BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi,

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN HAMA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang banyak terdapat di Indonesia. Lalat ini merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

Pengaruh Halusan Biji Sirsak ( Annona muricata L.) Terhadap Angka Kematian Larva Nyamuk Culex sp. Riyanto *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes, gejala malaria pada tahun 2013 (WHO, 2014).

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk. penanggulangan dan pencegahannya (Notoadmodjo, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. organisme termasuk manusia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sekitar 95% dari berbagai jenis lalat yang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

ABSTRAK. NILAWATI SURYA DARMA. Aplikasi Insektisida Nabati Daun Sirsak. (Annona Muricata L) Pada Konsentrasi yang Berbeda Untuk Mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan pada WHO setiap tahun, akan tetapi WHO mengestimasi jumlah

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh bagi penularan parasit. Oleh karena itu penyakit yang disebabkan oleh parasit banyak dijumpai, penularannya dapat melalui kontak langsung atau tidak langsung bisa melalui makanan, air, hewan vertebrata maupun vektor Arthopoda. Vektor merupakan Arthopoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor penyakit merupakan Arthopoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai Arthopoda borne diseases atau sering juga disebut sebagai Vector borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan sering kali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. (Permenkes No.347, 2010) Indonesia terdapat berbagai macam jenis vektor yaitu, nyamuk, lalat, kecoa dan sebagainya. Kecoa adalah salah satu vektor yang dapat menimbulkan atau menularkan berbagai macam penyakit dan jenis kecoa yang banyak ditemukan di lingkungan pemukiman Indonesia adalah kecoa Periplaneta americana dan 1

kecoa ini merupakan salah satu serangga rumah yang sering menganggu kenyamanan hidup manusia bahkan dapat menggangu kesehatan manusia, serangga ini dikatakan penganggu karena meninggalkan bau yang tidak sedap, menyebarkan berbagai patogen penyakit, menimbulkan alergi, mengotori dinding, buku, dan perkakas rumah tangga. (Depkes, 2012, http://www.depkes.go.id ) Penanggulangan penyakit yang ditularkan oleh vektor serangga ini selain dengan pengobatan terhadap penderita, juga dilakukan upaya-upaya pengendalian vektor terutama upaya mencegah kontak dengan vektor guna mencegah penularan penyakit. Satu diantaranya adalah cara pengendalian vektor dengan menggunakan Insektisida. (Kemenkes RI, 2012) (http://www.depkes.go.id/downloads/pengendali%20kecoa.pdf ) Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti secara sanitasi, biologis, mekanis atau kimiawi. Pada umumnya cara kimiawi lebih banyak dilakukan oleh masyarakat seperti penyemprotan atau pengasapan karena dinilai lebih praktis walaupun asap yang mengandung insektisida ini dapat menyebar keseluruh ruangan didalam rumah dan meracuni penghuni rumah, karena efek dari pengendapan nya yang berbekas diberbagai barang yang terdapat dirumah selain itu metode ini juga dapat meninggalkan residu yang berbahaya bagi manusia (EHW 2005, http://www.ehw.org/atsma/asth_cockroachcontrol.html ). 2

Oleh karena itu perlu dicari pengendalian lain yang lebih aman terhadap lingkungan dan manusia salah satu solusinya adalah mengunakan biopestisida yang memungkinkan ramah lingkungan dan tidak berbahaya. Pestisida alam suatu jenis pestisida yang diperoleh dari bahan alam seperti hewan, tumbuhan, bakteri dan beberapa mineral dan biopestisida ini diyakini memiliki efek buruk yang sangat sedikit bagi kesehatan manusia atau lingkungan dibandingkan dengan pestisida sintetik karena sifatnya yang terkomposisi di alam (Helmilani, 2013:15). Tanaman sirsak (Annona muricata linn) berpotensi sebagai bahan pestisida hayati. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatasin, squamosin, saponin, flavonoid, dan tanin (Harsoyo dan Afri, 2002:10). Menurut Kardinan (2000:7), insektisida nabati yang berasal dari daun sirsak dapat digunakan petani sebagai pengendali hama yang efektif membunuh hama belalang dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam daun sirsak berfungsi sebagai racun kontak dan racun perut bagi serangga. Bagian tanaman sirsak yang digunakan untuk membuat insektisida nabati adalah daun dan bijinya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit informasi yang ada mengenai pemanfaatan daun sirsak sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan kecoa untuk itu diperlukan penelitian ini. 3

