manusia untuk mengatur perilaku manusia agat tertib dan teratur. Namun realitas menunjukkan seringkali hukum menjadi mainan manusia untuk mewujudkan kepentingan. Hukum dijadikan alat untuk mecapai tujuan. Seseorang politikus, akan menggunakan hukum untuk kepentingan politiknya, seorang pengusaha akan menggunakan hukum untuk kepentingan bisnisnya dan sebagainya. Pemaknaan hukum berdasarkan tujuan dan kepentingan masing - masing menjadi suatu dilema tersendiri dalam dunia peradilan. Asas-asas keadilan cenderung diabaikan, digeser oleh asa-asas kepentingan bersifat personal atau kelompok. Manusia menjadi aktor utama dalam proses penegakan hukum, Masalahnya sekarang ini banyak perilaku - perilaku yang cenderung menggunakan kelemahan hukum untuk mengambil suatu

kesempatan dalam menggapai tujuan. Logikanya hukum menjadi suatu alat untuk memutar balikan fakta bahkan menjadi suatu alat untuk menyerang orang lain. Fenomena telah banyak kita lihat sekarang ini. Berkaitan dengan perilaku manusia salah satu ilmu yang relevan dengan tersebut adalah psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia. Dalam perjalanannya psikologi banyak berinteraksi dengan ilmu - ilmu lainnya termasuk hukum. Interaksi psikologi dan hukum telah lama terjadi, semenjak tahun 1900 an. Perkembangan signifikan terjadi pada tahun 1920, psikologi dan hukum berusahan mencari bentuk dan definisi peran yang dimainkan dalam disiplin ilmu masing - masing. Integrasi psikologi dan hukum berawal dari suatu keyakinan filosofi yang mengatakan bahwa dalam memandang ilmu tidak seharusnya dilihat sebagai suatu entitas terpisah dan berbeda, namun lebih dari merupan saling berhubungan satu sama lainya. Munsterberg ( 1908 ), mengatakan bahwa psikologi harus berhubungan dengan ilmu - ilmu lainnya. Psikologi harus berbicara dalam tataran praktis, tidak hanya sekedar konseptual. Oleh karena itu aplikasi psikologi harus menyentuh aspek dasar manusia dengan menggunakan pendekatan berbeda. Salah satu bentuk pendekatannya adalah berorentasi pada problem kehidupan manusia ( Pfeifer, 1997 ). Falsafah tersebut mendorong ilmu psikologi untuk lebih banyak berinteraksi dengan ilmu lain termasuk ilmu hukum, terutama dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan perilaku manusia. Kaspardis ( dalam Kohnken, dkk, 2003 ) membagi tiga bentuk pengintegrasian psikologi dalam hukum, yaitu : psychology in law, psychology and law, psychology of law. Pertama Psychology in law adalah aplikasi psikologi yang spesifik dalam bidang hukum, seperti psikologi polisi, psikologi dalam kesaksian saksi mata ( Blackburn, 1996). Kedua Psychology and law lebih cenderung kepada psycholegal research yang berkaiatan dengan pelaku kriminal, juri ( pengambilan keputusan ) dan hakim. Ketiga Psychology of law mencakup area penelitian seperti, mengapa orang mematuhi atau tidak mematuhi hukum, efek hukum atau aplikasi hukum dalam perilaku manusia. Dalam hal ini secara umum peran Psikologi dibidang Kriminilitas dibagi dua area, yaitu : Pertama Keilmuwan yaitu piskologi berperan dalam proses pengembangan hukum berdasarkan riset - riset psikologi dan Kedua Aplikatif yaiyu psikologi berperan dalam intervensi psikologis yang dapat membantu proses hukum. Friedman ( dalam Lumbuun, 2008 ) mengatakan bahwa terdapat tiga aspek dalam sistem hukum. Pertama struktur, yaitu yang berkaitan dengan lembaga yang membuat dan menegakan hukum, termasuk DPR, Kepolisian, Kejaksaan, Hakim dan para Advokat. Kedua subtansi, yaitu yang

