Buku Pegangan KADER Pemberdayaan Masyarakat Mengelola Menghadapi Krisis Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN DESA SIAGA AKTIF

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA


BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

CATATAN KELUARGA CATATAN KELUARGA DARI : KRITERIA RUMAH : ANGGOTA KELOMPOK DASA WISMA : JAMBAN KELUARGA : TAHUN : SUMBER AIR :

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

INOY TRISNAINI, SKM., M.KL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA BENCANA PERAN KADER KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 11 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI KELURAHAN SADAR BENCANA (KELURAHAN BANJAR-SERASAN KEC.PONTIANAK TIMUR)

PENANGGULANGAN BENCANA NON ALAM MENGHADAPI PENINGKATAN ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN PENGELOLAAN MASALAH PENANGGULANGAN BENCANA BIDANG KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

1. Judul I. COMMUNITY HEALTH SERVICES 2. HEALTH DEVELOPMENT 3. PUBLIC HEATLH SERVICES

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI)

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

G U B E R N U R L A M P U N G

Transkripsi:

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Buku Pegangan KADER Pemberdayaan Masyarakat Mengelola Menghadapi Krisis Kesehatan

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Buku Pegangan KADER Pemberdayaan Masyarakat Mengelola Menghadapi Krisis Kesehatan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... PENGANTAR... BAGIAN 1 PENDAHULUAN... BAGIAN 2 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI KRISIS KESEHATAN... A. Peran Kader Kesehatan pada Periode Pra Krisis Kesehatan... B. Peran Kader pada Periode Saat Krisis Kesehatan... C. Peran Kader pada Periode Pasca Krisis Kesehatan... BAGIAN 3 PENUTUP... UCAPAN TERIMA KASIH... iii v 1 5 5 23 27 37 39 iii

PENGANTAR Upaya penanggulangan krisis kesehatan dititikberatkan pada upaya pengurangan risiko dan pelibatan aktif masyarakat. Pedoman ini sebagai acuan bagi berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan. Dalam penggunaan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan perlu diperhatikan proses pembelajaran, manfaat yang ingin dicapai dan kondisi wilayah. Keberhasilan kegiatan tergantung pada komitmen yang kuat dan investasi dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta/dunia usaha dan seluruh komponen di masyarakat dalam implementasi kegiatannya. Meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan diharapkan mampu mendorong upaya kesehatan bersumber daya lokal. Pemberdayaan masyarakat sudah dicantumkan salah satu bagian penting dalam sistem kesehatan nasional. v

Masyarakat berdaya semakin mampu mengorganisir diri untuk mengurangi risiko krisis kesehatan akibat dampak apapun, menyelesaikan permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri dan mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan lingkungan yang kondusif agar derajat kesehatannya meningkat. Hal ini merupakan sasaran dari Kerangka Aksi Sendai tentang Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 dan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan 2015-2030. Jakarta, Oktober 2015 Dr. Ahmad Yurianto Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI vi

BAGIAN 1: PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Indonesia sangat sering dihadapkan pada situasi krisis kesehatan. Krisis kesehatan adalah kondisi darurat yang dapat mengakibatkan orang mati, sakit parah atau cacat bila tidak segera diambil tindakan segera. Salah satu situasi krisis kesehatan yang paling sering terjadi dan menimbulkan banyak korban, adalah kejadian bencana. Wilayah Indonesia berisiko terhadap krisis atau bencana. Ada 64% wilayah di Indonesia yang berisiko sedang sampai tinggi terhadap beragam jenis ancaman bencana. Masyarakat merupakan korban sekaligus ujung tombak penanggap pertama situasi krisis kesehatan atau bencana di Indonesia, yang mengancam jiwa atau kesehatan mereka. 1

Agar masyarakat semakin mandiri dalam bidang kesehatan, telah dilakukan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif yang salah satu komponennya adalah k e d a r u r a t a n k e s e h a t a n d a n Penanggulangan Krisis Kesehatan. Masyarakat member-dayakan dirinya melalui peran aktif kader. Masyarakat mencegah, mitigasi/mengurangi ancaman dan risiko dampak bencana, dan mening- katkan kemampuannya beradaptasi, mengurangi risiko, menyelamatkan diri, dan memulihkan diri lebih baik. Masyarakat semakin menyadari risiko bencana yang ada di wilayahnya. Masyarakat mengetahui kegiatan yang harus dilakukan baik pada waktu sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana maupun setelah terjadi bencana. 2