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, agar serangga pemukiman dapat di kendalikan secara aman dan tidak berbahaya penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L) Sebagai Biopestisida Pengendali Kecoa Amerika (Periplaneta americana (L)) (Blattaria:Blattidae) Di Pemukiman. 4

B. Identifikasi Masalah 1. Masih banyaknya populasi kecoa Periplaneta americana yang menginvasi rumah dan bersarang dipemukiman. 2. Kecoa (Periplaneta americana) merupakan serangga yang hidup di tempat kotor dan menjijikan sehingga dapat sebagai vektor penularan macam penyakit. 3. Pengendalian kecoa cenderung dengan menggunakan pestisida dengan kandungan senyawa kimia dan pengasapan (fogging). 4. Sebagaian masyarakat belum mengetahui bahwa bahan-bahan yang alami dapat dijadikan sebagai bahan pesisida pembasmi serangga. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana efektivitas biopestisida ekstrak daun sirsak terhadap mortalitas kecoa Periplaneta americana? 5

D. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian tidak meluas dan tidak menyimpang dari masalah dan tujuan penelitian, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Serangga yang digunakan adalah kecoa Periplaneta americana yang berumur yang sudah dewasa (berumur 4 bulan fase dewasa I ). 2. Bahan yang digunakan yaitu bagaian daun sirsak (Annona muricata linn) dari pucuk daun ketiga dan digunakan daun yang sudah tua. 3. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak induk yaitu ekstrak yang dihasilkan dari pelarut bahan sirsak sebanyak 100 gr di tambah pelarut (aquadest) sebanyak 100 ml sehingga ekstrak 100%. 4. Objek penelitian dibagi menjadi enam perlakuan yaitu : 0%, 15%, 30%, 45%, 60%, dan 75% konsentrasi ekstrak yang digunakan merupakan pengembangan dari hasil uji penelitian terdahulu. 5. Waktu pengamatan dilakukan pada 30,60,90 dan 120 menit. 6. Parameter yang diukur adalah pengamatan terhadap jumlah kematian kecoa P.americana yang mencapai 50% pada masing-masing perlakuan. 6

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi efektivitas ekstrak daun sirsak (Annona muricata linn) sebagai biopestisida terhadap mortalitas kecoa Periplaneta americana. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti, memberikan suatu pengalaman baru dalam penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan sirsak yang berpotensi sebagai pengendali populasi kecoa sehingga dapat digunakan dalam pengembangan metode pengendalian kecoa dilingkungan pemukiman. 2. Manfaat bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat tumbuhan sirsak yang dapat berpotensi sebagai bahan pembuat pestisida nabati yang aman dan efisien digunakan. 3. Manfaat bagi pendidikan, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pengayaan dan memberikan alternatif sebagai bahan praktikum di SMA dalam materi pembelajaran biologi kelas 3 smester 2 dengan pokok bahasan Bioteknologi. 7

G. Kerangka Pemikiran Kecoa P.americana Ekstrak daun sirsak Kondisi Treatment dengan penyemprotan ke hewan uji Menimbulkan efek racun terhadap kecoa Mortalitas kecoa Menberikan solusi dengan penggunaan biopestisida yang efektif sebagai bahan pengendali populasi kecoa Gambar 1.1, Bagan Kerangka Pemikiran Kecoa Periplaneta americana disebut juga kecoa domstik, serangga ini sangat dekat kehidupannya dengan manusia dan menyukai bangunan yang hangat, lembab, dan banyak terdapat makanan. Akan tetapi serangga ini merupakan vektor ektoparasit yang dapat menimbulkan berbagai penyakit sehingga dapat juga menginfeksi manusia dimana penularannya melalui kontak langsung dan tidak langsung, penularannya dapat melalui makanan, air, hewan vertebrata maupun vektor arthopoda. Sehingga kecoa menjadi permasalahan umum yang sering terdengar saat ini adalah kehadiran populasi kecoa yang menginvasi rumah-rumah manusia lalu menimbulkan rasa tidak nyaman karena bau dan alergi yang ditimbulkan, sehingga untuk mengurangi populasi kecoa tersebut kecenderungan 8

