BAB II KAJIAN PUSTAKA. Agar dapat memahami tentang pembentukan karakter, perlu diketahui tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kode Kehormatan Pramuka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

BAB II TANJAUAN PUSTAKA. merupakan tafsiran dari stimulus yang telah ada di dalam otak.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB III DESKRIPSI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN KURIKULUM 2013

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM MATERI PEMBELAJARAN Cholisin *

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERAN GERAKAN PRAMUKA DALAM MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP SEHAT DI MASYARAKAT

BAB V PENUTUP. Yogyakarta, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter terletak pada strategi

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Dr. Marzuki Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERAN PEMBELAJARAN PKn DAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MAN 1 YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Pembentukan Karakter Agar dapat memahami tentang pembentukan karakter, perlu diketahui tujuan dari pendidikan karakter yaitu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang (Mulyasa, 2011: 9). Untuk itu berikut akan diuraikan pengertian tentang konsep pendidikan karakter, prinsip-prinsip pendidikan karakter, dan grand design pendidikan karakter. Adapun pengertian dari masing-masing konsep tersebut adalah sebagai berikut: 1. Konsep Pendidikan Karakter Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif bukan netral. Sedangkan karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 682) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unikbaik yang terpateri dalam diri dan terimplementasi dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau dasekelompok orang (Kemendiknas, 2010). Fatchul Mu in (2011) memberikan ciri-ciri karakter sebagai berikut: karakter adalah siapakah dan apakah kamu pada orang lain sedang kamu melihat; karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan; karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua; karakter bukanlah reputasi atau apa 15

16 yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu; karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain; karakter tidak relatif. Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebijakankebijakan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat (Lickona dalam Saptono, 2011: 23). Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan atau dilakukan (Kemendiknas, 2010). Pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Seseorang dapat dikatakan berkarakter/berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya (Nurul Zuriah, 2011: 17). Berdasarkan pemaparan di atas pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja. Guna membentuk kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang nilai-nilai karakternya tidak relatif sehingga terbentuk ciri atau karakteristik tertentu yang ditanamkan dan dipraktekkan secara sadar dan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan.

17 2. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter Ada sebelas prinsip yang dapat mempengaruhi efektifitas pelaksanaan pendidikan karakter. Prinsip ini seperti dijelaskan dalam Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama (Kemendiknas, 2010: 23). Prinsip ini sebagai berikut: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. b. Mengidenifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku. c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter. d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik. f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik. h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jaab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama. i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. Diharapkan sebelas prinsip pendidikan karakter diatas bisa diimplementasikan di dalam lingkungan sekolah. Dengan demikian, pendidikan karakter tidak hanya sebatas pada transfer pengetahuan akan nilai-nilai karakter saja tetapi juga dapat ditanamkan pada diri peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi kebiasaan yang baik.

18 3. Grand Design Pendidikan Karakter Dalam Kerangka Acuan Pendidikan Karakter, Kemendiknas (2010) telah menyusun grand design pendidikan karakter dengan menggunakan beberapa pendekatan pendidikan karakter yang antara lain sebagai berikut: a. Keteladanan Keteladanan dalam pendidikan karakter, selain keteladanan dari satuan pendidikan formal maupun nonformal dan perilaku dan sikap pendidik dalam memberikan contoh dapat dilakukan juga melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari satuan pendidikan formal dan nonformal yang berwujud kegiatan rutin atau kegiatan insidental: spontan atau berkala. Misalnya, lingkungan yang bersih, rapi dan teratur; datang tepat waktu dan berpakaian rapi; hikmat ketika upacara, tertib ketika beribadah; b. Pembelajaran Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus dengan nilai-nilai karakter tertentu yang menjadi target. Di satuan pendidikan formal dan nonformal melalui kegiatan yang diikuti oleh seluruh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Di luar satuan pendidikan dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik yang semua kegiatan telah dirancang sejak awal tahun pelajaran. c. Pemberdayaan dan Pembudayaan Pengembangan nilai/karakter dapat dilihat pada dua latar, yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang mencakup keseluruhan

19 konteks perencanaan dan ilmpementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional. Secara makro pengembangan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Berikut ini disajikan gambar proses pembudayaan dan pemberdayaan pendidikan karakter dalam konteks makro. Dalam proses ini berlangsung tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan formal dan nonformal, keluarga, dan masyarakat melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Kemudian dilakukan evaluasi hasil. Gambar 1. Proses Pembudayaan dan pemberdayaan pendidikan karakter dalam konteks makro (Kemendiknas, 2010: 28) Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan pengintegrasian pada semua mata pelajaran. Kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan nonformal sehingga terbiasa membangun kegiatan keseharian yang mengandung nilai karakter. Kegiatan kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler sehingga dapat terjadi proses pembiasaan karakter. Kegiatan

