Gilang Wiryanu Murti. DO NOT COPY.

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

Edo Yudanto. DO NOT COPY.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,

Modul ke: KEWARGANEGARAAN. Hak dan Kewajiban Warga Negara. Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Elektro

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG

BAHAN TAYANG MODUL 5

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 5 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK

Transkripsi:

Paper T1 ini bagus dan benar karena: 1. Semua materi kuliah Hukum Ekonomi yang telah disampaikan dosen sampai periode UTS, dibahas dalam paper ini dan pembahasannya dikaitkan dengan tema yang telah ditugaskan oleh dosen (lihat kalimat-kalimat yg diwarnai kuning). 2. Penulisan tiap-tiap materi kuliah Hukum Ekonomi dalam paper ini, ditulis secara urut seperti urutan yang disampaikan dosen di perkuliahan. 3. Paper ini dilengkapi dengan sumber-sumber bacaan di footnote-nya, yang menunjukkan mahasiswa penulisnya serius dalam mengerjakan papernya dan banyak membaca materi-materi lain di luar materi kuliah. 4. Teknik penulisannya rapi, dengan paragraf, sub paragraf, dan sub judul. ANALISA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL Oleh: Gilang Wiryanu Murti NIM: 0610110078 Kesejahteraan sosial mempunyai keterkaitan yang erat dengan Hukum Ekonomi dalam pencapaian tujuannya. Tujuannya yaitu dapat mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat bagi masyarakat, serta memenuhi hak atas kebutuhan dasar masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Sedangkan dalam hukum ekonomi kegiatan yang dilakukan yaitu bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tingkat kesejahteraan masyarakat mempunyai hubungan terhadap kondisi sosial ekonomi. Sebagaimana dalam upaya mencapai tujuan bangsa sila kelima Pancasila menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 1, dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 2 Untuk menciptakan kehidupan yang layak dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, Pemerintah mengeluarkan UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. 3 Kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari merupakan lingkup dari kegiatan ekonomi, yaitu cara mempertahankan hidupnya sehari-hari serta berbagai hal yang mempunyai keterkaitan dengan kesejahteraan secara materiil. Pemenuhan taraf kesejahteraan sosial perlu terus diupayakan mengingat 1 Pancasila sila ke-5 2 Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, tentang Tujuan Negara Republik Indonesia 3 Pasal 1 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 1

sebagian besar rakyat Indonesia masih belum mencapai taraf kesejahteraan sosial yang diinginkan. Keberhasilan pembangunan terletak pada kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial. Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyandang masalah sosial tersebut, tidak dapat terlayani dengan baik. Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama dengan pembangunan ekonomi. Kedua bidang antara kesejahteraan sosial dengan pembangunan ekonomi harus berjalan secara bersamaan tanpa ada yang harus diutamakan. Hal ini mengingat pembangunan ekonomi sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan ekonomi yang sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetap tidak akan mampu menjamin kesejahteraan sosial pada setiap masyarakat. Bahkan pengalaman negara maju dan berkembang seringkali memperlihatkan jika prioritas hanya difokuskan pada kemajuan ekonomi memang dapat memperlihatkan angka pertumbuan ekonomi. Namun sering pula gagal menciptakan pemerataan dan menimbulkan menimbulkan kesenjangan sosial. Akhirnya dapat menimbulkan masalah kemiskinan yang baru. Oleh karenanya penanganan masalah kemiskinan harus didekati dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial. 4 Berbagai aktivitas ekonomi baik nasional maupun internasional diatur dalam hukum ekonomi. UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah salah satu undang-undang yang berkaitan dengan hukum ekonomi, sehingga segala ketentuan didalamnya mencangkup pendekatan dalam hukum ekonomi. Hukum ekonomi mempunyai 3 sisi pendekatan, yaitu: 1. Interdisipliner Dalam UU tentang Kesejahteraan Sosial tidak hanya terdapat sifat hukum tertentu namun terdapat beberapa bidang hukum lainnya: Hukum Dagang tertuang dalam BAB III Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian ketiga mengenai Jaminan Sosial, jaminan sosial diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan, serta tunjangan berkelanjutan. 5 Dengan adanya bantuan dari Pemerintah berupa asuransi atau tunjangan lain yang terdapat dalam Pasal 9 dan Pasal 10 tersebut dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya berjalan. Pemerintah telah mengupayakan kesejahteraan masyarakat melelui program Bantuan Langsung Tunai (BLT), dengan dilatarbelakangi upaya mempertahankan tingkat konsumsi rumah tangga sebagai akibat adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Kendala yang dialami dalam program BLT ini yaitu terhadap masyarakat sendiri, banyak warga 4 http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=216&itemid=76, diakses tanggal 5 April 2009 5 Pasal 9 ayat (2) dan (3) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 2

