IV. GAMBARAN UMUM. Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah

dokumen-dokumen yang mirip
SIMPULAN DAN SARAN. dengan hasil pengetahuan tidak tahu, mengeluarkan sikap tidak setuju dan

I. PENDAHULUAN. berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki berpasangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

...Humas Kanwil Kemenag Prov. Jabar

BAB V PEMBAHASAN. A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan

BAB IV PENERAPAN SIMKAH ONLINE DI KUA KOTA SURABAYA DALAM PERSPEKTIF PMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

INSTRUKSI MENTERI AGAMA R.I. NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENINGKATAN PELAYANAN PERNIKAHAN PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara atau jalan yang dipakai untuk memahami objek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan ujung tombak Kementerian

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR DJ

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1987 TENTANG WALI HAKIM MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mam MAKALAH ISLAM. Paradigma Baru Pelayanan KUA Bidang Perkawinan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak

I. PENDAHULUAN. Kementerian Agama, sebagai salah satu satuan kerja pemerintah memiliki tugas

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan.

2. SETIAP PERKAWINAN HARUS DICATAT Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)

BAB III KUA KECAMATAN SUKODONO

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA

BAB III PENETAPAN DISPENSASI USIA NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. di indonesia bagi sebagian masyarakat hampir selalu dipandang sebagai sebuah sistem yang

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125 TAHUN 2003 NOMOR : 532 TAHUN 2003 TENTANG

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 5. Ibid, Pasal 2 ayat (1) 3

KABUPATEN BLORA NOMOR : 800/30/2015 TANGGAL : 15 JUNI 2015

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR DJ

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA

Mam MAKALAH ISLAM. PP dan PMA , Menuju KUA Berintegritas

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENUTUP Kesimpulan 1. Implementasi Kebijakan Penjaminan Mutu Pada Perguruan Tinggi

BAB III METODE PENELITIAN. karena penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena implementasi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 477 TAHUN 2004 TENTANG PENCATATAN NIKAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Dalam kajian ini sampel pemerintahan daerah dipilih dengan menggunakan data hasil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Mam MAKALAH ISLAM. Integrasi Data Kependudukan

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

III. METODE PENELITIAN. nikah dan pembiayaannya yang tidak sesuai, penelitian ini juga berfokus pada

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang berpedoman pada peraturan pemerintah (PP). Kecamatan dipimpin oleh. Camat juga bertugas melaksanakan tugas umum pemerintahan.

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

2016, No menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perhubungan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf

2017, No masing-masing Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur pedoman penyusunan for

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2012

7/KMK. 09/2011 PENYAMPAIAN DAN PENGELOLAAN LAPORAN PAJAK-PAJAK PRIBADI (LP2P) PEJABAT/PEGAWAI DI LI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 7/KMK. 09/2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 22/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

agar terjaminnya administrasi setiap warga negara.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

Kebutuhan Pelayanan Publik

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

2016, No Penyuluh Keluarga Berencana dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana menjadi Pegawai Negeri Sipil Badan Kependudukan dan Keluarga Beren

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

KESIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Kota Bandar Lampung adalah tidak efektif karena:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

2017, No Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara (Be

I. PENDAHULUAN. kewenangan dan kekuasaan yang legal (formal) dengan adanya kualitas keahlian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM A. Implementasi Kebijakan Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan tujuan kebijakan atau program program. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Implementasi juga bisa diartikan dalam konteks keluaran atau sejauh mana tujuan tujuan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan. Ripley dan Franklin dalam Winarno (2012: 148) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis

51 keluaran yang nyata. Istilah implementasi menunjuk pada sebuah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan tujuan program dan hasil hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan tindakan oleh berbagai aktor khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan. Menurut mereka implementasi mencakup banyak macam kegiatan. Pertama, badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar. Kedua, badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahan kongkrit, regulasi, serta rencana-rencana desain program. Ketiga, badan-badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja. Akhirnya, badan-badan pelaksana memberikan keuntungan atau pembatasan kepada para pelanggan atau kelompok-kelompok target. Mereka juga memberikan pelayanan atau batasan-batasan tentang kegiatan atau apapun lainnya yang bisa dipandang sebagai wujud dari keluaran yang nyata dari suatu program. Menurut George C. Edwards III dalam Subarsono (2012: 90) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. Sementara itu, Grindle dalam Winarno (2012:

52 149) juga memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bias direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencakup terbentuknya a policy delivery system, dimana sasaran-sasaran tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, pernyataan-pernyataan secara luas tentang tujuan, sasaran diterjemahkan dalam program-program tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam kebijakan. Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: 1. Adanya tujuan dan sasaran kebijakan 2. Adanya aktivitas kegiatan pencapaian tujuan 3. Adanya hasil kegiatan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses panjang dari tindakan-tindakan individu ataupun kelompok yang melibatkan berbagai pihak dalam pelaksanaannya, dimana terdapat input atau tujuan yang ingin dicapai dan output, hasil dari tujuan tersebut.

53 B. Gambaran Umum Implementasi Kebijakan dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah Pelaksanaan peraturan akad nikah yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 tentang Akad Nikah dan PP No 47 Tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama di Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaannya sudah di sosialisasikan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dengan cara mengumpulkan masyarakat di setiap masing-masing kecamatan untuk diberitahukan dan disosialisasikan mengenai peraturan tersebut. Namun pada kenyataan di lapangan banyak masyarakat belum mengetahui mengenai peraturan tersebut, sehingga dapat dikatakan sosialisasi yang dilakukan pihak KUA belum berjalan dengan maksimal, sosialisasi yang dilakukan bisa dibilang belum sesuai dengan Undang-undang No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik karena yang salah satu isinya penyelenggara pelayanan publik harus mempublikasikan maklumat pelayanan kepada masyarakat, agar tidak menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat yang dalam kasus ini mengenai biaya akad nikah. Terlihat pada indikator-indikator yang diterapkan oleh George C. Edwards terdapat tidak berjalannya komunikasi yang dilakukan oleh kementerian Agama dalam hal ini diwakili oleh pihak KUA, karena dalam teori tersebut Pada variabel ini menekankan pada keahlian dari perbuatan kebijakan dalam menyampaikan informasi dari isi kebijakan kepada masyarakat. Penting bagi

54 pembuat kebijakan dalam menyampaikan tentang tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan untuk mengurangi kesalah pahaman masyarakat mengenai informasi ataupun pelaksanaannya dalam hal ini mengenai peraturan akad nikah. Indikator-indikator yang mempengaruhi implementasi kebijakan menurut George C. Edwards dalam Subarsono (2012: 90), indikator-indikator yang mempengaruhi implementasi kebijakan antara lain: 1. Komunikasi Pada variabel ini menekankan pada keahlian dari perbuatan kebijakan dalam menyampaikan informasi dari isi kebijakan kepada masyarakat. Penting bagi pembuat kebijakan dalam menyampaikan tentang tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan untuk mengurangi kesalah pahaman masyarakat mengenai informasi ataupun pelaksanaannya. Dalam pemberdayaannya di Bandar Lampung khususnya di kantor Kementerian Agama, terlihat kurang maksimalnya komunikasi yang dilakukan Kementerian Agama mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, khususnya mengenai peraturan nikah. Tidak berjalannya komunikasi dengan baik antara yang mengkomunikasikan dan yang dikomunikasikan membuat Implementasi yang dilakukan kurang secara maksimal sehingga penilaian atau persepsi seseorang menjadi berubah.