20 keseharian di rumah dan masyarakat yang diupayakan terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia. Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut. d. Penguatan Gambar 2. Konteks Mikro Pendidikan Karakter (Kemendiknas, 2010: 30) Penguatan sebagai respons dari pendidikan karakter perlu dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus. Penguatan dimulai dari lingkungan terdekat dan meluas pada lingkungan yang lebih luas. Di samping pembelajaran dan pemodelan, penguatan merupakan bagian dari proses intervensi. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses habituasi dan diberikan dalam setiap kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Sementara di lingkungan keluarga penguatan diberikan melalui orang tua/wali/tokoh-tokoh masyarakat terhadap karakter mulia dalam kebiasaan hidup sehari-hari. e. Penilaian Pada dasarnya, penilaian terhadap pendidikan karakter dapat dilakukan terhadap kinerja pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Pada kegiatan pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilihat pada portofolio atau catatan harian dan dengan

21 melakukan observasi untuk mengetahui apakah mereka sudah melaksanakan hal itu atau tidak. Selain itu penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter juga dapat ditujukan kepada peserta didik yang didasarkan pada beberapa indikator. Kemudian untuk mengetahui bahwa suatu satuan pendidikan formal dan nonformal itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan karakter perlu dikembangkan instrumen asesmen khusus dilanjutkan dengan monitoring pelaksanaan dan refleksi. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Kemendiknas telah meyusun sebuah grand design pendidikan karakter dengan memasukkan lima pendekatan di dalamnya yaitu keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan, penguatan serta penilaian. Masing-masing pendekatan tersebut memiliki peran yang sangat penting demi terlaksana dan tercapainya pendidikan karakter yang dikehendaki yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. B. Tinjauan tentang Peran Pembelajaran PKn Agar dapat memahami tentang peran pembelajaran PKn berikut akan diuraikan pengertian PKn, tujuan PKn, peran pembelajaran PKn, dan nilai-nilai karakter untuk mata pelajaran PKn dan indikatornya. Adapun tinjauan tentang peran pembelajaran PKn akan disajikan sebagai berikut: 1. Pengertian PKn Pada 1990-an, pendidikan kewarganegaraan di sejumlah negara dipahami secara berbeda-beda. Dari kajian Print (199: 11) terhadap pelaksanaan pendidikan

22 kewarganegaraan di Asia dan Pasifik, ditemukan ada yang menyebut pendidikan kewarganegaraan sebagai civic education yang mencakup kajian tentang pemerintah, konstitusi, rule of law, serta hak dan tanggung jawab warga negara. Untuk yang lainnya, pendidikan kewarganegaraan disebut citizenship education dengan cakupan dan penekanan kajian meliputi proses-proses demokrasi, partisipasi aktif warga negara, dan keterlibatan warga dalam suatu civil society (masyarakat warga). Namun, bagi kebanyakan, kajian civic education memasukkan pembelajaran-pembelajaran yang berhubungan dengan institusiinstitusi dan sistem yang melibatkan pemerintah, budaya politik (political heritage), proses-proses demokrasi, hak-hak dan tanggung jawab warga negara, administrasi publik dan sistem peradilan (Print, 1999: 11-12 dalam Samsuri, 2011: 30). Berdasarkan lampiran Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang Standar Isi, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Nu man Somantri mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan sebagai hasil: seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan-kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan Pendidikan IPS (Samsuri, 2011: 39).

23 Dari pemaparan di atas dapat disampaikan bahwa pendidikan kewarganegaraan menduduki posisi penting dalam pendidikan IPS yang memuat kajian tentang sistem hukum dan rule of law; hak-hak asasi manusia, politik, ekonomi, sosial; sejarah dan konstitusi; prinsip dan proses demokrasi; partisipasi warga negara dalam masalah kewargaan; perspektif internasional; dan nilai-nilai kewarganegaraan demokratis. Sehingga tujuan membentuk karakter peserta didik menjadi warga negara yang sadar hak dan kewajibannya agar menjadi cerdas, bertanggung jawab, terampil, dan berkarakter berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dapat tercapai. 2. Tujuan PKn Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menetapkan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu: a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

24 Sementara fungsi pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. 3. Peran Pembelajaran PKn Pelaksanaan kegiatan pembelajaran aktif melalui proses dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning (konstruktivisme, bertanya ; masyarakat belajar; menemukan ; pemodelan ; refleksi ; dan penilaian yang sebenarnya) disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Gambar 3. Penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran (Kemendiknas, 2010: 9).

25 Kegiatan pembelajaran PKn mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam standar isi. Sejalan dengan pengembangan karakter peserta didik, kegiatan pembelajaran PKn tersebut menuntut guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif dalam PKn antara lain dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut: a. Mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku teks, surat kabar, majalah, tokoh masyarakat b. Membaca dan menelaah (studi pustaka) c. Mendiskusikan, mempresentasikan, memberi tanggapan. d. Memecahkan masalah atau kasus e. Mengamati/mengobservasi. f. Mensimulasikan g. Mendemontrasikan h. Memberikan contoh i. Mempraktikan/menerapkan Pembelajaran aktif dalam PKn pada dasarnya menerapkan pendekatan CTL, berikut langkah langkah kegiatan pembelajaran yang dapat dicontohkan sebagai berikut:

26 PENDAHULUAN 1. Kesiapan kelas dalam pembelajaran (salah seorang diminta untuk memimpin berdo a, absensi, kebersihan kelas, menyanyikan salah satu lagu wajib, salah satu peserta didik memimpin mendoakan temannya yang tidak hadir karena sakit dll). (karakter religius). 2. Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari (karakter rasa ingin tahu) 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. 4. Meyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. KEGIATAN INTI 1. Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber seprti buku BSE, surat kabar, internet, dan sumber yang lain (eksplorasi); 2. Peserta didik memdalami dengan diskusi, pemecahan masalah, mempresentasikan dan memberi tanggapan, dsb (elaborasi). 3. Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan yang terkait dengan kegiatan eksplorasi dan elaborasi baik terkait dengan penguasaan kompetensi, konsep, karakter, maupun menjawab pertanyaan, dsb (konfirmasi). Guru melakukan penilaian proses. PENUTUP 1. Peserta didik dengan dibimbing dan difasilitasi guru membuat kesimpulan dan refleksi. 2. Peserta didik mencatat tugas-tugas kegiatan yang diberikan guru dan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. 3. Salah satu peserta didik memimpin do,a untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran (karakter religius). Sumber: Kemendiknas, 2010: 22-23. Dari pemaparan di atas proses pendidikan karakter dapat diberikan dalam pembelajaran PKn melalui pembelajaran aktif mulai dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Nilai-nilai karakter yang menjadi target dapat diinternalisasikan ke dalam tahapan pembelajaran aktif yang disesuaikan dengan

27 karakteristik siswa atau peserta didik dengan menggunakan metode eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi pada kegiatan inti. 4. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran PKn dan Indikatornya Berikut ini akan disajikan 13 nilai nilai karakter utama dan pokok PKn beserta beberapa indikatornya untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran. Ketigabelas nilai-nilai karakter utama tersebut yaitu: a. Religius Indikatornya, memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun; Berdoa setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan/melaksanakan tugas; b. Kejujuran Indikatornya, menepati janji; Berkata dan bertindak secara benar sesuai dengan fakta/tidak berbohong; c. Kecerdasan Indikatornya, berkata dan bertindak secara benar, cepat, dan akurat; Mampu menerapkan pengetahuannya terhadap hal-hal yang baru. d. Ketangguhan Indikatornya, sikap dan perilaku pantang menyerah /tidak mudah putus asa; Mampu mengatasi permasalahan dan kesulitan sehingga berhasil meraih tujuan atau cita-citanya. e. Kepedulian Indikatornya, memelihara kebersihan, keindahan, dan kelestarian alam; Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan terhadap orang lain yang dilanda musibah atau kurang beruntung dalam kehidupannya;

28 f. Demokratis Indikatornya, menghormati pendapat dan hak orang lain; Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. g. Nasionalis Indikatornya, berbahasa Indonesia secara baik dan benar; Memiliki rasa cinta tanah air (menghormati pahlawan, melakukan upacara bendera, memperingati hari-hari besar nasional, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan; melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, dsb). h. Kepatuhan pada aturan sosial Indikatornya, mematuhi tata tertib sekolah; Mematuhi norma, kebiasaan, adat dan peraturan yang berlaku. i. Menghargai keberagaman Indikatornya, saling menghormati dan bekerjasama walaupun adanya perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA); Tidak memilih-milh teman dalam pergaulan. j. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Indikatornya, bersikap dan bertindak adil; Belajar dengan tekun dan disiplin. k. Bertanggung jawab Indikatornya, melaksanakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik dan tepat waktu; Berani menanggung resiko atau akibat dari segala perbuatannya. l. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

29 Indikatornya, mengemukakan/mengusulkan sesuatu yang masuk akal dengan menggunakan akal yang sehat dan hati nurani yang luhur; Memberikan masukan yang bersifat mambangun. m. Kemandirian Indikator, tidak tergantung pada orang lain; Melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri; (Kemendiknas, 2010: 19-22). Berdasarkan pemaparan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di atas termuat berbagai nlai karakter utama antara lain nilai kereligiusan, nilai kejujuran, nilai kecerdasan, nilai ketangguhan, nilai kedemokratisan, nilai kepedulian, nilai nasionalisme, nilai kepatuhan pada aturan sosial, nilai menghargai keberagaman, nilai kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, nilai tanggung jawab, nilai berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, serta nilai kemandirian. Ketiga belas nilai-nilai karakter utama pada PKn ini dapat diukur dengan berbagai indikator dalam pelaksanaan pembelajaran PKn. Sementara dalam pelaksanaannya di kelas guru bisa mengembangkan indikatorindikator yang ada agar peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter siswa dapat terlaksana secara lebih maksimal. C. Tinjauan tentang Peran Kegiatan Kepramukaan Untuk memahami tentang peran kegiatan kepramukaan akan diuraikan tentang materi pokok anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Gerakan Pramuka, pendidikan dalam kepramukaan, peran pembina pramuka, metode kepramukaan, kepenegakan, dan nilai-nilai karakter dalam kepramukaan. Adapun tinjauan tentang peran kegiatan kepramukaan akan disajikan sebagai berikut:

30 1. Materi Pokok Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka Faktor-faktor yang melatarbelakangi penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka ialah: a. Jiwa Ksatria yang patriotik dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang adil dan makmur maupun material, spiritual, dan beradab. b. Kesadaran bertanggung jawab atas kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. c. Upaya pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan dengan sasaran sebagai: meningkatkan sumber daya kaum muda dalam mewujudkan masyarakat madani dan melestarikan keutuhan: 1) Negara Kesatuan Republik Indonesia 2) Ideologi Pancasila 3) Kehidupan rakyat yang rukun dan damai 4) Lingkungan hidup di bumi nusantara. Fungsi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Prammuka, a. Landasan hukum dalam pengambilan kebijakan Gerakan Pramuka b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan kegiatan kepramukaan. Organisasi ini bernama Gerakan Pramuka yaitu Gerakan Kepanduan Praja Muda Karana. Gerakan Pramuka didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961, sebagai kelanjutan dari pembaharuan Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia. Gerakan Pramuka adalah mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna

31 mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi: a. Memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani; b. Menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan (Pasal 3 AD Tahun 2012). Tugas Pokok Gerakan Pramuka ialah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, bertanggungjawab, mampu membina dan mengisi kemerdekaan serta membangun dunia yang lebih baik (Pasal 4 AD Tahun 2012). Dalam Pasal 6 AD Gerakan Pramuka, sifat Gerakan Pramuka adalah sebagai berikut: a. Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan yang keanggotaannya bersifat sukarela, mandiri, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama. b. Gerakan Pramuka bukan organisasi sosial-politik, bukan bagian dari salah-satu organisasi sosial-politik dan tidak menjalankan kegiatan politik praktis. c. Gerakan Pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing serta beribadat menurut agama dan kepercayaannya.

32 Gerakan Pramuka bertujuan agar: a. Anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti, dan kuat keyakinan beragamanya. b. Anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya. c. Anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya. d. Anggotanya menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia, patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelenggarakan pembangunan bangsa dan negara (Tim Esensi, 2012: 9). Dari pemaparan di atas Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan nonformal, memiliki tujuan yang sejalan dengan PKn yaitu mendidik dan membina kaum muda Indonesia menjadi manusia yang berwatak, berkepribadian, berbudi pekerti luhur serta menjadi warga negara Indonesia yang Pancasilais. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan oleh dasar negara serta konstitusi kita yaitu Pancasila dan UUD 1945. 2. Pendidikan dalam Kepramukaan Jalur Pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa proses pendidikan terdapat 2 (dua) jalur yaitu: a. Jalur pendidikan sekolah; merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

33 b. Jalur pendidikan luar sekolah; merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Dibeberapa negara dikatakan bahwa terdapat 3 (tiga) jalur pendidikan, yaitu: (a) Pendidikan formal; (b) Pendidikan non formal; (c) Pendidikan in formal. Ditinjau dari lingkungan hidup manusia, maka terdapat 3 (tiga) lingkungan pendidikan, yaitu: a. Lingkungan pertama dan utama adalah lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang dapat bersifat mendidik. b. Lingkungan kedua adalah lingkungan sekolah yang tugas utamanya adalah melaksanakan program-program pendidikan (bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan). c. Lingkungan ketiga adalah lingkungan masyarakat yang bersifat mendidik: Gerakan Pramuka, Palang Merah Remaja dan sebagainya. Sedangkan jalur pendidikan menurut Pasal 23 ART Tahun 2012, dapat disampaikan sebagai berikut: a. Pendidikan kepramukaan dalam sistem pendidikan nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal, berarti pendidikan yang dilaksanakan di luar sistem pendidikan sekolah (formal) dan di luar sistem pendidikan keluarga (informal). b. Pendidikan nonformal yang dilaksanakan dalam pendidikan kepramukaan diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai kepramukaan dalam pembentukan

34 kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup. Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan/ atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Gerakan Pramuka adalah Gerakan (Lembaga) Pendidikan yang komplementer dan suplementer (melengkapi dan memenuhi pendidikan yang diperoleh anak/remaja/pemuda di rumah dan di sekolah), pada segmen yang belum ditangani oleh lembaga pendididikan yang pelaksanaannya mengunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan di Alam Terbuka (outdoor activities), dan yang sekaligus dapat menjadi upaya education bagi dan oleh anak/remaja/pemuda/pramuka sendiri. Pendidikan dalam kepramukaan diartikan secara luas adalah suatu proses pembinaan dan pengembangan sepanjang hayat yang berkesinambungan atas kecakapan yang dimiliki peserta didik, baik dia sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat. Sasaran pendidikan dalam arti luas tersebut adalah menjadikan peserta didik sebagai manusia yang mandiri, peduli, bertanggungjawab dan berpegang teguh pada nilai dan norma dalam masyarakat. Pendidikan dalam arti luas bertumpu pada empat sendi atau soko guru yaitu: a. Belajar mengetahui (Learning to know) untuk memiliki pengetahuan umum yang cukup luas untuk dapat bekerja secara mendalam dalam beberapa hal. Ini juga mencakup belajar untuk belajar, agar dapat memanfaatkan peluangpeluang pendidikan sepanjang hidup.