yang tidak semestinya mendapat kartu BLT. Hal ini dapat menjadikan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak dapat merata, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Dengan ditemukannya hambatan yang demikian tingkat perekonomian Indonesia belum dapat sepenuhnya tercapai kemakmuran secara merata. Hukum Pidana tertuang dalam BAB III Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian kelima tentang Perlindungan Sosial pasal 14 sampai dengan pasal 17 UU No. 11 tahun 2009, Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. 6 Perlindungan sosial dilaksanakan dengan bantuan sosial, advokasi sosial, dan bantuan hukum. 7 Penerapannya dalam masyarakat undang-undang kesejahteraan sosial ini bentuk perlindungan sosialnya kurang diaplikasikan. Bantuan sosial, advokasi sosial, dan bantuan hukum jarang diberikan kepada masyarakat dalam taraf ekonomi rendah. Dengan adanya prinsip ekonomi perlindungan sosial berjalan sejajar dengan itu. Hal ini tidak merubah nasib kelompok rentan penyandang masalah sosial tersebut. Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 8 Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan Hukum Tata Negara. Kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah, sedangkan dalam hal perbedaan Hukum Tata Negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk Hukum Administrasi Negara dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Dalam Undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial ini mencangkup Wewenang dan Tanggung Jawab bagian ketiga tentang Pemerintah Daerah pasal 27 sampai dengan pasal 30. dan dalam Bab VIII tentang Pendaftaran dan Perizinan Lembaga Kesejahteraan Sosial mencangkup hal-hal mengenai pendaftaran dan perizinan, lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial wajib mendaftar kepada kementerian atau instansi di bidang sosial. 9 Kajian dari Hukum Administrasi Negara yaitu 6 Pasal 14 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 7 Pasal 14 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 8 Pasal 31 UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 9 Pasal 46 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 3

mengenai pendaftaran dan perizinan mencangkup administratif yaitu pencatatan dan pendataan atas lembaga yang didirikan kepada Pejabat yang berwenang/setempat. Lembaga yang didirikan yang berkaitan dengan undang-undang ini yaitu Lembaga Kesejahteraan Sosial Indonesia (LKSI). LKSI berdiri didasari atas rasa keprihatinan yang begitu mendalam akibat dari situasi dan kondisi bangsa yang terus terpuruk, mulai dari angka kemiskinan yang begitu tinggi dan berbagai permasalahan yang diakibatkan faktor ekonomi. 10 2. Multidisipliner Ekonomi dituangkan dalam Bab III Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian keempat tentang Pemberdayaan Sosial pasal 12, serta BAB IV Penanggulangan Kemiskinan pasal 19. Para pihak penyandang masalah kesejahteraan sosial diarahkan dalam penyelenggaraan peningkatan perekonomian Nasional agar mampu bersaing dalam memperoleh kesejahteraan secara mandiri. Salah satu contohnya yaitu dibukanya akses lapangan kerja secara luas. Sosial, berkaitan dengan Rehabilitasi Sosial bagian kedua BAB III Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. 11 3. Transnasional Pendekatan mengenai unsur-unsur asing dan yang melintasi batas negara, berbunyi lembaga kesejahteraan sosial asing dalam melakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial wajib memperoleh izin dan melaporkan kegiatannya kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. 12 Hukum ekonomi mempunyai beberapa karakteristik, sehingga dapat dilihat ciri-ciri yang bagaimanakah yang dapat dikategorikan sebagai hukum ekonomi. UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial sudah memenuhi karakter dari hukum ekonomi dilihat dari beberapa karakternya termasuk dalam hukum ekonomi. Berdasarkan penjabaran diatas mengenai sisi pendekatan hukum ekonomi yang dituangkan dalam UU tentang Kesejahteraan Sosial ini sudah dapat dikatakan memenuhi kajian dari hukum ekonomi. Segala bentuk bidang hukum sudah tercakup dalam undang-undang tersebut. 10 http://www.lksi.or.id/, diakses tanggal 5 April 2009. 11 Pasal 7 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 12 Pasal 48 UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 4

UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial mencangkup pula hukum privat dan hukum publik. Hukum privat adalah hukum yg mengatur hubungan orang perorang, hukum privat kajiannya berupa Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Sedangkan hukum publik adalah hukum yg mengatur hubungan antara negara dengan warga negaranya. Hukum publik secara garis besar dikaji oleh Hukum Pidana, Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Negara, dan lain-lain. Hukum publik atau hubungan antara negara dengan warga negaranya dalam Undang-undang Kesejahteraan Sosial diatur sebagai penyandang hak dan kewajiban sebagai Warga Negara Indonesia yang wajib dilindungi oleh negara, yaitu salah satunya berhak mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Ruang lingkup dari UU tentang Kesejahteraan Sosial lebih luas dari hukum perdata dan hukum dagang. Pasal-pasal didalamnya mencangkup pula hukum-hukum lain selain hukum privat. Sehingga UU tentang Kesejahteraan Sosial ini tidak dapat dikategorikan dalam satu hukum saja, maka termasuk dalam hukum ekonomi sesuai dengan karakteristik hukum ekonomi tersebut. UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial merupakan perpaduan dari berbagai bidang hukum. Hukum pidana mengenai ketentuan perlindungan social yang dilaksanakan dengan bantuan sosial, advokasi sosial, dan bantuan hukum. Mengenai hukum dagang pemberian jaminan sosial dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung serta tunjangan. Hukum administrasi negara mengenai wewenang penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan mengenai pendaftaran dan perijinan pendirian lembaga sosial.. Hukum tata negara tentang hubungan hukum antar lembaga negara seperti pemerintah dan pemerintah daerah koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pada dasarnya UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial mengatur lebih rinci dari hukum ekonomi. Dilihat dari persamaan kegiatan serta tujuan yang hendak dicapai, yaitu pemenuhan kebutuhan dan cara mempertahankan hidup sehari-hari serta berbagai hal yang mempunyai keterkaitan dengan kesejahteraan secara materiil. Maka dapat dikatakan UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial mengatur secara rinci dari hukum ekonomi, adagium untuk itu adalah, Lex specialis derograt lex generalis jadi, UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial lebih diutamakan daripada hukum ekonomi. Sumber Hukum adalah tempat dimana hukum itu ditemukan. Sumber hukum meliputi Perundangundangan, perjanjian, traktat, jurisprudensi, kebiasaan, dan pendapat sarjana (doktrin). Dalam hal ini tingkat kepentingan dan penggunaan sumber-sumber hukum tergantung pada sistem hukum yang dianut suatu 5

negara. Dari sumber hukum itu tadi ditemukanlah peraturan-peraturan disistimatisasikan menurut: sejarah perkembangan hukum bidang yang bersangkutan di indonesia, falsafah indonesia yang melatarbelakangi bidang hukum tersebut, kebijakan pemerintah di bidang tersebut, pelaksanaan dari kebijakan pemerintah di bidang yang bersangkutan. Dalam kegiatan pemenuhan kesejahteraan sosial bersumber kepada perundangundangan yang kemudian dijadikan sebuah dasar hukum ekonomi Indonesia dalam sebuah heararki. Dasar hukum dibentuknya Undang-undang Kesejahteraan Sosial ini mengingat Pasal 18A, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 13 Pasal 28 mengatur mengenai Hak Asasi Manusia berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Negara berkewajiban memelihara warga negaranya yang miskin dan terlantar, hal tersebut tertuang dalam Pasal 34 UUD 1945 yang dijadikan Dasar Hukum dirumuskannya Undang-undang Kesejahteraan Sosial. Subyek hukum ekonomi dibagi menjadi 4 komponen: yaitu yang pertama adalah Pemerintah; Pelaku usaha; masyarakat/konsumen; NGO (Non Goverment Organization)/ LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Penjabarannya sebagai berikut: Pemerintah memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara yaitu terletak sebagai regulator dan fasilitator. Tingkat perekonomian baik meningkat maupun menurun berdasarkan atas Pemerintah sebagai pemeran yang utama. Pemerintah atas nama Negara berfungsi sebagai pengayom dengan memberikan jaminan hukum dan perundang-undangan namun terkadang ekonomi cenderung memunculkan monopoli dan oligopoli karena peran negara yang diminimalkan. Bahwa peran pemerintah dalam ekonomi pasar berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi nasional. Perannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha sehingga tercipta masyarkat yang mandiri dan berpotensi. Dukungan diwujudkan melalui kebijakan maupun pengadaan fasilitas dan peminjaman dana. Komponen subjek hukum ekonomi yang kedua yaitu Pelaku Usaha. prtumbuhan ekonomi suatu Negara dipengaruhi pula oleh pelaku usaha, yaitu dapat berupa perorangan dan badan usaha. Pelaku usaha disini mempunyai manfaat untuk membina dan menumbuhkan pelaku-pelaku usaha ekonomi produktif bagi 13 UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 6

