LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK 10 TAHUN 2003 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

1 of 6 02/09/09 11:29

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN SWASTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

RETRIBUSI WISMA/PESANGGRAHAN/VILLA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN SARANA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIK

6. Undang-undang. file-produk/per-uu/hukum/2004 1

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 4 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR : 12/B TAHUN : 1999 SERI : B

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN TOKO OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 75 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 1

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 17 TAHUN 2002 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN HOTEL, PENGINAPAN ATAU WISMA DAN PONDOK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN RPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 74 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 39 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 26 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI KARTU IDENTITAS TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 10 TAHUN 2003 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENETAPAN RETRIBUSINYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di bidang kesehatan kepada masyarakat perlu dilakukan penataan terhadap perijinan beserta penetapan retribusinya yang berkaitan dengan kegiatan jasa usaha pelayanan kesehatan di Kabupaten Lebak ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas perlu ditetapkan Perijinan dan Penetapan Retribusinya dengan Peraturan Daerah ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684) ; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) ; 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821) ; 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848) ; 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) ; 7. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3169) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1988 tentang Masa Bakti dan Praktik Dokter/ Dokter Gigi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3366) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090) ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139) ; 14. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak Nomor 6 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak Tahun 1986 Nomor 3 Seri E) ; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2000 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah dan Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2000 Nomor 4 Seri D) ; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lebak (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2002 Nomor 8 Seri D) ; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LEBAK dan BUPATI LEBAK MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENETAPAN RETRIBUSINYA.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lebak ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lebak ; 3. Bupati adalah Bupati Lebak ; 4. Dinas adalah Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Kabupaten Lebak ; 5. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan pada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh orang atau badan diluar instansi kesehatan pemerintah ; 6. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 7. Laboratorium Kesehatan Daerah adalah Laboratorium kesehatan Kabupaten Lebak ; 8. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang melayani kesehatan Komprehensif baik rawat jalan maupun rawat inap sebagai rujukan pelayanan umum dan spesialisasi serta instalasi pelayanan penunjang diagnosa lainnya ; 9. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu ; 10. Pasien adalah seseorang yang membutuhkan pelayanan kesehatan ; 11. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Satu adalah pelayanan pada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal dirawat inap dimana pasien belum tahu penyakitnya ; 12. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan adalah pelayanan pada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal dirawat inap dimana pasien membawa atau tanpa rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya dan di laksanakan pada poliklinik spesialis ;

13. Pelayanan Medikal Cek Up adalah pengujian kesehatan yang diberikan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan ; 14. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/ menanggulangi resiko kematian atau cacat ; 15. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman dan keterampilan turun menurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat ; 16. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman ; 17. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku ; 18. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan ; 19. Retribusi Perijinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan ; 20. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi ; 21. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa atau perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan ; 22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD, adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang ; 23. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD, adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ; 24. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lebak ; 25. Tempat Tidur adalah tempat tidur yang dipersiapkan untuk penderita yang harus dirawat inap ;

26. Tindakan medik dan terapi adalah tindakan pembedahan, tindakan pengobatan menggunakan alat dan tindakan diagnostik lainnya yang dikategorikan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan ; 27. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik adalah pelayanan di bidang kedokteran yang diberikan dalam rangka menunjang peningkatan diagnosa ; 28. Rehabilitasi Medik adalah pelayanan yang diberkan oleh unit rehabilitasi medik dalam bentuk pelayanan fisiotrafi, terapi wicara, ortolik/ porestetik (pemberian alat atau anggota tubuh palsu), bimbingan sosial medik dan jasa psikolog ; 29. Bahan dan alat adalah obat, bahan kimia/ reagentia, alat kesehatan, bahan radiologi atau bahan lainnya yang dipergunakan secara langsung dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya ; 30. Barang Farmasi adalah obat dan alat kesehatan yang dipergunakan untuk kelanjutan pengobatan, tindakan medik dan terapi serta tindakan medik lainnya baik pada rawat jalan, rawat inap atau gawat darurat ; 31. Apotik adalah suatu tempat tertentu di mana dilakkan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat ; 32. Toko Obat adalah tempat yang dimiliki oleh orang atau badan yang memiliki ijin untuk menyimpan obat-obatan bebas dan bebas terbatas untuk dijual secara eceran dalam kemasan asli di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin ; 33. Apoteker adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang brlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker ; 34. Apoteker Supervisor adalah Apoteker penanggung jawab Apotik sementara, apabila Apoteker pengganti belum beroperasional ; 35. Pekerjaan Kefarmasian adalah perbuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional ; 36. Jenis Pelayanan Cyto adalah jenis pelayanan penunjang yang harus dilaksanakan segera dan tidak dapat ditunda berdasarkan indikasi medik ; 37. Pelayanan Rawat Jalan Poliklinik Sore adalah semua jenis pelayanan/ pemeliharaan kesehatan perorangan yang dilaksanakan pada sore hari baik oleh Balai Pengobatan maupun Poliklinik Spesialis di Rumah Sakit ;

