ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAMPENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARIGAYA KOGNITIF FIELD- INDEPENDENT

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

PROSIDING ISSN:

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Komarudin S

KREATIVITAS PENGAJUAN SOAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN SEGI EMPAT KELAS VII SMP

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD-INDEPENDENT (FI) DAN FIELD-DEPENDENT (FD)

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Agus Prianggono 1, Riyadi 2, Triyanto 3

PROFIL KREATIVITAS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi manusia. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERKELOMPOK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

PROFIL PROSES BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED BERDASARKAN TEORI WALLAS

PROFIL PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI PERBANDINGAN DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKAPADA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 SURAKARTA

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI BANGUN DATAR

PENERAPAN MODEL WALLAS UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN INFORMASI BERUPA GAMBAR 1

KATEGORI BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SURAKARTA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POKOK HIMPUNAN

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK. Prodi Pend. Mat. FKIP UNPATTI Ambon. ISSN: Buletin Pendidikan Matematika Volume 6 Nomor 2, Oktober 2004.

PROFIL KREATIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PLOSO BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

Abstrak. Kata Kunci: berpikir kreatif, gaya kognitif field independent, gaya kognitif field dependent, pemechan masalah. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan kreativitas siswa dalam matematika. Ulangan Harian Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 SD Negeri No.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 19 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HALAMAN JUDUL JURNAL SKRIPSI

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Nofiela Nuning Hendriyati 1, Dinawati Trapsilasiwi 2, Susanto 3

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING BERBANTUAN SMARTPHONE

PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose,

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS (NEA) PADA PEMECAHAN MASALAH OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

JURNAL IMPLEMENTASI TEORI TENTANG TINGKAT BERFIKIR KREATIF DALAM MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS MA ARIF BAKUNG UDANAWU BLITAR

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IX-G DI SMP NEGERI 3 CIMAHI DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PADA MATERI LINGKARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk

Kata Kunci: Pohon Matematika, Berpikir kreatif

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

PROFIL PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN GAYA KOGNITIF

ABSTRAK. Kata kunci: pohon matematika, kreativitas mahasiswa

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan temuan penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POLA BARISAN BILANGAN

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN RME

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN

Kekuatan Bertanya. Oleh Ali Mahmudi

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII-D SMP NEGERI 19 MALANG DALAM MENGAJUKAN MASALAH DENGAN SITUASI SEMI TERSTRUKTUR PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VIII DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN TUGAS PENGAJUAN MASALAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KREATIVITAS SISWA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN DAN KEMAMPUAN PADA MATERI BILANGAN

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

BAB V PEMBAHASAN. A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel. Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS UNTUK SISWA SMP

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN ALAT PERAGA

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

KREATIVITAS SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COOPERATIVE TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

Transkripsi:

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAMPENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARIGAYA KOGNITIF FIELD- INDEPENDENT Komarudin lampungqhomar8@gmail.com Program Studi PGSD, STKIP Al-Islam Tunas Bangsa Bandar Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo yang mempunyai tipe gaya kognitif field-independent (FI) dalam pengajuan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah Wallas, yaitu preparation, incubation, illumination, dan verification. Penelitian ini berjenis studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan think aloud method. Teknik keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses bepikir kreatif pada siswa FI, yaitu (a) preparation, siswa membaca TPM (tugas pengajuan masalah) dalam hati, mengamati petunjuk dan informasi gambar dengan cermat, dan siswa dapat mengetahui hal-hal yang diketahui dengan sekali membaca TPM; (b) incubation, siswa cenderung diam sejenak. Hal ini sebagai awal dalam menyusun masalah matematika; (c) illumination, siswa menentukan atribut dan hal-hal untuk masalah yang akan diajukan, siswa mengungkapkan secara verbal masalah tersebut sambil menundukkan kepala. Setelah itu menuliskan masalah tersebut pada LJK (lembar jawaban kerja) dan jika terjadi kesalahan pada masalah yang diajukan, siswa cenderung langsung memperbaiki masalah tersebut;(d) verification, siswa mengoreksi masalah matematika yang diajukan, menjelaskan prosedur penyelesaian masalah yang diajukan dan menyelesaikan masalah tersebut pada LJK. Siswa mengoreksi kembali masalah dan penyelesaian yang telah dilakukan FI. Kata kunci: berpikir kreatif, pengajuan masalah, gaya kognitif Abstract This study aimed to describe the process of creative thinking students at SMP Negeri 1 Sukoharjo who have the type of cognitive style field-independent (FI) in the mathematicsproblems posing based on Wallas steps, namely preparation, incubation, illumination, and verification. This research was a case study. The data collection techniques was conducted by using think aloud method.data validiting technique was done by triangulation. The results showed that the process of creative thinking onthe FI students, namely (a) preparation, the students read silently APP (assignment problem posing), observed the instructions and image information carefully, and the students could know theknown things by readingof APP once; (b) incubation, the students tended to be silent for a moment, it is as a start in developing a mathematical problem; (c) illumination, the students determined the attributes and the thingsfor the problem to propose, the students verbalize the problem while bowinghis head. After that, the students wrote the problem in the worksheet and if something goes wrong on the issues raised, the students tended to immediately fix the problem; (d) verification, the students corrected mathematical issues raised, explained the problem-solving procedures and resolved the issues raised at the worksheet. The students recorrected the problems and the solution made by FI. Keywords:creative thinking, problems posing,cognitivestyle. PENDAHULUAN Dalam kehidupan, setiap orang senantiasa menghadapi masalah, baik dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Keberhasilan orang tersebut diantaranya ditentukan oleh kreativitasnya dalam menyelesaikan masalah. Orang yang kreatif memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dibandingkan orang yang biasa. 1

Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016 Orang yang kreatif memandang masalah sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan dihindari. Orang yang kreatif juga memandang masalah dari berbagai perspektif yang memungkinkannya memperoleh berbagai alternatif solusi. Munandar (2009: 31) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kemampuan seseorang dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Sementara itu, Kiesswetter dalam Pehnoken (1997: 63) menyatakan bahwa in his own experience,flexible thinking which is one component of creativity is one of the most important abilities perhaps the most important whicha successful problem-solver ought to have. Berdasarkan pengalamannya, Kiesswetter menganggap bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu komponen kreativitas merupakan salah satu dari kemampuan penting, bahkan paling penting yang harus dimiliki individu dalam memecahkan masalah. Selanjutnya, Ali dan Asrori (2009) menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara berpikir divergen. Balka dalam Silver (1997), dalam penelitiannya, meminta siswa untuk mengajukan masalah matematika yang dapat dipecahkan berdasar informasi-informasi yang disediakan dari suatu kumpulan cerita tentang situasi dunia nyata. Dari penelitian tersebut, Balka menyimpulkan bahwa beberapa komponen berpikir kreatif juga terdapat dalam proses pengajuan masalah. Misalnya, kefasihan dalam pengajuan masalah mengacu pada banyaknya masalah yang diajukan, fleksibilitas mengacu pada banyaknya kategori berbeda dari masalah yang dibuat, dan keaslian mengacu pada keluarbiasaan (berbeda dari kebiasaan) sebuah soal yang diajukan. Einstein dalam Kiswandono (2000: 9) pernah mengatakan bahwa perumusan suatu masalah seringkali lebih penting daripada penyelesaiannya yang mungkin hanya merupakan persoalan keterampilan matematis dan eksperimental semata. Dalam pembelajaran matematika, pengajuan masalah menempati posisi yang strategis. Bahkan, pengajuan masalah dikatakan inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika (Silver,et al., 1996: 293). Lebih lanjut, Silver dan Cai dalam Subanji (2012: 125) menjelaskan bahwa pengajuan masalah berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini karena meningkatnya kemampuan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pengajuan masalah adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan (Silver dalam Siswono, 2008: 41). Lebih lanjut, Silver dalam Subanji (2012: 122) menyatakan bahwa kegiatan pengajuan masalah (problem posing) biasanya digunakan pada tiga bentuk kegiatan kognitif matematika, yaitu: (1) presolution posing, siswa menghasilkan soalsoal awal yang ditimbulkan oleh stimulus; (2) within solution posing, siswa merumuskan soal yang dapat diselesaikan; dan (3) post-solution posing, siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru. Penelitian yang dilakukan oleh Leung (1997) tentang berpikir kreatif dalam matematika yang melihat hubungan antara kreativitas verbal dengan pengajuan masalah 2

