SAMBUTAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Khofifah Indar Parawansa OPEN PARTNERSHIP DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Disampaikan pada acara Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII di Hotel Grand Inna Muara, Padang Sumatera Barat Tanggal 19 April 2015 Yang Terhormat : 1. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Ibu Puan Maharani, 2. Gubernur Sumatera Barat, Bapak Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, M.Sc 3. Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Bapak Prof. Dr. Haryono Suyono, 1
4. Ketua Umum Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Sumatera Barat, Ibu Hj. Nevi Irwan Prayitno, 5. Para Peserta Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII, 6. Para Undangan dan Hadirin sekalian yang berbahagia. Assalamu alaikum W.W Puji sekaligus syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin-nya kita semua masih dikaruniai kesempatan dan kesehatan, sehingga bisa hadir bersama-sama di tempat ini, dalam rangka Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII, di kota Padang yang indah ini. Sungguh merupakan kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya, karena pada kesempatan ini dapat ikut menghadiri Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII, sekaligus menyampaikan apresiasi yang mendalam atas pemberian kesempatan sebagai salah satu pembicara dalam forum yang berbahagia ini. Pada kesempatan ini, ijinkan saya menyampaikan paparan tentang Open Partnership dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, dengan harapan mudah-mudahan 2
dapat membantu peserta Kongres yang saya hormati, dalam mengidentifikasi program-program prioritas pemerintah, khususnya terkait dengan pembangunan kesejahteraan sosial, di mana Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dan jajaran Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) di 34 provinsi yang ada di Indonesia, dapat berpartisipasi dan berkontribusi secara optimal di dalamnya. Hadirin sekalian yang berbahagia, Pembangunan kesejahteraan sosial pada hakikatnya merupakan piranti dalam mewujudkan keadilan sosial secara konkrit melalui redistribusi hasil-hasil pembangunan yang dicapai bagi penduduk miskin, marginal dan rentan melalui kebijakan dan strategi yang merespon kebutuhan masyarakat (responsive), tepat sasaran (reliable) dan membangun masyarakat yang berketahanan sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, sesuai dengan UU Nomor 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial dilaksanakan melalui Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial merupakan upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang 3
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Upaya dimaksud dilaksanakan dengan senantiasa melandaskan pada budaya dan jati diri bangsa, untuk mewujudkan ketahanan sosial sebagai dasar terwujudnya ketahanan nasional. Terdapat 7 (tujuh) kelompok prioritas penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang ditangani, yaitu : kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, serta korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Secara simultan, upaya penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial dimaksud dilaksanakan dengan mendayagunakan potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS), dengan fokus pada penguatan infrastruktur kelembagaan sosial, peningkatan kapasitas SDM, penguatan jejaring kerja dan perluasan jangkauan pelayanan. Hadirin sekalian yang berbahagia, Dalam RPJMN III (2015-2019), kebijakan dan program pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada 3 (tiga) 4
domain utama. Pertama, menunjang pencapaian visi Presiden yaitu Nawacita, khususnya pada : (a) poin 3 yaitu : membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, (b) poin 5 yaitu : meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, dan (c) poin 9 yaitu : memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Kedua, memberikan kontribusi optimal pada kesejahteraan bangsa melalui 5 program prioritas nasional, yaitu : (a) bantuan beras untuk masyarakat miskin, (b) kartu keluarga sejahtera, (c) program keluarga harapan, (d) pemulangan pekerja migran bermasalah, dan (e) penanganan korban penyalahgunaan NAPZA. Ketiga, menunjang upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui 4 program pendukung, yaitu : (a) penguatan kapasitas SDM Kesejahteraan Sosial, (b) verifikasi dan validasi data, (c) akreditasi lembaga kesejahteraan sosial dan sertifikasi pekerja sosial, dan (d) penguatan tata kelola dan partisipasi publik. 5
Hadirin sekalian yang berbahagia, Terkait dengan Nawacita poin 3 yaitu : membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, dilakukan melalui penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif maupun perluasan dan peningkatan pelayanan dasar. Arah kebijakan dimaksud diimplementasikan melalui 8 strategi, yaitu : (a) penataan asistensi sosial, baik reguler mupun temporer, (b) pemenuhan hak dasar dan inklusifitas penyandang disabilitas, lanjut usia dan masyarakat marjinal, (c) perluasan cakupan Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi penduduk miskin dan rentan serta pekerja sektor infotmal, (d) penguatan kelembagaan dan koordinasi melalui penguatan kualitas dan ketersediaan SDM Kesos, standarisasi kelembagaan kesejahteraan sosial serta pengembangan sistem layanan dan rujukan terpadu, (e) peningkatan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan, (f) penjangkauan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan, (g) penyempurnaan pengukuran kemiskinan yang menyangkut kriteria, standarisasi dan pengelolaan data terpadu, serta (h) penguatan peran kelembagaan sosial dalam mengembangkan sistem layanan dan rujukan terpadu pada tingkat kabupaten/kota hingga desa/kelurahan. 6