menyangkut dari materi hukum baik yang tertulis atau yang tidak tertulis, dan Ketiga budaya Hukum, yaitu sikap orang terhadap hukum dan sistem hukum yang meliputi kepercayaan, nilai, pikiran dan harapan. Beberapa cabang psikologi yang berperan dalam sistem dan proses hukum adalah psikologi kognitif, perkembangan, sosial dan klinis. Di Barat peran ilmu psikologi dalam proses hukum telah banyak diaplikasikan, mulai dari tahap pemeriksaan, persidangan, putusan sampai ke tahap pemenjaraan. Misalkan dalam tahap pemeriksaan, bagaimana hasil penelitian psikologi mengenai kemampuan meningkatkan daya ingat diterapkan dalam proses pemeriksaan saksi atau korban. Selain itu, Psikologi juga banyak digunakan untuk menjelaskan perilaku terdakwa atau korban, yang nantinya berguna dalam proses persidangan. Costanzo ( 2006 ) peran psikologi dalam hukum sanga luas, dan Ia memberikan tiga peran. Pertama, Psikolog sebagai penasehat yaitu seringnya para psikolog digunakan sebagai penasehat hakim atau pengacara dalam proses persidangan. Psikolog diminta memberikan masukan / saran apakah seorang terdakwa atau saksi layak dimintai keterangan dalam proses persidangan. Kedua Psikolog sebagai evaluator, yaitu sebagai seorang ilmuwan, psikolog dituntut mampu melakukan evaluasi terhadap suatu program. Apakah program itu sukses atau sesuai dengan tujuan yang ditetapkan?. Program - program yang berkaitan internvensi psikologis dalam rangka mengurangi perilaku kriminal / penyimpangan, misalkan program untuk mencegah remaja untuk menggunakan NAPZA. Apakah program tersebut mampu mengurangi tingkat penggunaan NAPZA di kalangan remaja?. Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan evaluasi program. Ketiga, Psikolog sebagai pembaharu yaitu Psikolog diharapkan lebih memiliki peran penting dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan menjadi pembaharu atau reformis dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan mampu mengaplikasi ilmu pengetahuannya ke dalam tataran aplikatif, sehingga sistem hukum, mulai dari proses penangkapan, persidangan, pembinaan, dan penghukuman berlandaskan kajian - kajian ilmiah ( psikologis ). Dan bagaimana peran Psologis dalam penegakan hukum di Indonesia sendiri...? Di Indonesia peran Psikologi dalam hukum sudah mulai terlihat semenjak hadirnya Asosiasi Himpunan Psikologi Forensik pada tahun 2007. Irmawati ( 2009 ) Peran psikologi forensik dibutuhkan untuk membantu mengungkapkan kasus - kasus kriminal yang menimpa masyarakat. Psikolog forensik dapat membantu aparat penegak hukum memberikan gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban. Menurut Probowati (2010) peran psikologi forensik meliputi tahap penyelidikan, penyidikan, persidangan dan pemenjaraan ( lihat tabel ). Tabel Peran psikologi forensik dalam proses hukum

Area Polisi Kejaksaan Pengadilan Lembaga Pemasyarakatan Peran Membantu polisi dalam melakukan penyelidikan pada saksi, korban dan pelaku. Membantu jaksa dalam memahami kondisi psikologis pelaku dan korban, dan memberikan pelatihan gaya bertanya pada saksi. Sebagai saksi ahli dalam persidangan. Asesmen dan intervensi psikologis pada narapidana. Selama ini peran ilmu Psikologi terhadap hukum lebih kepada yang bersifat prosedural terutama pada penyeleksian para penegak hukum dan menjadi saksi ahli dalam persidangan. Kurangnya peran serta dari para ilmuwan psikologi dalam aspek hukum disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurang minat ilmuwan psikologi untuk terlibat secara langsung dalam hukum. Menurut Rahardjo ( 2006 ) para ilmuwan psikologi belum mengambil peran utama dalam proses hukum. Selama ini ilmuwan psikologi banyak digunakan sebagai saksi ahli dan untuk pemekrisaan kondisi kejiwaan tersangka / terdakwa. Meilela ( 2011 ). Peran psikologi forensik belum secara masif dan sistematis. Beberapa indikatornya adalah belum ada jurnal psikologi forensik yang diterbitkan berkala, belum banyak ahli psikologi forensik, dan belum terlihatnya sumbangsih psikologi forensik dalam penegakan hukum di Indonesia. Memang harus diakui bahwa pertimbangan untuk menentukan bersalah atau tidak bersalahnya seorang terdakwa adalah berdasarkan dua ( 2 ) alat bukti yang sah, sesuai dengan KUHP yang berlaku. Sementara aspek psikologis lebih berperan dalam menentukan berapa lama hukuman yang diterima terdakwa. Pada kasus khusus, aspek psikologis sangat menentukan, misalkan seorang terdakwa yang mengalami gangguan jiwa, maka hukuman tidak dapat diberikan, alias bebas. Hasil penelitian Probowati ( 1996 ) menunjukkan bahwa perilaku terdakwa selama proses persidangan akan memberi andil lama atau tidaknya seseorang dihukum, artinya semakin baik perilakunya, maka hukumannya cenderung lebih ringan dibandingkan dengan berperilaku negatif selama persidangan. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia, psikologi memiliki peran penting dalam penegakan hukum di Indonesia. Peran psikologi terutama pada aparat penegak hukum ( Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, petugas Lapas ) dan pihak -pihak yang terlibat ( saksi, pelaku dan korban ). Selain itu, psikologi juga berperan pada sistem hukum dan warga yang terkena cakupan hukum. Masalah penegakan hukum merupakan salah satu masalah utama di Indonesia. Penegakan hukum merupakan tidak hanya kewajiban aparat penegak hukum, melainkan kewajiban seluruh elemen masyarakat. Setiap warga harus memiliki kontribusi dalam penegakan hukum sehingga tercipta kondisi adil, tertib dan damai. Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu tentang perilaku manusia berusaha untuk berkontribusi dalam penegakan hukum dalam bentuk memberikan pengetahuan dan intervensi psikologis yang berguna dalam proses penegakan hukum. peran psikologi dapat dimulai dari

pencegahan, penanganan, pemindanaan dan pemenjaraan. Indikator penegakan hukum yang baik dalam perspektif psikologi adalah adanya perubahan perilaku - pelaku pidana ke arah yang lebih baik, artinya pelaku pidana tidak melakukan perbuatan melanggar hukum. Apabila pelaku pidana tidak mengalami perubahan setelah dilakukan proses rehabilitasi di LP, maka penegakan hukum belum dikatakan optimal. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, dan terima kasih semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan Kita bersama. Amin...! PENULIS : AKP M. NURDA I KASAT BINMAS POLRES REJANG LEBONG