aritmatika diperoleh bahwa siswa yang mempunyai kemampuan kreatif lebih tinggi dalam kefasihan cenderung lebih fasih juga dalam pengajuan masalah dan siswa yang fleksibilitasnya tinggi dalam kreativitas verbal tidak pasti fleksibel dalam pengajuan masalah. Dalam penelitian ini juga tugas pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tes berpikir kreatif. Untuk melihat proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika, peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan pada tiga siswa SMP kelas VIII. Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan memberikan tes tertulis. Dalam tes tertulis tersebut, siswa diminta untuk membuat/ mengajukan masalah sebanyak-banyaknya berdasarkan situasi/ konteks yang diberikan. Berdasarkan hasil tes tertulis dapat disimpulkan bahwa setiap siswa memiliki keterampilan berpikir kreatif yang berbedabeda. Jika dilihat berdasarkan produk berpikir kreatifnya, diperoleh bahwa terdapat seorang siswa yang mampu menunjukkan keterampilan berpikir kreatif tingkat tinggi, yaitu siswa mampu menunjukkan ketiga komponen berpikir kreatif. Sedangkan, dua siswa lainnya hanya mampu menunjukkan komponen kebaruan yang merupakan salah satu dari komponen berpikir kreatif. Adanya perbedaan proses berpikir kreatif ini disebabkan karena perbedaan keterampilan yang mereka miliki sehingga perbedaan keterampilan ini dapat mempengaruhi cara siswa dalam membuat atau merumuskan masalah matematika dari konteks atau situasi yang diberikan. Penelitian pendahuluan tersebut menunjukkan bahwa kreativitas seseorang untuk melahirkan gagasan-gagasan original atau baru dan untuk menciptakan karya-karya baru yang berguna dipengaruhi oleh sejumlah komponen penting. Komponen-komponen tersebut dapat berasal dari individu itu sendiri ataupun dari lingkungannya. Suharnan (2011: 88) menyatakan bahwa komponen-komponen penting yang dimaksud itu meliputi gaya kognitif, motivasi, karakteristik pribadi, dan lingkungan. Usodo (2011: 97) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam pengajuan dan menyelesaikan masalah matematika adalah gaya kognitif. Sebagai salah satu tipe berpikir, gaya kognitif memainkan peran penting dalam pengembangan karya-karya kreatif. Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau merespon berbagai jenis situasi lingkungannya. Berdasarkan perbedaan psikologis siswa dalam merespon situasi lingkungannya, gaya kognitif salah satunya dikategorikan menjadi gaya kognitif field-independent (FI) (Usodo, 2011: 98). Siswa dengan gaya kognitif FI cenderung memilih belajar individual, menanggapi dengan baik, dan bebas (tidak tergantung pada orang lain). Sasongko dan Siswono (2011: 3) menyatakan bahwa gaya kognitif FI merupakan karakteristik individu yang cenderung memandang obyek terdiri atas bagian-bagian diskrit dan terpisah dari lingkungannya serta mampu menganalisis dalam memisahkan elemen-elemen dari konteksnya secara lebih analitik. Uraian di atas menunjukkan adanya keterkaitan antara tipe gaya kognitif FI terhadap proses berpikir kreatif siswa sehingga siswa dengan tipe gaya kognitif yang berbeda akan memiliki keterampilan berpikir yang berbeda pula. Misalnya, siswa dengan gaya kognitif FI akan menggunakan beragam strategi dalam upaya merumuskan atau mengajukan masalah dari situasi yang diberikan. Mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo yang mempunyai tipe gaya kognitif FI dalam pengajuan masalah matematika. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukoharjo, dengan subyek penelitian 2 orang 3

Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016 siswa kelas VIII-H Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013. Pemilihan subyek penelitian didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu: (1) siswa tersebut telah mendapatkan materi SPLDV; (2) siswa mempunyai cukup pengetahuan dan pengalaman tentang materimateri matematika dasar, karena siswa telah mempelajari dasar-dasar materi SPLDV pada sekolah dasar dan kelas 1 SMP; dan (3) siswa pada kelas VIII dimungkinkan mampu mengkomunikasikan pemikirannya secara lisan maupun tulisan dengan baik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara think aloud method, yaitu:(a) memilih 3 orang siswa dengan tipe gaya kognitif FI;(b) menentukan waktu pengambilan data dengan meminta saran guru matematika dan dengan mempertimbangkan jadwal belajar, kegiatan ekstrakulikuler dan bimbingan belajar siswa;(c) melaksanakan pengambilan data proses berpikir kreatif siswa dengan cara meminta siswa mengerjakan tugas pengajuan masalah yang disertai dengan ekspresi verbal, memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait dengan proses berpikir kreatif siswa, danmenggunakan alat bantu perekam berupa handycam;(d) memilih 2 orang siswa sebagai subyek penelitian yang terdiri dari 2 orang siswa dengan tipe gaya kognitif FI dari hasil pengambilan data pertama. Pemilihan ini atas dasar pertimbangan: siswa yang dapat memberikan data lengkap tentang proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah matematika baik secara lisan maupun tulisan;(e) menganalisis data 2 orang siswa tersebut;(f) melaksanakan pengambilan data kedua. Hal ini dilakukan untuk melihat validitas data pada pengambilan data pertama; (g) membandingkan hasil pengambilan data pertama dan data kedua; dan (h) menyimpulkan hasil analisis proses berpikir kreatif siswa dengan tipe gaya kognitif FI. Untuk mendapatkan data proses berpikir kreatif siswa digunakan instrumen utama dan instrumen bantu. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang mengumpulkan data secara langsung dengan sumber data. Instrumen bantu berupa soal Tes Pengajuan Masalah (TPM) dan pedoman wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian dilakukan dengan cara:(1) mentranskrip data verbal yang terkumpul, menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, seperti dari hasil wawancara, catatan lapangan dan data tertulis lainnya, kemudian mereduksi data tersebut, (2) menyajikan data dalam teks naratif; dan (3) menyimpulkan proses berpikir kreatif berdasarkan tipe gaya kognitif FI. Untuk mempermudah proses analisis data dan pembahasan, 2 orang siswa tersebut diberi keterangan sebagai: siswa FI- 1 mewakili siswa pertama dengan tipe gaya kognitif FI dan siswa FI-2 mewakili siswa kedua dengan tipe gaya kognitif FI. PEMBAHASAN Pengambilan data dilakukan setelah diperoleh siswa yang memenuhi kriteria subyek penelitian dan didapatkan 3 orang siswa dengan tipe gaya kognitif FI. Selanjutnya melaksanakan pengambilan data proses berpikir kreatif siswa dengan menggunakan think aloud method terhadap 3 orang siswa tersebut. Berdasarkan pengambilan data dan pengamatan terhadap 3 orang siswa tersebut, diperoleh 2 rekaman proses berpikir kreatif siswa dengan tipe gaya kognitif FI yang paling lengkap dan mendukung untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika, selanjutnya dilakukan analisis data secara mendalam terhadap hasil rekaman tersebut berdasarkan langkahlangkah Wallas, yaitu preparation, incubation, illumination, danverification. Setelah menganalisis hasil wawancara tentang proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika pada pengambilan data pertama, selanjutnya 4