55 2. Sumber Daya Variabel sumber daya dibutuhkan untuk mendukung penyampaian dari isi suatu kebijakan, bisa berupa sumber daya manusianya ataupun sumber daya finansialnya. Dalalm hal ini jika dilihat dari jumlah sumberdaya manusianya dalam Kementerian Agama Kota Bandar Lampung sudah memadai untuk melakukan komunikasi atau sosialisasi mengenai peraturan yang berlaku mengenai peraturan nikah, karna sudah ada bidang-bidang yang menanganinya. Dalam menaungi mengenai peraturan nikah yaitu bidang Bimas Islam. 3. Disposisi Komitmen dari pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk mendukung berjalannya suatu kebijakan. Variabel komitmen menunjukan bahwa pembuat kebijakan bersungguh-sungguh dengan kebijakan yang dibuat, hal tersebut berdampak pada pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang telah tertuang atau yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. 4. Struktur birokrasi Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus dilatar belakangi dengan prosedur operasi standar. Prosedur tersebut menjadi pedoman dalam menjalankan suatu kebijakan. Struktur birokrasi yang cenderung panjang bisa melemahkan pengawasan sehingga terjadi penyimpangan pelaksanaan kebijakan.

56 C. PPN, P3N dan Penghulu 1. Dalam pasal 2 dan 3 PMA No 11 Tahun 2007 disebutkan tentang PPN: a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu pejabat yang melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan, pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan. b. Penghulu yaitu pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan. c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau pembantu PPN/P3N, yaitu anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas PPN di desa atau daerah tertentu. Berdasarkan pasal 1 ayat 1 dan 2 UU No 22 Th 1946, UU No 32 Th 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi umat islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh Pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis pelaksanaannya maka: a. Berdasarkan diktum pertama PMA No 1 Th 1976 pasal 2 Kep. Dirjen Bimas Islam dan urusan haji No 18 Th 1993, maka PPN diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

57 b. Berdasarkan pasal 10 peraturan bersama Kepala BKN dan Menteri Agama R.I No 20 Th 2005/No.14 A Th 2005. Pasal 21 peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Diktum pertama PMA No 1 Th 1976 pasal 2 Kep. Dirjen Bimas Islam dan urusan haji no 18 Tahun 1993, maka penghulu diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul Kepala Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten. c. Berdasarkan pasal 3 ayat 2 dan 3. Instruksi Dirjen Bimas Islam No: DJ.II/1133 Th 2009, maka Pembantu PPN diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berdasarkan: 1. Usul kepala KUA Kecamatan. 2. Rekomendasi tertulis dari Kepala seksi Urusan Agama Islam Kantor Kementerian Agama/Kota. 3. Izin tertulis dari Dirjen Bimas Islam Kementerian R.I. 2. Tugas dan Kewenangan PPN, P3N dan Penghulu a. berdasarkan pasal 2 PMA No 11 Tahun 2007 dijelaskan tugas dari PPN yaitu melakukan persyaratan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan, menandatangani akta nikah, akta rujuk, buku nikah (kutipan akta nikah) dan/atau kutipan akta rujuk. b. berdasarkan pasal 3 PMA No 11 Th 2007 dapat diambil pengertian bahwa tugas penghulu dan pembantu PPN,, mewakili PPN dalam

58 pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan, setelah mendapat mandar dari PPN. D. Budaya Masyarakat Yang Dilayani Masyarakat adalah sekumpulan orang yang terdiri daari berbagai kalangan yang tinggal dalam satu wilayah. Masyarakat yang sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat, norma-norma dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati. Sudah seharusnya masyarakat menaati peraturan yang berlaku, dalam hal ini mengenai peraturan nikah yang didalamnya terdapat mengenai peraturan persyaratan nikah dan pembiayaannya. Namun budaya yang terjadi di kalangan masyarakat dalam hal biaya nikah dan persyaratan nikah khususnya di Kota Bandar Lampung berbanding terbalik dengan peraturan yang berlaku. Banyak masyarakat yang cenderung bersifat apatis terhadap peraturan tersebut, khususnya untuk masyarakat yang ingin melakukan pernikahan. Budaya yang terjadi di kalangan masyarakat yaitu banyak masyarakat yang terima jadi dengan membayar uang lebih terhadap pelayan publik yang mengurusinya, budaya yang seperti itu tentu budaya yang menyalahi aturan, dalam hal ini mengenai PP No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dimana salah satu pasalnya yang menyatakan penyelenggara pelayanan publik harus menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.