35 b. Belajar berbuat (Learning to do) bukan hanya untuk memperoleh kecakapan/ketrampilan kerja, melainkan juga untuk memiliki ketrampilan hidup yang luas, termasuk hubungan antar pribadi dan hubungan antar kelompok. c. Belajar hidup bermasyarakat (Learning to live together) untuk menumbuhkan pemahaman orang lain, menghargai saling ketergantungan, ketrampilan dalam kerja kelompok dan membereskan pertentangan-pertentangan, serta menghormati sedalam-dalamnya nilai-nilai kemajemukan (pluralism), saling pengertian, perdamaian, dan keadilan. d. Belajar untuk mengabdi (Learning to serve). Di sini Pramuka dilatih untuk peduli terhadap sesama dan alam semesta. e. Belajar menjadi seseorang (Learning to be) agar dapat lebih mengembangkan watak serta dapat bertindak dengan otonom/kemandirian berpendapat dan bertanggungjawab pribadi yang makin besar. Proses pendidikan dalam kepramukaan terjadi pada saat peserta didik asik melakukan kegiatan yang menarik, menyenangkan, rekreatif dan menantang. Pada saat sedemikian itu, Pembina Pramuka disela-sela kegiatan kepramukaan tersebut memberikan bimbingan dan pembinaan watak (Pusdiklatda DIY, 2011: 22-23). Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Pasal 7 yang dimaksud dengan kegiatan pendidikan kepramukaan yaitu: (1) Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kode kehormatan pramuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2). (2) Kegiatan pendidikan kepramukaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan spiritual dan intelektual,

36 keterampilan, dan ketahanan diri yang dilaksanakan melalui metode belajar interaktif dan progresif. (3) Metode belajar interaktif dan progresif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwujudkan melalui interaksi: (a) pengamalan kode kehormatan pramuka; (b) kegiatan belajar sambil melakukan; (c) kegiatan yang berkelompok, bekerja sama, dan berkompetisi; (d) kegiatan yang menantang; (e) kegiatan di alam terbuka; (f) kehadiran orang dewasa yang memberikan dorongan dan dukungan; (g) penghargaan berupa tanda kecakapan; dan (h) satuan terpisah antara putra dan putri. (4) Penerapan metode belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental pramuka. (5) Penilaian atas hasil pendidikan kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan berdasarkan pada pencapaian persyaratan kecakapan umum dan kecakapan khusus serta pencapaian nilai-nilai kepramukaan. (6) Pencapaian hasil pendidikan kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan dalam sertifikat dan/atau tanda kecakapan umum dan kecakapan khusus. Dari pemaparan di atas pendidikan karakter dalam kegiatan kepramukaan diberikan pada peserta didik pada saat siswa atau peserta didik sedang asik melakukan kegiatan yang menarik, menyenangkan, rekreatif dan menantang, sehingga tugas pembinalah yang harus mampu menciptakan kegiatan yang menarik, menyenangkan, rekreatif dan menantang. Dalam pelaksanaannya kegiatan kepramukaan banyak dilakukan di alam terbuka sehingga setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai dua nilai yaitu nilai formal (pendidikan karakter) dan nilai materiilnya yaitu kegunaan praktisnya. 3. Peran Pembina Pramuka Peran pembina pramuka dapat disampaikan sebagai berikut:

37 a. Pembina pramuka adalah anggota dewasa yang terlibat langsung dalam kegiatan kepramukaan dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik yaitu terciptanya kegiatan yang bersifat kekinian, menarik dan menantang. b. Pembina pramuka dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan dan Sistem Among mendayagunakan kegiatan peserta didik menjadi media pendidikan. c. Pembina pramuka adalah sukarelaan yang memilih komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip dasar kepramukaan dan sebagai mitra peserta didik sangat peduli terhadap kebutuhan mereka, serta dengan penuh kesabaran: memotivasi, membimbing, membantu dan memfasilitasi kegiatan sehingga kegiatan peserta didik dapat berjalan dengan lancar, sukses dan terjaga keselamatannya (Pusdiklatda, 2011: 70-71) Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pembina pramuka adalah seseorang yang memerankan dirinya dengan baik. Memerankan diri dengan baik yaitu dengan melengkapi diri dengan berbagai pengetahuan maupun ketrampilan kepramukaan dan menghayati dengan baik prinsip-prinsip dalam kepramukaan sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik. 4. Metode Kepramukaan Pembina pramuka dalam melaksanakan kegiatan kepramukaan di gugus depannya memerlukan suatu metode. Metode ini digunakan untuk mengembangkan aspek spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik yang ada pada dirinya. Metode kepramukaan yang digunakan dalam pendidikan

38 kepramukaan adalah metode belajar interaktif dan progresif, yang dapat dilaksanakan melalui: a. pengamalan Kode Kehormatan Pramuka; b. belajar sambil melakukan; c. kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi; d. kegiatan yang menarik dan menantang; e. kegiatan di alam terbuka; f. kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan; g. penghargaan berupa tanda kecakapan; dan h. satuan terpisah antara putra dan putri; (Pasal 9 AD Tahun 2012). Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa metode kepramukaan yang terdapat pada Pasal 9 AD Tahun 2012 sema dengan yang terdapat Pasal 7 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Baik tingkat siaga, penggalang, maupun penegak kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan di gugus depannya harus sesuai dengan metode kepramukaan yang telah di tetapkan pada undang-undang maupun pada anggaran rumah tangga gerakan pramuka. 5. Kepenegakan Pramuka Penegak atau kepenegakaan di dalamnya akan diuraikan beberapa definisi antara lain filosofi pramuka penegak, kiasan dasar pramuka penegak, sifat kegiatan kepenegakaan, dan area pengembangan. Adapun uraian tersebut adalah sebagai berikut:

39 a. Filosofi Pramuka Penegak Dalam teori perkembangan, pada usia remaja terdapat tiga tahapan secara berurutan yaitu remaja awal, remaja madya, dan remaja akhir (Kimmel, 1995:16) Pada tahapan remaja awal, tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya adalah penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya dengan efektif. Remaja pada usia tersebut mengalami perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik. Penegak adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 16-20 tahun yang perkembangannya berada pada tahapan pertama dan kedua yaitu remaja awal dan remaja madya. Pada tahapan madya, tugas perkembangan yang utama adalah mencapai idealisme dan kemandirian, kebebasan dari orang tua, memperluas hubungan dengan kelompok sebaya. Pada tahapan ini, remaja mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan, belajar menangani hubungan interaksi dengan lawan jenis. Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan dasar bagai Pembina untuk mempersiapakan bahan, metode dan cara pendekatan yang tepat, sehingga mudak untuk memahami karakter masing-masing remaja. Pembinaan Pramuka Penegak dilakaukan secara pribadi sehingga tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka seklaigus juga turut mempertimbangkan perkembangan jiwanya (Tim SKU Penegak dan Panduan, 2011: 3). Dari pemaparan di atas penegak adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 16-20 tahun, dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas merupakan penegak apabila sudah dikukuhkan.

40 Apabila belum maka masih menjadi calon penegak. Untuk menjadi penegak dibutuhkan kesukarelaan dari siswa atau peserta didik untuk menjadi anggota dewan ambalan di gugus depannya. b. Kiasan Dasar Pramuka Penegak Pembinaan golongan Pramuka Penegak merupakan tahapan pembinaan Pramuka Penggalang. Jika Penggalang dikiaskan sebagai masa pemuda menggalang persatuan bangsa, maka Penegak dikiaskan sebagai masa pemuda menegakkan kemerdekaan bangsa. Pemberian nama golongan pembinaan kepramukaan sesuai penggolongan usia peserta didik, mengadaptasi proses pajang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya meraih kemerdekaan. Kiasan dasar pembinaan golongan Penegak adalah masa kesiapan menegakkan kemerdekaan yaitu untuk peserta didik usia 16-20 tahun. Satuan terkecil dalam Golongan Penegak disebut Sangga, terdiri 4 sampai dengan 8 orang. Arti kata Sangga adalah gubug atau rumah kecil tempat menggarap sawah. Nama Sangga disusun sesuai dengan kiasan dasar proses meraih kemerdekaan yaitu Perintis, Penegas, Pencoba, Pendobrak, Pelaksana. Nama Sangga dipilih dan diambil dari cerminan sifat-sifat baik yang menonjol yang akan ditiru oleh anggota Sangga tersebut. Pemimpin Sangga dan Wakil Pemimpin Sangga dipilih berdasarkan musyawarah sangga (Tim SKU Penegak dan Panduan, 2011: 3-4). Nama-nama kelompok atau sangga di ambalan disesuaikan dengan proses meraih kemerdekaan yaitu Perintis, Penegas, Pencoba, Pendobrak, Pelaksana.

41 Namun, karena jumlah sangga yang banyak maka untuk setiap nama dapat digunakan lebih dari satu sangga dengan menambah angka di belakangnya misalnya: Perintis 01, Perintis 02, dan seterusnya. Ambalan Penegak idealnya terdiri atas 12-32 Pramuka Penegak yang dibagi menjadi 3 sampai 4 sangga. Arti kata ambalan berasal dari bahasa Jawa ambalambalan, yakni kegiatan yang dilakukan terus menerus. Ambalan juga disebut sekumpulan orang yang sedang melakukan suatu pekerjaan. Nama Ambalan Penegak biasanya diambil dari nama-nama pahlawan. Namun, demikian tidak menutup kemungkinan nama Ambalan juga diambil dari nama-nama tokoh kerajaan, pewayangan atau legenda. Dalam pemilihan nama diambil yang terbaik menurut anggota Ambalan, sehingga memiliki makna dan kebanggaan bagi seluruh anggota Ambalan. Tingkat kecakapan umum Pramuka Penegak berupa tanda pundak yang dibuat dari kain dengan warna dasar hijau tua. Tulisan dan gambar pada tanda tersebut dibuat dengan sulaman atau logam berwarna kuning emas. Berbentuk trapesium, berwarna dasar hijau tua dengan panjang sisi 5cm, sisi atas 4cm dan panjang kaki miring kiri dan kanan masing-masing 7,5cm, di dalamnya terdapat gambar bintang sudut lima di bawahnya terdapat sepasang tunas kelapa yang berlawanan arah dan di bawah tunas kelapa terdapat tulisan BANTARA atau LAKSANA. Bintang bersudut lima mempunyai arti bahwa Pramuka Penegak bertakwa kepada Tuahan Yang Maha Esa dan bermoral Pancasila. Tunas kelapa yang berlawanan arah mengibaratkan keselarasan dan kesatuan gerak Pramuka Penegak putra dan putri yang sedang membina dirinya sebagai makluk pribadi,

