METODE PEMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN PADA APLIKASI KOMPONEN BETON BERTULANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

TUGAS MAHASISWA TENTANG

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

Struktur Beton. Ir. H. Armeyn, MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok.

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

BAB II LANDASAN TEORI

PUNTIRAN. A. pengertian

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menahan gaya yang bekerja. Beton ditujukan untuk menahan tekan dan baja

7. RANCANGAN OBJEK PEMBELAJARAN/KONSEP AGREGASI

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

Mekanika Rekayasa III

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

KEMAMPUAN LAYAN PLAT LANTAI EKSISTING DITINJAU DARI ASPEK PERENCANAAN DAN HASIL PENGUJIAN

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG TULANGAN GANDA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

Dosen Pembimbing : Ir. Tony Hartono Bagio,MT.,MM. Abstrak

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

PERANCANCANGAN STRUKTUR BALOK TINGGI DENGAN METODE STRUT AND TIE

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR BETON BERTULANG II

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Konsep Desain dengan Teori Elastis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan


BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelat dasar kolom mempunyai dua fungsi dasar : 1. Mentransfer beban dari kolom menuju ke fondasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU

Transkripsi:

METODE EMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN ADA ALIKASI KOMONEN BETON BERTULANG Oleh: Antonius rabowo Setiyawan ABSTRAK Ilmu Mekanika Bahan merupakan salah satu cabang dari ilmu Mekanika Rekayasa, yang mempunyai perbedaan khusus dibandingkan cabang ilmu Mekanika Rekayasa lainnya. Mekanika Bahan lebih menitikberatkan pada perilaku bahan secara mikro, sehingga mekanisme transfer gaya-gaya dalam yang terjadi di dalam material menjadi hal utama yang harus dipahami secara lebih mendalam. Di dalam paper ini akan dibahas aplikasi Mekanika Bahan secara mendasar yaitu dengan mengkaji perilaku penampang seperti inersia, tegangan lentur balok dan lendutan yang diaplikasikan pada beton bertulang. embahasan mengenai zona tarik dan tekan pada beton juga akan dibahas lebih detail agar diperoleh gambaran bahwa betapa pentingnya pengetahuan tentang Mekanika Bahan. Hasil kajian yang diperoleh dapat dijadikan masukan dalam sistim pembelajaran kuliah Mekanika Bahan secara lebih aplikatif, khususnya yang terkait dalam bidang studi Teknik Sipil. 1. ENDAHULUAN Mata kuliah Mekanika Rekayasa bagi para mahasiswa Teknik Sipil pada umumnya menjadi salah satu mata kuliah yang sulit dicerna dan dimengerti secara mudah. Indikasi hal tersebut salah satunya dapat dilihat pada nilai/hasil akhir kuliah Mekanika Rekayasa di jurusan teknik Sipil UNISSULA, yang pada umumnya di bawah harapan atau sebagian besar tidak lulus dan harus mengulang mata kuliah tersebut. Mahasiswa pada umunya lebih tertarik pada bidang ilmu yang langsung aplikatif seperti Struktur Baja, Struktur Beton, Teknik ondasi, Irigasi dan sebagainya, tetapi mereka kurang memahami bahwa terdapat saling ketergantungan yang sangat erat terhadap ilmu Mekanika Rekayasa dengan ilmu terapan tersebut. Salah satu sebab yang dihadapi mahasiswa dalam memahami Mekanika Rekayasa adalah kurang kuatnya dasar ilmu Mekanika yang dipelajari di bangku SMA. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh kekurangtertarikan siswa terhadap bidang ilmu Mekanika. Selain itu terutama bagi mahasiswa erguruan Tinggi Swasta (TS) adalah kualitasnya yang relatif dibawah kualitas mahasiswa erguruan Tinggi Negeri (TN), meskipun hal ini tidak berlaku untuk semua TS. Kondisi ini menjadikan para pengajar di TS harus bekerja lebih keras agar ilmu Mekanika Rekayasa dapat ditransfer sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh mahasiswa secara baik dan lengkap. Mekanika Rekayasa merupakan penyangga utama dalam bidang studi Teknik Sipil, terlebih untuk keahlian bidang struktur. Salah satu cabang ilmu Mekanika Rekayasa adalah Mekanika Bahan. Mekanika Bahan mempunyai perbedaan khusus dibandingkan cabang ilmu Mekanika Rekayasa lainnya. Mekanika Bahan lebih menitikberatkan pada perilaku bahan secara mikro, sehingga mekanisme transfer gaya-gaya dalam yang terjadi di dalam bahan menjadi hal utama yang harus dipahami secara lebih mendalam. ada dasarnya Mekanika Bahan berkaitan dengan hubungan antara gaya luar yang bekerja dan pengaruhnya terhadap gaya dalam benda. Selanjutnya, benda tidak lagi dianggap sebagai kaku ideal; deformasi, meskipun kecil, 43