38. Penjaminan adalah orang atau badan hukum sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan dari seseorang yang menjadi ertanggungnya ; 39. Pemeriksaan unutuk visum et repertum adalah pemeriksaan kepada orang hidup maupun mayat yang dilakukan untuk kepentingan proses pengadilan dan hanya dilakukan berdasarkan permintaan dari petugas yng berwenang (Polisi atau Kejaksaan) ; 40. Orang Kurang Mampu adalah mereka yang kurang atau tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya, termasuk pemeriksaan kesehatan yang dibuktikan oleh pemilik kartu sehat dan atau surat keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang ; 41. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 42. Tenaga Medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang melaksanakan jasa pelayanan di bidang kesehatan ; 43. Jasa Pelayanan adalah jasa untuk pelayanan dan atau tindakan yang diberikan tenaga medis, para medis maupun tenaga non medik di rumah sakit kepada pasien, baik rawat jalan, rawat inap ataupun gawat darurat ; 44. Surat Ijin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis atau bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakkan pelayanan kesehatan sesuai profesi ; 45. Suarat Ijin Rumah Sakit adalah bukti tertulis yang diberikan kepada sesorang atau badan hukum untuk mendirikan dan menyelenggarakan Rumah Sakit setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 46. Suarat Ijin Klinik Radiologi adalah bukti tertulis yang diberikan kepada sesorang atau badan hukum untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan mempergunakan alat rontgen atau pesawat X-ray, setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 47. Suarat Ijin Laboratorium adalah bukti tertulis yang diberikan kepada sesorang atau badan hukum untuk mendirikan dan menyelenggarakan pelayanan laboratorium setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 48. Suarat Ijin Apotik adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Apoteker untuk menyelenggarakan pelayanan resep dokter dan penyerahan perbekalan farmasi setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 49. Suarat Ijin Apotikn Perintis adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Apoteker untuk menyelenggarakan pelayanan resep dokter dan penyerahan perbekalan farmasi diluar wilayah ibu kota Kabupaten setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ;

50. Suarat Ijin Optikkal adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan pelayanan kaca mata, baik melalui resep doktermaupun dengan melakukan pemeriksaan refraksi sendiri serta lensa kontak melalui resep dokter mata ; 51. Suarat Ijin Optikkal Keliling adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk melaksanakan optikal pada surat ijin optikal setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 52. Suarat Ijin Klinik Fisiotrapi adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan di bidang fisioterapi setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 53. Suarat Ijin Klinik Kebugaran adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan pelayanan di bidang kebugaran jasmani setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 54. Suarat Ijin Toko Obat adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan penjualan obat-obatan sesuai dengan ketentuan ; 55. Suarat Ijin Salon adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan kecantikan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 56. Sertifikat Laik Sehat adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan usaha penyediaan makanan dan minum untuk dijual kepada masyarakat ; 57. Suarat Ijin Rumah Jamu adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan penjualan obat asli Indonesia baik dalam bentuk rajangan maupun yang dikemas secara modern dan diperkenankan melayani minuman jamu atau obat asli Indonesia di lokasi tempat usaha setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan ; 58. Rekomendasi Industri Obat adalah persetujuan tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan usaha industri obat setelah memenuhi ketentuanyang telah ditetapkan ; 59. Rekomendasi Industri Makanan dan Minuman adalah persetujuan tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan yang mengolah dan mengemas makanan/ minuman ; 60. Rekomendasi Industri Alat Kesehatan adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk menyelenggarakan pembuatan alat kesehatan setelah memenuhi ketentuanyang telah ditetapkan ;