melakukan pengambilan data yang kedua. Hal ini dilakukan untuk melihat validitas data proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika pada pengambilan data pertamadengan cara membandingkan hasil pengambilan data pertama dan hasil pengambilan data kedua. Selanjutnya, jika terdapat data yang berbeda maka akan direduksi. Sehingga dapat disimpulkan gambaran hasil proses berpikir Siswa FI-1 kreatif siswa berdasarkan tipe gaya kognitif FI. Berdasarkan pengambilan data pertama dan kedua serta analisis terhadap transkrip wawancara terhadap masing-masing siswa dengan tipe gaya kognitif FI-1 dan FI-2, maka diperoleh data proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis data pada pengambilan data pertama dan kedua terhadap siswa FI-1 dapat dilihat pada Tabel 1sebagai berikut ini. Tabel 1. Hasil Analisis Pengambilan Data Pertama dan Pengambilan Data Kedua pada Siswa FI-1 Langkah Wallas Proses Berpikir Kreatif Siswa pada Proses Berpikir Kreatif Siswa Pada Pengambilan Data Pertama Pengambilan Data Kedua Preparation Siswa membaca tugas pengajuan masalah (TPM) dalam hati. Siswa mengamati petunjuk dan informasi gambar pada TPM. dengan sekali membaca TPM. pada TPM dengan cermat. dengan sekali membaca TPM. Siswa dapat menyebutkan hal-hal yang pada TPM dengan lancar dan benar. diketahui pada TPM dengan lancar dan benar. matematika. yang terdapat pada TPM. matematika. Illumination Siswa menentukan atribut dan hal-hal lain untuk masalah matematika yang akan diajukan dengan lancar. Siswa menentukan atribut dan hal-hal lain untuk masalah matematika yang akan diajukan dengan lancar. matematika yang diajukan dengan sambil matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin dan menundukkan kepala. diajukan pada Lembar Jawaban Kerja (LJK). memainkan bolpoin dan menundukkan kepala. Siswa memperbaiki masalah jika terjadi Siswa memperbaiki masalah jika terjadi kesalahan kesalahan pada masalah matematika yang pada diajukan. Verification Siswa mengoreksi masalah matematika yang telah diajukan. Siswa mengoreksi masalah matematika yang telah diajukan. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian masalah matematika yang diajukan. Kesimpulan proses berpikir kreatif yang valid untuk siswa FI-1 Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan antara hasil pengambilan data pertama dengan hasil pengambilan data kedua. Adanya kesamaan data pertama dan data kedua sehingga diperoleh data proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah metamatika untuk siswa FI-1 pada masing-masing kategori sebagai data yang valid, yaitu: Pada preparation Pada proses ini, siswa FI-1 mengawali dengan membaca TPM dalam hati. Lalu siswa FI-1 mengamati petunjuk dan informasi gambar pada TPM dengan cermat. Siswa juga dapat mengetahui hal-hal yang diketahui dengan sekali membaca TPM. Setelah mengamati TPM, selanjutnya siswa FI-1 menyebutkan secara lisan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan pada TPM dengan lancar dan benar. Pada incubation Pada proses ini, siswa FI-1 cenderung diam sejenak. Hal ini sebagai langkah mencari dan menyusun rencana pengajuan masalah matematika. Langkah ini yang diawali dengan mencari tahu dan merenungkan maksud dari pertanyaan Pada illumination Pada proses ini, siswa FI-1 mengawali dengan menentukan atribut masalah dan hal-hal yang akan digunakan untuk mengajukan masalah matematika. Lalu siswa FI-1 mengungkapkan secara verbal masalah matematika yang diajukan sambil menundukkan 5

Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016 kepala. Setelah siswa FI-1 mengungkapkan, selanjutnya siswa FI-1 menuliskan masalah matematika yang Dan ketika terjadi kesalahan pada masalah matematika yang diajukan, siswa akan memperbaiki masalah tersebut. Pada verification Pada proses ini, siswa FI-1 melakukan dengan mengoreksi masalah matematika yang telah diajukan. Selanjutnya setelah siswa FI-1 selesai, siswa FI-1 menjelaskan prosedur penyelesaian Selanjutnya siswa FI-1 menyelesaikan masalah matematika yang Dan ketika selesai menyelesaikan masalah, siswa FI-1 mengoreksi kembali masalah dan Siswa FI-2 Berdasarkan hasil analisis data pada pengambilan data pertama dan kedua terhadap siswa FI-1 dapat dilihat pada Tabel 2sebagai berikut ini. Tabel 2. Hasil Analisis Pengambilan Data Pertama dan Pengambilan Data Kedua pada Siswa FI-2 Langkah Wallas Preparation Illumination Proses Berpikir Kreatif Siswa pada Pengambilan Data Pertama Siswa mengamati petunjuk dan informasi gambar pada TPM dengan cermat. dengan sekali membaca TPM. Siswa dapat menyebutkan hal-hal yang diketahui pada TPM dengan lancar dan benar. matematika dengan tenang. Siswa menentukan atribut masalah dan hal-hal yang akan digunakan untuk mengajukan masalah matematika dengan lancar. matematika yang diajukan sambil dengan sambil memainkan bolpoin dan terkadang menundukkan kepala. diajukan pada LJK Verification Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Proses Berpikir Kreatif Siswa Pada Pengambilan Data Kedua pada TPM dengan cermat. Siswa mengamati hal yang diketahui dan ditanyakan dengan sekali membaca TPM. pada TPM dengan lancar dan benar. yang terdapat pada TPM. matematika dengan tenang. Siswa menentukan atribut atau hal-hal yang akan digunakan untuk mengajukan masalah matematika dengan lancar. matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin dan terkadang menundukkan kepala. Siswa mengganti dengan masalah yang baru jika terjadi kesalahan pada masalah matematika yang diajukan. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian masalah matematika yang diajukan. Kesimpulan proses berpikir kreatif yang valid untuk siswa FI-2 Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan antara hasil pengambilan data pertama dengan hasil pengambilan data kedua. Adanya kesamaan data pertama dan data kedua sehingga diperoleh data proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah metamatika untuk siswa FI-2 pada masing-masing kategori sebagai data yang valid, yaitu pada langkah: Preparation Pada proses ini, siswa FI-2 mengawali dengan membaca TPM dalam hati. Lalu siswa FI-2 mengamati petunjuk dan informasi gambar pada TPM dengan cermat. Siswa juga dapat mengetahui hal-hal yang diketahui dengan sekali membaca TPM. Setelah siswa FI-2 mengamati TPM, selanjutnya siswa FI-2 menyebutkan secara lisan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan pada TPM dengan lancar dan benar. Pada proses ini, siswa FI-2 cenderung diam sejenak. Hal ini sebagai langkah mencari dan menyusun rencana pengajuan masalah matematika. Langkah ini yang diawali dengan mencari tahu dan merenungkan maksud dari pertanyaan Illumination Pada proses ini, siswa FI-2 mengawali dengan menentukan atribut masalah dan hal-hal yang akan digunakan untuk mengajukan masalah matematika. Lalu siswa FI-2 mengungkapkan secara verbal masalah matematika yang diajukan sambil menundukkan kepala. Setelah siswa FI-2 mengungkapkan, selanjutnya siswa FI-2 menuliskan masalah matematika yang diajukan pada LJK dengan sambil memainkan bolpoin dan menundukkan kepala. Verification Pada proses ini, siswa FI-2 melakukan dengan mengoreksi masalah matematika yang telah diajukan. Selanjutnya setelah siswa FI-2 selesai, siswa FI-2 menjelaskan prosedur penyelesaian Dan siswa menyelesaikan masalah matematika yang Berdasarkan data proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika yang valid dari siswa FI-1 (Tabel 1) dan siswa FI-2 (Tabel 4.2) maka diperoleh data proses berpikir 6

kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika yang valid untuk siswa FI, disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Data Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah Matematika yang Valid padasiswafi Langkah Wallas Preparation Illumination Verification Data Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah yang valid untuk siswa FI-1 pada TPM. dengan sekali membaca TPM. pada TPM dengan lancar dan benar matematika. Siswa menentukan atribut atau hal-hal yang akan digunakan untuk mengajukan masalah matematika dengan lancar. matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin dan menundukkan kepala. Siswa memperbaiki masalah jika terjadi kesalahan pada masalah matematika yang diajukan. Siswa mengoreksi masalah matematika yang telah diajukan. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Data Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah yang valid untuk siswa FI-2 pada TPM dengan cermat. dengan sekali membaca TPM pada TPM dengan lancar dan benar. matematika dengan tenang. Siswa menentukan atribut atau hal-hal yang akan digunakan untuk mengajukan masalah matematika dengan lancar. matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Kesimpulan proses berpikir kreatif untuk siswa FI Dari hasil analisis di atas, maka diperoleh data proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah metamatika untuk siswa FI, yaitu: Pada preparation pada TPM dengan cermat. dengan membaca TPM. Siswa menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari TPM dengan lancar dan benar. Pada incubation matematika dengan tenang. Pada illumination Siswa menentukan atribut dan hal-hal lain untuk masalah matematika yang akan diajukan dengan lancar. matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin dan terkadang menundukkan kepala. Siswa memperbaiki masalah jika terjadi kesalahan pada Pada verification Siswa mengamati dan mengoreksi kembali masalah matematika yang telah diajukan. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Siswa mengamati dan mengoreksi kembali masalah matematika yang telah diajukan. Analisis data proses berpikir kreatif pada subyek penelitian (2 orang siswa dengan tipe gaya kognitif FI) berdasarkan langkah-langkah Wallas, diperoleh data proses berpikir kreatif siswa SMP dalam pengajuan masalah matematika yang valid. Data proses berpikir kreatif yang valid untuk siswa FI disajikan pada Tabel 4 berikut ini. 7

Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016 Tabel 4. Data Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah Matematika yang Valid pada Siswa FI LangkahWallas Data proses berpikir kreatif siswa FI-1 dalam Data proses berpikir kreatif siswa FI-2 dalam pengajuan masalah yang valid pengajuan masalah yang valid Preparation pada TPM. dengan sekali membaca TPM. pada TPM dengan lancar dan benar. pada TPM dengan cermat. dengan sekali membaca TPM pada TPM dengan lancar dan benar. Illumination Verification matematika. Siswa menentukan atribut dan hal-hal lain untuk masalah matematika yang akan diajukan dengan lancar. matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin dan menundukkan kepala. Siswa memperbaiki masalah jika terjadi kesalahan pada masalah matematika yang diajukan. Siswa mengoreksi masalah matematika yang telah diajukan. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Siswa dapat menyusun rencana pengajuan masalah matematika dengan tenang. Siswa menentukan atribut dan hal-hal lain untuk masalah matematika yang akan diajukan dengan lancar.. matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Berdasarkan Tabel 4, maka dapat disimpulkan bahwa proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah matematika pada siswa FI berdasarkan langkah-langkah Wallas, disajikanpada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Data proses berpikir kreatif siswa FI dalam pengajuan masalah matematika sebagai data yang valid Langkah Wallas Preparation Illumination Verification Data Proses Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pengajuan masalah yang valid pada TPM dengan cermat. dengan sekali membaca TPM. Siswa menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari TPM dengan lancar dan benar. Siswa dapat menyusun rencana pengajuan masalah matematika dengan tenang. Siswa menentukan atribut atau hal-hal lain yang akan digunakan untuk mengajukan masalah matematika dengan lancar. matematika yang diajukan dengan sambil memainkan bolpoin dan terkadang menundukkan kepala. Siswa memperbaiki masalah jika terjadi kesalahan pada masalah matematika yang diajukan Siswa mengamati dan mengoreksi kembali masalah matematika yang telah diajukan. Siswa menjelaskan prosedur penyelesaian Siswa mengamati dan mengoreksi kembali masalah matematika yang telah diajukan. Berdasarkan hasil analisis data proses berpikir kreatif siswa berdasarkan pada langkah-langkah Wallas, yaitu preparation, incubation, illumination, dan verification yang telah diuraikan, terlihat bahwa proses berpikir kreatif siswa SMP dalam pengajuan masalah matematika yang ditinjau dari tipe gaya kognitif FI yaitu : Pada tahap preparation, siswa dengan tipe gaya kognitif FI membaca TPM dalam hati, mengamati petunjuk dan informasi gambar pada TPM, dan 8