Kader kesehatan adalah relawan yang telah dibekali pengetahuan dan keterampilan mengenai penanggulangan krisis kesehatan. Dia berperan sebagai penggerak dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, memberikan respon secara cepat pada saat bencana dan berkoordinasi dalam upaya pemulihan pada pasca bencana. Buku ini berisi panduan kader kesehatan dalam membimbing masyarakat agar siap menghadapi krisis kesehatan. Bahan ini dapat digunakan untuk penyuluhan, pemberian motivasi, atau menggerakkan masyarakat. 3

Tujuan Tujuan petunjuk teknis ini adalah sebagai panduan bagi kader kesehatan agar mampu membimbing, memotivasi, dan menggerakkan masyarakat untuk mengenali, mengerti, peduli, siap dan tanggap menghadapi krisis kesehatan secara mandiri. Sasaran Buku ini ditujukan bagi kader kesehatan dalam mendampingi masyarakat agar siap menghadapi krisis kesehatan. 4

BAGIAN 2: KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI KRISIS KESEHATAN A. Peran Kader Kesehatan pada Periode Pra Krisis Kesehatan Salah satu kegiatan utama kader kesehatan adalah ikut mendorong proses menyusun kegiatan kesiapsiagaan wilayah/desa/kelurahan dalam bentuk suatu rencana kesiapsiagaan. 5

Penyusunan Langkah Kesiapsiagaan Masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen di masyarakat, antara lain: perangkat/aparat desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, pemudi, Karang Taruna, ibu rumah tangga, wakil kelompok berkebutuhan khusus, dan warga masyarakat lainnya. Langkah-langkah Penyusunan Peta dan Kesiapsiagaan Desa/Kelurahan. 1) Menyiapkan gambar Peta Desa/Kelurahan dengan ukuran yang agak 2 besar (50x100 cm ), yang dapat menunjukkan dengan mudah: Nama dan batas-batas wilayah, misalnya batas RT, RW, banjar, nagari. 6

Nama Jalan dan gang/lorong. Sungai, bukit, hutan, gua. Kelengkapan Desa, seperti lokasi Pos Polisi, PUSKESMAS, POSKESDES, PUSTU, lapangan terbuka, sekolahan, pasar, tempat ibadah, dll. Bila memungkinkan bedakan warna di peta berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut. Biasanya Desa/Kelurahan sudah punya Peta Dasar, gunakan saja yang ada, sambil mengoreksi bila ada kekeliruan. 7

8 Contoh Peta Dasar

2) Menyiapkan data-data kependudukan RW/Dusun KK Perempuan Laki-laki Jumlah RW 1 RW 2 Dst. (ganti RW/Dusun sesuaikan dengan nama wilayah yang berlaku) 9

3) Mengidentifikasi jenis bahaya yang dapat terjadi di Desa/Kelurahan. Tabel 1: Wilayah Rawan Bencana Desa/Kelurahan Tahun RW/ Dusun Banjir Longsor Kebakaran Angin Puting Beliung Gempa Lain-lain RW 1 RW 2 Dst. (kolom bisa ditambah) 10

4) Mendata penduduk rentan yang memiliki risiko tinggi bila terjadi bencana, yaitu bayi, BALITA, ibu hamil, ibu menyusui, usia lanjut (lanjut usia, LANSIA), serta warga berkebutuhan khusus. Tabel 2: Data Penduduk Rentan di Desa/Kelurahan Tahun... RW/ Dusun RW 1 RW 2 Dst. Bayi Balita Bumil Busui Usia Lanjut Berkebutuhan 1 khusus 2 2 P L P L P L P L Jumlah 1 Sebaiknya dibedakan: tuna netra, tuna grahita, tuna rungu, tuna daksa, dll. 2 P = Perempuan; L = Laki-laki 11