merupakan sasaran utama. Sifat bahan suatu struktur atau mesin mempengaruhi pemilihan dan ukuran yang memenuhi kekuatan dan kekakuan. erbedaan antara Mekanika Bahan dengan cabang ilmu mekanika rekayasa lainnya selanjutnya secara jelas dapat dilihat pada contoh berikut. Kasus ini merupakan masalah sederhana dalam statika yaitu menetapkan gaya yang dibutuhkan pada ujung linggis untuk mengangkat beban tertentu (gambar 1). Jumlah momen terhadap titik tumpu akan dapat menetapkan. Jawaban statika ini mengandaikan bahwa linggis cukup kaku dan kuat untuk mengijinkan tenaga yang diinginkan. Tetapi, pada Mekanika Bahan, jawaban harus dikembangkan lebih lanjut. Kita harus menyelidiki batang untuk menjamin apakah batang tersebut tidak akan patah atau tidak cukup luwes sehingga batang tersebut melengkung tanpa beban. W Gambar 1. Linggis harus tidak patah atau melengkung Didalam Mekanika Bahan dipelajari analisis penampang, yang salah satunya adalah untuk mengetahui daerah tarik dan daerah tekan penampang. engetahuan tentang hal tersebut sangat berguna untuk menentukan metoda desain struktur, seperti beton bertulang dimana pemilihan jumlah dan pemasangan tulangan tarik merupakan fokus utama dalam desain. aper ini akan membahas metode pembelajaran Mekanika Bahan yang diaplikasikan pada komponen beton bertulang. 2. SILABUS MEKANIKA BAHAN DI JURUSAN TEKNIK SIIL UNISSULA Mata kuliah Mekanika Bahan merupakan salah satu bagian dari kuliah Statika dan Mekanika Bahan yang diajarkan di jurusan Teknik Sipil UNISSULA. Urutan penyampaian materi dalam mata kuliah Mekanika Bahan disesuaikan dengan materi yang paling dasar, dilanjukan dengan materi yang sifatnya lebih detail, dengan urutan sebagai berikut: 1. engertian inersia penampang 2. Inersia Dasar pada potongan penampang 3. Inersia penampang yang mengalami perputaran sumbu 4. Tegangan lentur pada batang prismatis 5. Tegangan geser pada batang prismatis 6. Tegangan geser pada potongan profil 7. elengkungan (deflection) 8. Kern pada potongan normal penampang Metode perkuliahan ini dilaksanakan dengan cara ceramah dan mengerjakan latihan soal dan tugas-tugas. Delapan materi perkuliahan di atas pada dasarnya merupakan pengertian yang paling mendasar, dimana materi tersebut implementasinya dapat diterapkan pada perilaku struktur, salah satunya adalah struktur beton bertulang. Dengan demikian apabila diberikan contoh kegunaan materi Mekanika Bahan tersebut, mahasiswa diharapkan dapat membayangkan aplikasinya secara langsung pada struktur secara umum. 44