Terkait dengan Nawacita poin 5 yaitu : meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, dilakukan melalui pengembangan penghidupan berkelanjutan dan atau peningkatan kesejahteraan keluarga. Arah kebijakan dimaksud diimplementasikan melalui 2 strategi, yaitu : (a) peningkatan kapasitas dan ketrampilan penduduk miskin dan rentan melalui peningkatan kualitas pendampingan usaha ekonomi produktif, dan (b) terbentuknya masyarakat sejahtera mandiri melalui pengembangan potensi lokal dan pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan. Terkait dengan Nawacita poin 9 yaitu : memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia, dilakukan melalui penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara kesejahteraan sosial. Arah kebijakan dimaksud diimplementasikan melalui 3 strategi, yaitu : (a) penyelenggaraan penyuluhan sosial untuk peningkatan kesadaran masyarakat dan pengembangan kesetiakawanan sosial, (b) penguatan peran pemerintah pusat, daerah dan berbagai unsur masyarakat dalam penyelenggaraan keserasian sosial dan kesetiakawanan sosial, serta (c) peningkatan jejaring kerja keserasian sosial dan kesetiakawanan sosial. 7
Hadirin sekalian yang berbahagia, Di sisi lain, Perpres 166/2014 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan juga menegaskan bahwa untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menetapkan program perlindungan sosial, yang mencakup : Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat. Data Pusdatin Kemensos (2015) mengungkap bahwa jumlah penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) adalah 15,5 juta jiwa, yang notabene merupakan pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) sebelumnya. Pada tahun 2014 telah dibagikan KKS kepada 1 juta jiwa, sedangkan 14,5 juta jiwa lainnya akan dibagikan pada tahun 2015 dan seterusnya. Sedangkan jumlah penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah 86,4 juta jiwa, di mana 4.426.010 diantaranya sudah dibagikan pada tahun 2014. Sisanya sebesar 81.973.990 akan dibagikan pada tahun 2015 dan seterusnya. Kementerian Sosial juga akan membagikan KIS pada 1.799.421 jiwa PMKS yang dalam data PBI Jamkes berdasarkan PPLS 2011 masuk dalam kategori unregistered. Sedangkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dibagikan kepada 17.920.270 jiwa. Kementerian Sosial juga telah mengusulkan kepada Kemendikbud agar mengakomodasi 4,9 juta jiwa PMKS. 8
Saat ini beragam program perlindungan sosial yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah, yang terdiri dari : Jaminan Persalinan, Program Kesejahteraan Sosial Anak, Beasiswa untuk Siswa Miskin, Program Keluarga Harapan, Asuransi Kesejahteraan Sosial, Asistensi Sosial Orang dengan Kecacatan Berat, Rehabilitasi Sosial bagi mantan NAPI, HIV/AIDS, Napza, Bantuan Bencana Alam/Sosial/Ekonomi, Beras Miskin, Jaminan Sosial Lanjut Usia, maupun Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Hadirin sekalian yang berbahagia, Undang-Undang 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial membuka peluang yang sebesar-besarnya terhadap open partnership dalam pembangunan kesejahteraan sosial, khususnya dalam hal peran serta masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam program dan kegiatan penanganan masalah kesejahteraan sosial. Pada Bab VII tentang Peran Masyarakat, pada Pasal 38 ayat (1) dikemukakan bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Lebih lanjut dalam ayat (2) dikemukakan bahwa peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh : perseorangan; keluarga; organisasi keagamaan; organisasi sosial kemasyarakatan; lembaga swadaya masyarakat; 9
organisasi profesi; badan usaha; lembaga kesejahteraan sosial; dan lembaga kesejahteraan sosial asing. Pada pasal 52 juga dikemukakan bahwa peran masyarakat dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dapat berupa pemikiran, prakarsa, keahlian, dukungan, kegiatan, tenaga, dana, barang, jasa, dan/atau fasilitas untuk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Pasal 53 juga memperjelas penjelasan pada pasal 52 dengan mengemukakan bahwa peran masyarakat dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dilakukan dengan kegiatan : (a) Pemberian saran dan pertimbangan dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; (b) Pelestarian nilainilai luhur budaya bangsa, kesetiakawanan sosial, dan kearifan lokal yang mendukung Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; (c) Penyediaan sumber daya manusia dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; (d) Penyediaan penyediaan dana, jasa, sarana dan prasarana dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; dan/atau (f) Pemberian pelayanan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. 10
Hadirin sekalian yang berbahagia, Demikian paparan saya terkait Open Partnership dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial ini. Semoga Allah SWT senantiasa mengiringi langkah kita dengan rahmah, berkah dan hidayahnya, dalam upaya mempersembahkan yang terbaik untuk negeri ini. Wassalamualaikum W.W Menteri Sosial Republik Indonesia Khofifah Indar Parawansa 11