5) Mendata sumber daya yang dimiliki oleh desa yang dapat dimanfaatkan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan, antara lain: sarana kesehatan (PUSKESMAS, PUSTU, POLINDES, POSKESDES, praktik kesehatan swasta (dokter, bidan, klinik, dll), relawan (PKK, POSYANDU, Karang Taruna, PMR, Pramuka, Remaja Mesjid dll), sarana penyelamatan (rakit, perahu karet, rompi, pelampung, jerigen yang dapat digunakan sebagai pelampung, ambulans, truk, mobil masyarakat, tandu, dll), Tabel 3: Data Sumber Daya di Desa/Kelurahan tahun... RW/ Dusun Sarana Kesehatan Relawan P L Sarana Penyelamatan Lainnya Jumlah RW 1 RW 2 Dst. 12

6) Menetapkan: Titik-titik tempat berkumpul untuk evakuasi, dipilih tempat yang merupakan ruang terbuka atau lapangan terbuka yang aman. Jalur yang akan dilalui menuju ke lokasi pengungsian, dengan memilih jalur yang aman dari kemungkinan terkena bencana dan perlu membuat beberapa jalur cadangan. Lokasi pengungsian (lapangan terbuka, tempat ibadah atau tempat lain yang aman). dengan tetap memperhatikan faktor keamanan dan kemudahan untuk mencapai lokasi. Untuk menetapkan titik berkumpul, jalur evakuasi/ penyelamatan dan tempat pengungsian, perlu berkoordinasi dengan petugas PUSKESMAS dan instansi terkait lainnya. 13

Disarankan untuk membuat papan petunjuk tentang: 1. Tempat Titik Kumpul 2. Jalur Evakuasi yang dipasang di ujung-ujung jalan yang ditetapkan sebagai jalur evakuasi 3. Tempat Pengungsian Contoh Gambar Rambu: 14

Contoh Gambar Rambu: Data-data wilayah rawan bencana yang telah terkumpul lalu diletakkan dalam Peta Dasar yang sudah disiapkan sebelumnya. Peta diberi warna berbeda untuk setiap jenis bencana, penduduk rentan, titik-titik kumpul, jalur jalan evakuasi, lokasi pengungsian, letak alat peringatan dini, sehingga tersusun sebuah Peta Kesiapsiagaan Desa/ Kelurahan. 15

16 PETA KESIAPSIAGAAN DESA/KELURAHAN

Peta yang sudah jadi dapat diperbanyak dan ditempel di Kantor Desa/Kelurahan, di Papan Pengumuman setiap RT/RW/Dusun, di tempattempat ibadah, pasar, gardu jaga atau di fasilitas umum lainnya. 7) Penetapan Langkah Kesiapsiagaan Masyarakat. Nama Koordinator masing-masing RT/RW/Dusun yang dikoordinasikan oleh Ketua Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan Desa/Kelurahan. Nama dan nomor telepon/ HP/Radio Call Sign (kode panggil radio) yang dapat dihubungi sewaktu-waktu bila terjadi bencana. Contoh: KADES/Lurah, Petugas Kesehatan, BABINSA/ BABINKAMTIBMAS, FKPM (Forum kemitraan polisi dan masyarakat) dll. Nama-nama regu pencari dan penolong. 17

Tabel 4: Daftar Nama Petugas Kesiapsiagaan Desa/Kelurahan Tahun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Tugas Ketua Tim PB Koordinator RT.../RW... Koordinator RT.../RW... Petugas Kesehatan Petugas Kesehatan/ Forum Kemitraan Polisi & Masy. BABINKAMTIBMAS BABINSA Tim Pencari/Penyelamat Tim Pencari/Penyelamat Dst No Telp, HP, Radio Ket. 18