3. ENGERTIAN GESER DAN MOMEN Di dalam mempelajari perkuliahan Mekanika Bahan, mahasiswa harus mampu mengerti dengan baik tentang apa yang disebut dengan GESER dan MOMEN pada batang/balok sederhana. Gambar 2 memperlihatkan balok sederhana yang mendukung beban terpusat dan dibuat setimbang diperoleh reaksi R 1 dan R 2. Berat sendiri balok diabaikan dan ditinjau harga pengaruh beban. Andaikan bahwa bidang potong a-a berjarak x dari R 1 membagi balok menjadi dua segmen. Diagram benda bebas segmen kiri pada gambar 2a memperlihatkan beban luar/reaksi R 1. Untuk menjaga kesetimbangan segmen balok ini, serat penampang a-a harus memberikan gaya tahanan yang dibutuhkan untuk memenuhi kondisi kesetimbangan statis. ada kasus ini, beban luar arahnya adalah vertikal, sehingga kondisi X=0 secara otomatis terpenuhi. Untuk memenuhi Y=0, didefinisikan kesetimbangan tegak sebagai gaya geser balok. Gaya ini disebut V, dan bisa ditetapkan dari jumlah komponen tegak dan beban luar yang bekerja pada kedua sisi penampang. Definisi gaya geser bisa dinyatakan secara matematis yaitu V=( Y) (1) Y x a a R 1 L R 2 (a) X V r M r M r x L-x R 1 V r R 2 (b) (c) Gambar 2. Kesetimbangan segmen sebelah kiri dan kanan penampang a- a Ketika menghitung V, gaya atau beban yang bekerja ke atas dianggap positip. Hukum tanda ini menghasilkan pengaruh seperti terlihat pada gambar 3, dimana gaya geser positip cenderung menggerakkan segmen kiri ke arah atas ditinjau dari arah kanan atau dan sebaliknya. Geser positip Geser negatip Gambar 3. gerakan relatif tergantung kepada tanda gaya geser 45

Untuk kesetimbangan diagram benda bebas dari gambar 2b, jumlah momen juga harus setimbang. ada paper ini R 1 dan V r sama, sehingga menghasilkan kopel M yang sama dengan R 1 x dan disebut dengan momen lentur karena cenderung melenturkan balok. Serat pada penampang yang ditinjau harus menimbulkan momen tahanan, M r. 3.1. Definisi Momen Lentur Mahasiswa perlu mengerti apa yang disebut sebagai momen lentur. Momen lentur didefinisikan sebagai jumlah momen semua gaya yang bekerja di sisi kiri atau kanan penampang terhadap sumbu titik berat penampang yang ditinjau, dan dinyatakan secara matematis sebagai M = ( M) L = ( M) R (2) Subskrip L menunjukkan bahwa momen lentur dihitung berdasarkan beban yang bekerja di sebelah kiri penampang dan subskrip R berkaitan dengan beban sebelah kanan penampang. 3.2. Tanda momen lentur Masalah umum yang paling mendasar yang dihadapi mahasiswa adalah mengenai pemberian tanda momen lentur. Masalah ini menjadi sangat penting karena akan menentukan zona tarik dan tekan pada penampang. Apabila tidak tepat dalam memprediksi tanda momen lentur, maka dapat dikatakan bahwa analisa struktur adalah gagal. Momen lentur bertanda positip apabila momen menghasilkan lenturan balok cekung ke atas, (gambar 4). Kita memilih pemakaian konvensi ekivalen yang menyatakan bahwa gaya luar yang bekerja ke atas menghasilkan momen lentur positip terhadap setiap penampang; gaya ke bawah menghasilkan momen lentur negatip. Sejauh ini karena selalu ditinjau segmen kiri balok (gambar 2b), hal ini ekivalen dengan mengambil momen searah jarum jam terhadap sumbu lentur positip, seperti ditunjukkan oleh R 1. Terhadap segmen kanan balok (gambar 2c), konvensi ini berarti bahwa momen reaksi R 2 positip dalam arah berlawanan jarum jam. Konvensi ini memberi keuntungan sehingga momen lentur bisa dihitung, tanpa dibingungkan oleh tanda. Kita tidak pernah memikirkan apakah momen searah jarum jam atau berlawanan jarum jam; gaya bekerja ke atas selalu menghasilkan momen lentur positip dengan mengabaikan apakah gaya bekerja di sebelah kiri atau sebelah kanan penampang yang ditinjau. Lentur positip juga memberi arti bahwa serat yang tertarik adalah serat yang di bawah, dan serat tertekan adalah di bagian atas. Definisi ini berlaku sebaliknya untuk lentur negatip (lihat gambar 4). Serat tertekan Serat tertarik Serat tertarik Lentur positip Lentur negatip Gambar 4. erilaku lentur positip dan negatip Serat tertekan 46