42 sosial dan makluk Tuhan menuju cita-cita bangsa. Tanda dipundak mengibaratkan tanggungjawab yang tidak ringan yang harus dipikulnya sebagai anggota Gerakan Pramuka dan kader pembangunan bangsa dan negara. Bantara mengandung pengertian kader, ajudan, pengawas pembangunan yang kuat, baik dan terampil serta bermoral Pancasila. Calon pemimpin bangsa dan negara yang masih belajar dan mengembangkan kemampuannya dalam memimpin. Laksana mengandung arti pemimpin muda yang sudah sanggup mengemban dan melaksanakan tugas pembangunan bangsa dan negara serta mempunyai tanggung jawab yang lebih besar (Tim SKU Penegak dan Panduan, 2011: 4). Dari pemaparan di atas, penegak dikiaskan sebagai masa pemuda menegakkan kemerdekaan bangsa. Kiasan dasar digunakan supaya generasi muda tidak lupa dengan sejarah perjuangan bangsa dalam usaha memperoleh kemerdekaan dan mempertahankannya. Di MAN Yogyakarta 1 nama ambalannya untuk yang putra adalah Alibasyah diambil dari nama tangan kanan Pangeran Diponegoro yang setia berjuang bersama beliau melawan Belanda. Sementara untuk ambalan putri adalah Ratnaningsih beliau adalah istri Pangeran Diponegoro yang setia menemani perjuangan perjuangan Pangeran Diponegoro. Satuan terkecil di ambalan ada 32 sangga yang dibagi menjadi 6 ambalan kecil. Untuk nama sangga yang digunakan sesuai dengan yang disampaikan di atas. Sementara anggota yang menjadi penegak bantara dan laksana juga sudah cukup banyak baik untuk ambalan putra maupun ambalan putri. Walaupun jumlah penegak laksana tidak sebanyak jumlah penegak bantara karena syarat kecakapan umum yang lebih berat.

43 c. Sifat Kegiatan Kepenegakan Sifat umum yang memiliki Pramuka Penegak adalah semangat juang yang tinggi, idealisme, kemauan yang kuat, percaya diri, mencari jati diri, kreatif dan peduli terhadap lingkungan masyarakat, serta memiliki loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Mengingat sifat umum tersebut maka sifat kegiatan Kepenegakan secara umum masih memerlukan bimbingan orang dewasa dengan motto dari, oleh, dan untuk Pramuka Penegak di bawah tanggungjawab orang dewasa. Bentuk kegiatan Kepenegakan meliputi: 1) Bina Diri Bina diri merupakan upaya peningkatan kemampuan jiwa dan ketrampilan dengan cara menuntut ilmu pengetahuan. 2) Bina Satuan Bina satuan merupakan upaya terus menerus mengabdikan diri pada perindukan Siaga atau pasukan Penggalang dalam ketrampilan khusus dan inovatif. 3) Bina Masyarakat Bina masyarakat upaya dan semangat untuk menjadi penyuluh dan pelopor pembangunan di masyarakatnya (Tim SKU Penegak dan Panduan, 2011: 4). Dari pemaparan di atas proses pembinaan diri dilakukan pada saat siswa atau peserta didik mengkuti latihan rutin yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Bina masyarakat dilakukan pada saat kegiatan bakti sosial di masyarakat pada saat kegiatan perkemahan bhakti. Sementara untuk bina satuan dilakukan oleh banyak

44 penegak yang telah lulus untuk mengabdikan diri membantu di sekolah-sekolah dasar maupun menengah pertama. d. Area Pengembangan Pendidikan kepramukaan mendorong peserta didik untuk mengembangkan segala dimensi kepribadian secara seimbang. Hal tersebut merupakan dorongan dalam mengeksplorasi pertumbuhan dari segala kemungkinan yang bisa diraih untuk menjadi manusia seutuhnya. Guna mencapaai tujuan tersebut, kepramukaan mengembangkan area-area perkembangan, mencakup keragaman yang luas dalam dimensi kepribadian manusia, serta mengaturnya dalam struktur kepribadian. Area pengembangan kepribadian meliputi, pengembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik. Setiap area pengembangan memiliki kompetensi akhir yang harus dicapai. Kompetensi akhir dijabarkan secara berkesinambungan dan meningkat menjadi kompetensi dasar yang harus dicapai di tingkat Penegak Bantara dan Penegak Laksana. Kompetensi ini dimaksudkan untuk memberikan arah pengembangan pribadi, menetapkan arah potensi yang dapat dicapai oleh setiap tingkatan Pramuka Penegak sesuai dengan usia dan sifat pribadi masing-masing serta berfungsi sebagai dasar untuk mengetahui perkembangan pribadi. Kompetensi akhir merupakan sasaran yang diharapkan dapat dicapai setelah secara bertahap Pramuka Penegak menempuh syarat kecakapan umum. Pada setiap area pengembangan ada kompetensi akhir yang kemudian dijabarkan lagi dalam kompetensi dasar yang harus di capai yaitu dengan sistem tanda kecakapan. Tanda kecakapan ini merupakan alat pendidikan untuk