Nama-nama tersebut ditetapkan dengan Keputusan Kepala desa/kelurahan, dan dituliskan pada kertas besar dan ditempelkan di kantor Desa/ Kelurahan, di papan pengumuman setiap RT/RW, dan di tempat-tempat ibadah, pasar atau tempat umum setempat yang lain. 8) Menyepakati bentuk-bentuk peringatan dini jika terjadi bencana (contoh: sirine, kentongan, pengeras suara di rumah-rumah ibadahatau tanda-tanda lain yang disepakati). 9) Menyepakati rencana yang berisi langkah yang harus dilakukan jika bencana benar-benar terjadi. (rencana kontinjensi) 10) Mendorong kegiatan-kegiatan untuk mengurangi risiko kesehatan (mengurangi dampak krisis kesehatan/ mitigasi), antara lain: a) Ikut menyusun Peraturan Desa/Kelurahan/RW/RT tentang pengurangan krisis kesehatan /kejadian bencana (misal, tidak menebang pohon 19

sembarangan, tidak membuang sampah di saluran air/sungai, pengelolaan sampah, Buang Air Besar (BAB) di jamban yang sehat, tidak tinggal di lereng bukit, dll) b) Mengadakan kegiatan-kegiatan fisik, seperti penghijauan, membuat tanggul sungai, mengatur aliran air di daerah lereng-lereng bukit, pembersihan saluran air/limbah, dll. 20

11) Kegiatan Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain dalam kegiatan: a) Orientasi masyarakat tentang P3K (termasuk dukungan psikologis awal), pengurangan risiko kesehatan, bantuan hidup dasar, gladi / simulasi/ latihan untuk mempraktikkan langkah kesiapsiagaan yang telah disusun, latihan komunikasi, dll). b) Penyuluhan-penyuluhan mengenai risiko kesehatan di masyarakat. c) Orientasi pengamatan penyakit menular secara sederhana 21

12) Koordinasi dengan instansi-instansi terkait, antara lain: a) PUSKESMAS, b) Instansi yang terkait untuk koordinasi sosialisasi, orientasi c) Instansi terkait dengan fasilitasi alat dan perlengkapan, dsb. 22

B. Peran Kader pada Periode Saat Krisis Kesehatan Jika terjadi krisis kesehatan, melalui sistem peringatan dini, kegiatan utama yang menjadi prioritas Kader Kesehatan adalah: 1) Menolong warga yang membutuhkan 2) Menghubungi dan melaporkan kejadian ke PUSKESMAS dan Pos Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 23

Selain itu, Kader bertugas: a) Di bawah koordinasi Ketua Tim Reaksi Cepat: 1. Menjadi penggerak semua kader untuk membantu upaya masyarakat untuk menyelamatkan diri. 2. Menjadi penghubung antara warga dengan PUSKESMAS dan POSKO Bencana. 3. Menyampaikan informasi terkini tentang kondisi warga (bayi, BALITA, BUMIL, BUSUI, Usia Lanjut, warga berkebutuhan khusus) maupun lingkungan desa/kelurahan. 24

b) Di bawah koordinasi Koordinator RT/RW/Dusun, anggota Tim Reaksi Cepat dan petugas terkait lainnya: 1. Mengajak warga untuk tetap tenang, dan tidak panik. 2. Mengajak warga berusaha menyelamatkan diri, dan menuju titik kumpul. 3. Bila terpaksa harus mengungsi, mengajak masyarakat untuk menuju tempat pengungsian dengan melalui jalur pengungsian yang telah ditetapkan. 4. Memantau kondisi warga di pengungsian. 5. Membantu evakuasi/penyelamatan warga yang mengalami luka atau sakit ke unit pelayanan kesehatan. (Dalam membantu korban luka harus berhati-hati, jangan sampai memperparah kondisi korban!). 25

c) Sebagai anggota Tim pencari dan penyelamat: 1. Melakukan pencarian dan penyelamatan terhadap warga yang belum ditemukan. 2. Berkoordinasi dengan tim bantuan dari PEMDA/ BPBD untuk menolong korban. 26

C. Peran Kader pada Periode Pasca Krisis Kesehatan Pasca krisis kesehatan adalah periode setelah situasi krisis kesehatan dinyatakan berakhir oleh pihak yang berwenang. 27

Peran kader antara lain: 1) Mengajak warga kembali ke rumah setelah ada arahan dari Petugas yang berwenang serta menenangkan warga. 2) Menggerakkan warga untuk membersihkan rumah dan lingkungan dengan bergotong royong untuk menghindari penularan penyakit. 3) Mengajak warga bergotong-royong untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari kemungkinan penularan penyakit menular. 4) Memantau dan mengakses air bersih dan sanitasi dasar (pengolahan sampah, jamban keluarga, pengendalian vector) 5) Ikut memantau kondisi korban luka yang masih dirawat 28 6) Mendampingi petugas yang mengunjungi warga yang mengalami gangguan kejiwaan.