4. MEKANISME LENTUR ADA BALOK BETON BERTULANG Seperti diketahui bahan bangunan yang terbuat dari beton mempunyai sifat yang kuat dalam menahan tekan namun lemah dalam menahan tarik. Karakteristik bahan beton beton ini oleh mahasiswa sudah dipelajari pada kuliah Bahan Bangunan. Dalam desain beton bertulang, terutama untuk beton mutu normal (f c <50 Ma), daerah tarik beton diabaikan dimana untuk menahan tarik tersebut dipasang tulangan baja yang mempunyai kekuatan tarik relatif sangat tinggi dibandingkan beton. engertian ini perlu ditekankan kepada para mahasiswa agar mereka lebih cermat dalam melakukan kalkulasi daerah tarik dan tekan penampang. Karena rendahnya kapasitas tarik pada beton, retak lentur biasanya dapat terjadi pada tahap awal pembebanan. Salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah terjadinya retak-retak tersebut, dapat dilakukan pretensioning terhadap tulangan-tulangan baja pada elemen beton bertulang, sehingga dihasilkan suatu bentuk beton bertulang yang disebut dengan beton prategang (gambar 5). A C B Gaya prategang longitudinal Gambar 5. retensioning pada elemen balok ot. C ot. A,B 5. ALIKASI MEKANIKA BAHAN ADA BALOK BETON BERTULANG Aplikasi Mekanika Bahan pada balok beton bertulang dapat dicontohkan melalui struktur balok beton tanpa tulangan yang terlihat pada gambar 6. Momen yang timbul akibat beban luar pada dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya dalam tarik dan tekan. Balok tersebut dapat runtuh secara tiba-tiba dan total jika retak terbentuk pada zona tarik penampang. ada balok beton bertulang, tulangan baja ditanam di dalam beton sedemikian rupa sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang retak dapat dikembangkan pada tulangan baja. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk mengatasi kelemahan beton dalam menahan tarik maka ditambahkan tulangan baja pada bagian penampang beton yang berpotensi mengalami tarik pada saat menahan beban. Karakteristik yang dipunyai beton tersebut sangat penting untuk dicermati dan diketahui oleh mahasiswa, terutama untuk menentukan serat mana yang mengalami tarik dan tekan (seperti telah diuraikan pada sub bab 3.2 di atas). 47

A A (a) Balok beton tanpa tulangan dan beban A 0 tegangan tekan tegangan tarik (b) tegangan pada balok beton A tulangan baja retak/cracks tegangan tekan beton tegangan tarik baja (c) tegangan pada balok beton bertulang Gambar 6. Balok beton tanpa dan yang dipasang tulangan 5.1. Mekanisme Gaya-gaya Dalam pada enampang Balok Beton Bertulang yang Mengalami Lentur Hampir semua elemen struktur seperti balok, kolom dan pelat mengalami momen lentur. ada umumnya, elemen struktur yang mengalami lentur berlaku hukum Bernoulli dimana distribusi regangan di sepanjang tinggi penampang dapat diasumsikan linier. Berdasarkan teori balok elastik, distribusi tegangan pada penampang akibat momen lentir M dapat dituliskan sebagai berikut: My σ = (3) I erlu dijelaskan kepada mahasiswa bahwa persamaan (3) hanya berlaku untuk penampang beton tanpa tulangan yang belum retak. Hal ini dikarenakan: Hubungan tegangan-regangan tekan beton bersifat non-linier 48