masyarakat menggunakan pestisida yang berbahan kimia seperti pengasapan, spray kimia anti serangga. Dengan pemakaian bahan kimia ini sebenarnya menambah permasalahan bagi kesehatan manusia juga yang berdampak jangka pendek atau jangka panjang. Untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh serangga tersebut perlu dilakukan pengendalian salah satu yang dapat dijadikan alternatif yang efektif dan tidak menimbulkan efek samping adalah dengan menggunakan biopestisida yang dibuat dari ekstrak daun sirsak, pengaplikasiannya dapat dibuat spray yang bisa digunakan dengan disemprotkan dengan kontak langsung. Daun sirsak mengadumg senyawa accetogenin antara lain: asimisin, bulatacin, dan squamosin selain itu kandungan kimia yang dimiliki daun sirsak adalah minyak atsiri, alkaloida, flavonoida, saponin, tanin dan glikosida. Kandungan flavonoida inilah yang mempunyai sifat racun dan insektisida sehingga kemungkinan dapat berdampak pada mortalitas kecoa dan dapat memberikan solusi untuk pengendalian populasi kecoa yang menginvasi rumah-rumah. 9

H. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Biopestisida dapat mengendalikan kehidupan insekta yang digolonggkan sebagai serangga penganggu, karena potensi dari senyawa kimia yang terkandung dari bahan alami bisa dijadikan sebagai insktisida yang ramah lingkungan dan tidak menganggu kesehatan manusia. 2. Hipotesis Berdasarkan asumsi maka diperoleh hipotesis bahwa, Biopestisida ekstrak daun sirsak efektif terhadap mortalitas kecoa Periplaneta americana. I. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terlibat dalam penelitian, maka penulis mengemukakan penjelasan istilah-istilah yang terdapat pada rumusan judul penelitian diatas. 1. Efektivitas Efektifitas dalam penelitian ini adalah potensi racun yang dihasilkan oleh ekstrak daun sirsak dapat membuat mortalitas kecoa P.americana dengan kematian minimal lima puluh persen dari populasi. 2. Ekstrak Daun Sirak (Annona muricata linn ) Ekstrak daun sirsak dalam penelitian ini adalah ekstrak induk dimana ekstrak yang dihasilkan dari pelarut bahan sirsak sebanyak 100 gr di tambah pelarut (aquadest) sebanyak 100 ml sehingga ekstrak 100%. 10

3. Biopestisida Biopestisida merupakan tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pestisida, baik secara langsung berfungsi sebagai pestisida maupun harus diekstrak terlebih dahulu. J. Struktur Organisasi Skripsi Terdapat lima bagian yang diuraikan dalam bab skripsi penelitian ini, yaitu sebagai berikut : BAB 1, Bab ini berisi penjelasan mengenai pendahuluan dan penelitian yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, asumsi, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Pada bab ini terangkum berbagai kebutuhan yang muncul sehingga menimbulkan alasan untuk membuat penelitian dengan judul sepeti yang telah ditulis. BAB 2, Menjelaskan kajian teoritis yang berkaitan dengan variabel penelitian yang diteliti sebagai dasar dalam penyusun laporan dan penjelasan materi yang diteliti. BAB 3, Menjelaskan metode atau cara kerja dalam penelitian. Secara rinci uraianya terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data. 11

BAB 4, Bab ini membahas tentang deskripsi hasil dan temuan penelitian serta membahas hasil dan temuan penelitian tersebut sesuai dengan rumusan masalah. BAB 5, Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang diambil dari penelitian ini. Bagian akhir skripsi, Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat peneliti. 12