45 mencapai tujuan gerakan pramuka. Pramuka penegak akan mendapat Tanda Kecakapan apabila telah menyelesaikan syarat-syarat kecakapan (telah diuji) dari pembinanya sebagai penghargaan atas kecakapan yang diraihnya. Hal ini jugalah yang dilakukan organisasi pramuka, sehingga saat calon penegak (siswa atau peserta didik) dikukuhkan menjadi penegak itu artinya mereka telah berhasil menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum (SKU). Maka dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai penegak mereka memiliki rasa tanggung jawab terhadap penghargaan yang diberikan kepada mereka yaitu TKU Bantara maupun Laksana. 6. Nilai-nilai Karakter dalam Kepramukaan Nilai Kepramukaan menurut Pasal 7 AD Tahun 2012 mencakup: a. keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. kecintaan pada alam dan sesama manusia; c. kecintaan pada tanah air dan bangsa; d. kedisiplinan, keberanian, dan kesetiaan; e. tolong menolong; f. bertanggung jawab dan dapat dipercaya; g. jernih dalam berpikir, berkata dan berbuat; h. hemat, cermat dan bersahaja; dan i. rajin dan terampil. Nilai-nilai karakter dalam kepramukaan dijelaskan dalam UU No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Pasal 6, sebagai berikut: (1) Kode kehormatan pramuka merupakan janji dan komitmen diri serta ketentuan moral pramuka dalam pendidikan kepramukaan.

46 (2) Kode kehormatan pramuka terdiri atas Satya Pramuka dan Darma Pramuka. (3) Kode kehormatan pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan, baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat secara sukarela dan ditaati demi kehormatan diri. (4) Satya Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berbunyi: Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguhsungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup, ikut serta membangun masyarakat, serta menepati Darma Pramuka. (5) Darma Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berbunyi: Pramuka itu: (a) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) Cinta alam dan kasih-sayang sesama manusia; (c) Patriot yang sopan dan kesatria; (d) Patuh dan suka bermusyawarah; (e) Rela menolong dan tabah; (f) Rajin, terampil, dan gembira; (g) Hemat, cermat dan bersahaja; (h) Disiplin, berani, dan setia; (i) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; dan (j) Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dari pemaparan di atas diperoleh 24 nilai-nilai karakter yang ingin dicapai oleh Gerakan Pramuka pada setiap peserta didik atau anggotanya yaitu: takwa, cinta alam, saling menyayangi sesama manusia, berjiwa patriot, sopan, ksatria, patuh, suka bermusyawarah, rela menolong, tabah, rajin, terampil, gembira, hemat, cermat, bersahaja, disiplin, berani, setia, bertanggung jawab, dapat dipercaya, suci pikiran, suci perkataan, dan suci perbuatan. Nilai-nilai karakter tersebut tertuang dalam kode etik gerakan pramuka sebagai dasar atau norma dalam bertingkah laku sehari-hari. Kode Kehormatan Pramuka dapat diamalkan menurut Pasal 14 ART Tahun 2012 dapat dalam bentuk sebagai berikut ini:

47 a) beribadah menurut keyakinan agama dan kepercayaan masingmasing; b) menjalankan hidup sehat secara rohani dan jasmani; c) memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara; d) melestarikan lingkungan beserta alam seisinya; e) membangun kebersamaan, kepedulian, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat; f) membina persaudaraan dengan Pramuka sedunia; g) mendengarkan, menghargai dan menerima pendapat atau gagasan orang lain, mengendalikan diri, bersikap terbuka, mematuhi kesepakatan dan memperhatikan kepentingan bersama, mengutamakan kesatuan dan persatuan serta bertutur kata dan bertingkah laku sopan santun, ramah dan sabar; h) memberikan pertolongan dan berpartisipasi dalam kegiatan bakti maupun kegiatan sosial, membina kesukarelaan dan kesetiakawanan, membina ketabahan dan kesabaran dalam mengatasi rintangan dan tantangan tanpa mengenal sikap putus asa; i) menerima tugas dengan ikhlas, sebagai upaya persiapan pribadi menghadapi masa depan, berupaya melatih keterampilan dan pengetahuan sesuai kemampuan, riang gembira dalam menjalankan tugas dan menghadapi kesulitan maupun tantangan; j) membiasakan diri hidup hemat, cermat, dan bersahaja agar mampu mengatasi tantangan yang dihadapi; k) mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan dan kenyataan dengan berani dan setia; l) menaati norma dan aturan; m) menepati janji, bertanggungjawab atas tindakan dan perbuatan; dan n) memiliki daya pikir dan daya nalar yang baik pada saat merencanakan kegiatan maupun pada saat pelaksanaan kegiatan, serta berhati-hati dalam bertindak, bersikap dan berbicara. Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa nilai-nilai karakter dalam kode kehormatan pramuka dapat dilaksanakan dengan berbagai bentuk hal seperti yang disampaikan dalam Pasal 7 ART Tahun 2012. Agar nilai-nilai karakter tersebut dapat tercapai melalui kegiatan kepramukaan maka menjadi tugas pembina pramuka menciptakan kegiatan yang modern, menarik, dan menantang. Agar peserta didik pun nantinya memiliki ketertarikan dan motivasi yang lebih tinggi dalam berpartisipasi di kegiatan kepramukaan saat ini.