mengamati hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dengan membaca TPM, dan selanjutnya setelah siswa mengamati, siswa dengan tipe gaya kognitif FI menyebutkan hal-hal yang telah diketahui dan ditanyakan pada TPM. Adapun siswa dengan tipe gaya kognitif FI untuk menemukan petunjuk dan halhal yang ditanyakan, siswa FI cukup dengan sekali membaca TPM. Ketika menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari lembar TPM, siswa FI dapat menyebutkan hal-hal tersebut dengan lancar dan benar. Proses berpikir kreatif yang terjadi pada siswa FI ketika tahappreparation berlangsung dengan lancar, hal tersebut dikarenakan siswa dengan tipe gaya kognitif FI cenderung melihat suatu masalah dari berbagai cara dan sudut pandang, sehingga untuk memahami masalah/soal siswa FI hampir tidak mengalami kendala. Balka (dalam Silver, 1997:76) yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk melihat proses berpikir kreatif siswa yaitu dengan mengacu pada cara siswa mengajukan masalahnya dengan lancar dan benar. Pada tahap incubation, siswa dengan tipe gaya kognitif FI cenderung diam sejenak. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi, menghimpun informasi, dan kemungkinan masalah yang dapat dibuatdari situasi yang diberikan pada lembar TPM. Selanjutnya, hal tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun strategi penyelesaian guna menjawab hal-hal yang ditanyakan pada TPM. Ketika menyusun strategi penyelesaian, siswa FI terlihat lebih tenang dan lancar dalam mengidentifikasi informasi pada TPM dan hal-hal lain yang akan digunakan untuk merumuskan masalah matematika yang akan diajukan. Cara yang dilakukan siswa denga tipe gaya kognitif FI pada tahapincubation sesuai dengan pendapat Wallas (dalam Wheeler, et al. 2002: 369) yang menyatakan bahwa pada incubation, seseorang siswa akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Tahap ini penting sebagai awal proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru dari daerah pra sadar. Pada tahap illumination, siswa denga tipe gaya kognitif FI diawali dengan menentukan atribut dan hal-hal lain untuk masalah matematika, lalu mengungkapkan secara verbal masalah matematika yang diajukan. Selanjutnya siswa menuliskan masalah matematika yang Pada illumination siswa dengan tipe gaya kognitif FI ketika siswa menentukan atribut atau hal-hal yang akan digunakan untuk mengajukan masalah relatif lebih lancar dan tidak mengalami kendala yang berarti. Selanjutnya, ketika diminta untuk mengungkapkan masalah yang telah dibuat, siswa dengan tipe gaya kognitif FI mengungkapkan masalah dengan sambil memainkan tangan. Ketika terjadi kesalahan pada masalah matematika yang diajukan, siswa FI cenderung memperbaiki masalah tersebut dengan cepat. Pada tahap verification, siswa denga tipe gaya kognitif FI dapat menjelaskan prosedur penyelesaian masalah matematika yang diajukan. Lalu siswa menyelesaikan masalah matematika yang Setelan itu, siswa mengamati dan mengoreksi kembali masalah matematika yang telah diajukan. Ketika mengamati dan mengoreksi masalah matematika yang diajukan pada saat masalah matematika tersebut selesai dituliskan, siswa denga 9

Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016 tipe gaya kognitif FI cenderung mengoreksi kembali masalah beserta penyelesaiannya sesaat setelah siswa menuliskannya. Selain itu berdasarkan catatan lapangan diketahui bahwa siswa denga tipe gaya kognitif FI menggunakan berbagai atribut yang berbeda dari setiap masalah matematika yang diajukan sehingga berdampak pada keberagaman dan kebaruan masalah matematika yang diajukan. Atasoy (dalam Usodo, 2011: 98) menyatakan bahwa siswa dengan tipe gaya kognitif FI cenderung lebih menyukai sesuatu yang tidak ditetapkan. Sehingga hal tersebut akan lebih memungkinkan siswa untuk berpikir secara fleksibel. Sejalan dengan pendapat Atasoy tersebut, Zizhao dan Kiesswetter (dalam Rohaeti, 2008: 50) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang berpikir kreatif dapat dilihat dari kemandirian, keaslian (kebaruan) yang relatif, dan kelenturan berpikir. Berdasarkan Pembahasan diatas, terlihat bahwa gaya kognitif memberikan dampak terhadap cara seseorang menerima, mengingat, dan berpikir atau sebagai caracara khusus dalam menerima, menyimpan, membentuk, dan memanfaatkan informasi. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Muhtarom (2012: 514) yang menyatakan bahwa gaya kognitif didefinisikan sebagai variasi cara seseorang menerima, mengingat, dan berpikir atau sebagai cara-cara khusus dalam menerima, menyimpan, membentuk, dan memanfaatkan informasi. Hal tersebut juga akan berpengaruh pada cara siswa dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau merespon berbagai jenis situasi lingkungannya. Sehingga adanya perbedaan proses berpikir kreatif dari kedua siswa pada semua tahapan proses berpikir kreatif kemungkinan bersar dapat terjadi, baik pada proses preparation, incubation, illumination, maupun pada proses verification. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dari 2 orang siswa dengan tipe gaya kognitif FI, maka dapat disimpulkan bahwa proses bepikir kreatif siswa SMP dalam pengajuan masalah matematika pada: (1) siswa FI, yaitu (a) preparation, siswa membaca TPM dalam hati, mengamati petunjuk dan informasi gambar pada TPM dengan cermat dan mengamati hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dengan sekali membaca TPM dan siswa dapat memengetahui informasi atau hal-hal yang diketahui dan ditanyakan pada TPM; (b) incubation, siswa cenderung diam sejenak, hal ini sebagai langkah mencari dan menyusun strategi penyelesaian untuk menjawab hal-hal yang ditanyakan dalam TPM; (c) illumination, siswa menentukan atribut masalah dan hal-hal lain yang digunakan untuk mengajukan masalah matematika dan mengungkapkan secara verbal masalah tersebut sambil menundukkan kepala, menuliskan masalah tersebut pada LJK, dan jika terjadi kesalahan pada masalah yang diajukan, siswa cenderung memperbaiki masalah tersebut; (d) verification, siswa melakukan dengan mengamati dan mengoreksi kembali masalah matematika yang telah diajukan, menjelaskan secara lisan prosedur penyelesaian masalah matematika yang diajukan dan menyelesaikan masalah tersebut pada LJK, siswa mengamati dan mengoreksi kembali penyelesaian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan saran bagi peneliti yang mengambil penelitian sejenisagar dilakukan penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah tetapi dengan karakteristik subyek penelitian yang berbeda dan dengan subyek penelitian yang lebih banyak. Selain itu juga perlu dilakukan 10

penelitian sejenis yang mengambil fokus penelitian yang lain. Bagi guru, agar lebih intensif melakukan pendekatan secara individu terhadap siswa. Pada siswa dengan tipe FI, guru hendaknya melakukan pendekatan supaya siswa lebih teliti dan cermat dalam mengajukan masalah. DAFTAR PUSTAKA Ali, M dan Asrori, M. 2009. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Kiswandono, I. 2000. Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektural. Jurnal Nasional Dimensi Teknik Arsitektur. Universitas Kristen Petra. Vol. 28 (1), 8-16 Leung, SK. S. 1997. On the Role of Creative Thinking in Problem Posing. The International Journal on Mathematics Education. Taiwan. Vol. 97 (3), 81 85. Muhtarom. 2012. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Yang Mempunyai Gaya Kognitif Field Independen (FI) ada Mata Kuliah Kalkulus.Prosiding Seminar Nasional Matematika 2012. IKIP PGRI. Semarang. Vol. (1), 513 518. Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Pehnoken, E. 1997. The State of Art in Mathematical Creativity. Zentralblatt für Didaktik der Mathematik (ZDM). The International Journal on Mathematics Education. Helsinki. Vol. 16 (3), 237 256. Rohaeti, E. E. 2008. Sulitnya Berpikir Kreatif dalam Matematika: Bagaimana dan Mengapa?. Jurnal Ilmiah STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 2 (2), 49 53. Sasongko, D.F. & Siswono, T.Y.E. 2011. Kreativitas Siswa dalam PengajuanSoal Matematika ditinjau dari Gaya Kognitif Field-independent dan Field-dependent. Jurnal Pendidikan Matematika. Unesa. Surabaya. Vol. 1 (1), 01 08. Silver, E. A. Downs, J. M. Leung, S. S. & Kenny, P. A. 1996. Posing Mathemarical Problems: An Exploratory Study.Journal for Research in Mathematics Education. Pittsburgh. Vol. 27 (3). 293 309. Silver, E. A. 1997. Fostering Creativity throughinstruction rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing. The International Journal on Mathematics Education. Pittsburgh (USA). Vol.97 (3), 75 80. Siswono, Tatag YE. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya. Unesa University Press. Subanji. 2012. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang. Universitas Negeri Malang (UM). Suharnan. 2011. Kreativitas: Teori dan Pengembangan. Surabaya. Laros. Usodo, B. 2011. Profil Intuisi Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependentdan Field Independent. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.PMIPA FKIP UNS. Surakarta. Vol. 9 (1), 95 102. Wheeler, S. Waite, S.J. & Bromfield, C. 2002. Promoting Creative Thinking Through the Use of ICT. Journal of Computer Assisted Learning. Plymouth. Vol. 18,367 378. 11