Adanya tulangan baja pada penampang yang berfungsi untuk mentransfer gaya tarik pada saat terjadi retak pada penampang. Selanjutnya mekanisme kesetimbangan gaya-gaya dalam penampang beton bertulang diilustrasikan pada gambar 7. M j d C T Gambar 7. Mekanisme gaya-gaya dalam yang bekerja pada beton bertulang Jika tidak ada gaya aksial luar yang bekerja pada penampang, maka pada penampang di atas berlaku: M = C j d atau M = T j d (4) dan C T = 0 (5) atau C = T (6) 5.2. erilaku Lentur Balok Beton Bertulang Salah satu materi dari kuliah Mekanika Bahan adalah mengenai perilaku lentur pada batang prismatis. Untuk mempelajari perilaku lentur tersebut biasanya disampaikan sub materi mengenai teori momen-kelengkungan. Aplikasi lentur pada batang prismatis tersebut dapat dijelaskan kepada mahasiswa, yaitu dengan langsung menggambarkan diagram Momenkelengkungan (kurvatur) penampang. Secara garis besar perilaku lentur pada balok beton bertulang dapat dijelaskan pada gambar 8. ada saat awal, dimana retak belum terjadi, nilai regangan yang terjadi akibat momen yang bekerja adalah sangat kecil, sehingga distribusi tegangan yang diperoleh pada dasarnya masih linier (titik A). ada kondisi ini hubungan momen dan kelengkungan pada penampang juga bersifat linier (lihat segmen O-B). Jika beban yang bekerja terus ditingkatkan, retak akan terjadi pada tepi bawah penampang yang mengalami momen maksimum. Retak terjadi pada saat tegangan tarik pada tepi bawah mencapai kekuatan tarik beton. ada saat terjadi gaya tarik pada beton di lokasi retak akan ditransfer ke tulangan baja, sehingga penampang beton yang efektif dalam menahan momen menjadi berkurang. ada saat ini kekakuan balok juga berkurang (segmen B-C-D), namun distribusi tegangan masih mendekati kondisi linier. 49

40 Momen (ft-kip) 30 20 10 D=tulangan leleh C=beban layan M R baja φ garis netral d E=runtuh/failure M B=retak/crack A crack 0 0,0004 0,0008 0,0012 0,0016 Kurvatur, φ (1/in) Gambar 8. erilaku momen-kurvatur balok beton bertulang Jika beban terus ditingkatkan pada akhirnya tulangan baja akan leleh (titik C). Setelah leleh terjadi, kelengkungan balok meningkat dengan cepat dengan sedikit peningkatan pada momen (segmen D-E). 6. KESIMULAN Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mata kuliah Mekanika Bahan merupakan salah satu mata kuliah yang sangat penting untuk dipahami, baik filosofi, mekanisme gaya-gaya dalam maupun aplikasinya ke sistem struktur. rediksi mengenai zona tarik dan tekan pada struktur perlu lebih dicermati agar dalam desain beton bertulang nantinya tidak terjadi kegagalan. Mekanika Bahan dapat diaplikasikan secara luas, salah satunya ke struktur beton bertulang. engetahuan yang baik dari pengajar terhadap materi mata kuliah ini dan disertai dengan metode pengajaran yang efektif dan aplikatif, diharapkan dapat ditransfer ilmu kepada mahasiswa dengan baik. 7. DAFTAR USTAKA 1. MacGregor, J.G. (1997); Reinforced Concrete, Mechanics and Design, rentice Hall. 2. Singer, F.L. dan ytel, A. (1980); Kekuatan Bahan (terjemahan oleh Darwin Sebayang), Erlangga. ENULIS Dr.Ir. Antonius, M.T., Staf engajar Jurusan Teknik Sipil UNISSULA Semarang, e-mail: antoni67a@yahoo.com Ir. rabowo Setiyawan, M.T., Staf engajar Jurusan Teknik Sipil UNISSULA Semarang 50