7) Mengevaluasi pelaksanaan rencana kesiapsiagaan 8) Memperbaiki rencana penanggulangan krisis kesehatan sesuai pembelajaran yang dipetik selama krisis kesehatan Diharapkan seluruh kader melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan, dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadi krisis kesehatan di masa datang. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat perlu dilaksanakan pada pra-krisis, saat krisis, dan pasca krisis kesehatan. 29

PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa dan kelurahan siaga aktif meliputi perilaku sebagai berikut: 1. Persalinan dengan tenaga kesehatan 2. Asi eksklusif 3. Menimbang bayi tiap bulan di posyandu 4. Menggunakan air bersih 5. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir 6. Jamban sehat 7. Bebas jentik nyamuk 8. Makan sayur dan buah setiap hari 30

9. Aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok dalam rumah 11. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika mengetahui dirinya, keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit menular. 12. P e r g i b e r o b a t a t a u m e m b a w a o r a n g l a i n b e r o b a t k e POSKESDES/PUSTU/PUSKESMAS bila sakit 13. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan 14. Mengonsumsi Table Tambah Darah semasa hamil dan nifas (bagi ibu). 15. Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang (terutama bagi perempuan termasuk pada saat hamil dan menyusui). 31

16. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari 17. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak. 18. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan. 19. Mengonsumsi Kapsul vitamin A bagi ibu nifas 20. Memberi ASI eksklusif kepada bayinya (0-6 bulan). 21. Memberi Makanan Pendamping ASI. 22. Memberi Kapsul Vitamin A untuk bayi dan BALITA setiap bulan Februari dan Agustus. 23. Menimbang berat badan bayi dan BALITA secara teratur serta menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA untuk memantau pertumbuhannya. 32

24. Membawa bayi/anak, ibu dan wanita usia subur untuk diimunisasi 25. Menyediakan oralit dan seng (zinc) untuk penanggulangan diare. 26. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan, dan lain-lain). 27. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan, termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan. 28. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencanan. 29. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. 30. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. 31. Menggunakan jamban sehat. 33

32. Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan menggunakannya. 33. Memberantas jentik-jentik nyamuk. 34. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah, desa/kelurahan maupun di lingkungan permukiman. 35. Melakukan aktifitas fisik setiap hari. 36. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan menyalahgunakan NAPZA serta bahan berbahaya lain. 37. Memanfaatkan UKBM, POSKESDES, PUSTU, PUSKESMAS atau sarana kesehatan lain. 34

38. Memanfaatkan pekaranan rumah untuk Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Warung Hidup di halaman masing-masing rumah atau secara bersamasama (kolektif). 39. Melaporkan kematian. 40. Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan. 41. Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS. 35

36

BAGIAN 3: PENUTUP Upaya penanggulangan krisis kesehatan yang kita lakukan saat ini memang masih jauh dari kesempurnaan, diharapkan pedoman ini dapat memperkaya khasanah pemberdayaan masyarakat yang saat ini sedang kita upayakan bersama. 37

UCAPAN TERIMA KASIH Petunjuk Teknis ini berhasil dirampungkan pada waktunya berkat dukungan banyak pihak, antara lain: 1. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2. Direktorat Pelayanan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian sosial Republik Indonesia Klaster Perlindungan dan Pengungsian 3. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri 4. Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri 5. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 39

6. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI 7. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan 8. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan 9. Direktorat Jenderal bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 10. Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan 11. Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan 12. Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) 13. Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) 14. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama 40

15. Humanitarian Forum Indonesia 16. YAKKUM Emergency Unit (YEU) 17. Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia 18. Rekan-rekan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan 41

KONTAK Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Menteri Kesehatan www.penanggulangankrisis.depkes.go.id Telepon : 021-5264043, 521 0420, 521 0411 Fax: 021 572 1111 Call center : 0812 1212 3119 E-mail: ppkdepkes@yahoo.com