masyarakat penyandang ekonomi lemah. Dengan adanya pelaku usaha yang peduli terhadap sesama diharapkan tingkat kemiskinan Negara menurun hingga menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui perorangan dan badan usaha diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang ditujukan bagi masyarakat ekonomi lemah. Subyek hukum ekonomi yang ketiga adalah Masyarakat. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang lebih suka hidup secara bersama. Hal ini disebabkan dengan kapasitas individu yang ada, manusia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk mempertahankan kehidupan mereka dalam masyarakat. Oleh karena itu, mereka sangat membutuhkan suasana kehidupan yang saling menolong dan bekerjasama. Asas-asas yang terdapat dalam UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial tersebut adalah: 1. Asas Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Asas ini dalam Hukum Ekonomi dipandang sebagai asas yang paling mendasar dari dibentuknya sebuah Undang-undang yang mengatur kegiatan ekonomi di Indonesia. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai Pancasila sila pertama. Undang-undang Kesejahteraan Sosial didasari pula oleh Asas Iman dan Takwa lepada Tuhan YME karena adanya rasa peduli terhadap sesama manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia hádala ciptaan yang paling tinggi dari ciptaan Tuhan yang lainnya, karena diberi akal pikiran, budi nurani, dan perasaan. Oleh karena itu, dalam suatu kesejahteraan sosial dapat merata jika ada kepedulian diantara sesama. 2. Asas Kepastian Hukum Indonesia adalah negara hukum (rechsstaat), negara dengan ciri ini harus ada sebuah asas yaitu Asas Kepastian Hukum. Untuk menjamin hak dan kewajiban warga negarannya perlu peraturan yang mengatur untuk itu. Landasan undang-undang diutamakan untuk penyelenggaraan kebijakan negara, yaitu undang-undang tentang kesejahteraan sosial ini. Penyandang masalah kesejahteraan sosial diberihak untuk meningkatkan taraf hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. 3. Asas Keterbukaan 7

Asas keterbukaan adalah memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 14 Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial harus dilaksanakan secara merata, dengan informasi yang akurat. Agar tidak terjadi kendala dalam pencapaian pembangunan ekonomi, penetapan sasaran harus sesuai dengan tujuan. Kesejahteraan Sosial ini ditujukan bagi masyarakat yang dibawah taraf hidup, misalnya dalam contoh yang sudah disebut diatas yaitu melelui program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemberian informasi bantuan di sosialisasikan bagi masyarakat guna menunjang perokonomiannya. Dengan keterbukaan ini, baik dari masyarakat misal tentang tingkat kemiskinannya, maupun dari pemerintah mengenai sosialisasi program peningkatan kesejahteraan tersebut. 4. Asas Akuntabilitas Asas akuntabilitas adalah dalam setiap penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 15 Setiap kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat deserta hasilnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat pula. 5. Asas Kemandirian Berdasarkan asas kemandirian diharapkan masyarakat yang maíz dalam taraf hidup rendah dapat memperlancar pelaksanaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Untuk mencapai asas kemandirian dibutuhkan suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan potensi dan kemampuan masyarakat yang berada dalam taraf hidup yang rendah untuk berusaha menciptakan suatu lapangan usaha secara mandiri. Dalam undang-undang kesejahteraan sosial mengatur mengenai Pemberdayaan Sosial yang dimaksudkan untuk mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. 6. Asas Pembangunan Berkelanjutan Asas keberlanjutan adalah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga tercapai kemandirian. 16 Berkelanjutan disini mempunyai arti bahwa jaminan sosial serta bantuan langsung yang diberikan oleh Pemerintah untuk masyarakat miskin dilakukan secara berlanjut atau berkala hingga masyarakat yang dalam ekonomi lemah tersebut mampu mandiri tanapa bantuan dari Pemerintah lagi. 7. Asas Manfaat 14 Penjelasan Pasal 2 huruf f UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 15 Penjelasan Pasal 2 huruf g UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 16 Penjelasan Pasal 2 huruf j UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 8

Asas kemanfaatan adalah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus memberi manfaat bagi peningkatan kualitas hidup warga negara. 17 Penyelenggaraan ini memberikan manfaat bagi kelompok kurang mampu dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Dengan adanya jaminan sosial dan bantuan langsung Pemerintah ini diharapkan tingkat kemiskinan di Indonesia dapat berkurang dan dapat meningkatkan perekonomian negara. 8. Asas Keadilan dan Pemerataan Asas keadilan adalah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. 18 Pemerataan dan keadilan disini ditujukan bagi penyandang masalah ekonomi yang diklasifikasi oleh Pemerintah secara akurat dan adil sesuai tingkat kemiskinan. Namun sering kali pada prakteknya, penerima kesejahteraan sosial ini tidak selalu adil dan merata. Kurangnya pengawasan dan penggolongan masyarakat kurang mampu ini dikendalai oleh masyarakat itu sendiri. 17 Penjelasan Pasal 2 huruf c UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 18 Penjelasan Pasal 2 huruf b UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 9