61. Rekomendasi Industri Komestik adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk mengolah dan mengemas bahan Komestik setelah memenuhi ketentuanyang telah ditetapkan ; 62. Surat Ijin Tukang Gigi adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan untuk berusaha dalam bidang jasa pelayanan pembuatan gigi buatan setelah memenuhi ketentuanyang telah ditetapkan ; 63. Tukang Gigi adalah seseorang yang telah terbukti mempunyai keterampilan memberikan pelayanan gigi buatan dan mempunyai sertifikat telah mengikuti pelatihan khusus tukang gigi ; 64. Sertifikat Tanda Daftar Pengobatan Tradisional dalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan yang menyelenggarakan usaha pengobatan secra tradisional ; 65. Sertifikat Penyuluhan Industri Kecil Rumah Tangga Makanan/ Minuman adalah bukti tetulis kelayakan kesehatan industri makanan/ minuman ; 66. Rekomendasi Ijin Perdagangan Besar Farmasi adalah persetujuan tertulis yang diberikan kepada perorangan atau badan yang menyelenggarakan usaha farmasi dalam skala besar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan ; 67. Penyidikan Pelanggaran Peraturan Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang pelanggaran retribusi yang terjadi serta menentukan tersangkanya. 68. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB II PERIJINAN Bagian Pertama U m u m Pasal 2 Setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Daerah wajib memiliki ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua Obyek dan Subyek Pasal 3 (1) Obyek perijinan pelayanan kesehatan adalah setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh orang atau badan yang meliputi : 1. Praktik Perorangan Dokter Umum ; 2. Praktik Perorangan Dokter Gigi ; 3. Praktik Kelompok Dokter Umum ; 4. Praktik Kelompok Dokter Gigi ; 5. Balai Pengobatan ; 6. Rumah Bersalin ; 7. Praktik Perorangan Dokter Spesialis ; 8. Praktik Perorangan Dokter Gigi Spesialis ; 9. Praktik Berkelompok Dokter Spesialis ; 10. Praktik Berkelompok Dokter Gigi Spesialis ; 11. Praktik Berkelompok Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Gigi Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis ; 12. Rumah Sakit Umum ; 13. Rumah Sakit Khusus ; 14. Klinik Radiologi ; 15. Laboratorium Kesehatan ; 16. Laboratorium Klinik ; 17. Apotik ; 18. Apotik Perintis ; 19. Optikal ; 20. Optikal Keliling ; 21. Klinik Fisioterapi ; 22. Praktik Bidan ; 23. Praktik Tukang Gigi ; 24. Praktik Pengobatan Tradisional ; 25. Klinik Kebugaran ; 26. Toko Obat ; 27. Salon Kecantikan ; 28. Sertifikat Laik Sehat Restoran, Hotel, Rumah Makan, Industri Rumah Tangga Makanan/ Minuman ; 29. Rumah Jamu ; 30. Industri Kecil Obat Tradisional ; 31. Klinik 24 Jam ; 32. Balai Asuhan Keperawatan. (2) Subyek perijinan pelayanan kesehatan dalah setiap orang atau badan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di Daerah.

Bagian Ketiga Tata Cara Pemberian Perijinan Pasal 4 (1) Untuk memperoleh ijin pelayanan kesehatan, pemohonan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dilengkapi dengan syarat-syarat administrasi sebagi berikut : a. Surat Permohonan dengan bermetrai secukupnya ; b. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) ; c. Surat Ijin Gangguan ; d. Pas Foto Permohonan ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar ; e. Surat Rekomendasi dari Organisasi Profesi/ Ijin Atasan bagi Pegawai Negeri Sipil ; f. Alamat dan Peta Lokasi ; g. Daftar Peralatan yang akan dipergunakan ; h. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) ; i. Surat Pernyatan akan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan. (3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk jenis perijinan pelayanan kesehatan tertentu/ khusus, wajib dilampiri dengan jenis persyaratan lain. (4) Penetapan jenis perijinan pelayanan kesehatan tertentu/ khusus beserta persyaratan permohonan ijin yang harus dilengkapinya akan ditetapkan kemudian dengan Keputusan Bupati. (5) Ijin Pelayanan Kesehatan diterbitkan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal pengajuan. (6) Ijin Pelayanan Kesehatan berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. BAB III PENETAPAN RETRIBUSI Bagian Pertama Nama, Obyek dan Subyek Retribusi Pasal 5 (1) Dengan nama Retribusi Perijinan Pelayanan Kesehatan dipungut pembayaran atas pemberian ijin kepada perorangan atau badan yang melaksanakan usaha di bidang penyelenggaraan sarana dan prasarana pendukung kesehatan. (2) Setiap orang atau badan yang melaksanakan usaha di bidang penyelenggaraan sarana dan prasarana pendukung kesehatan wajib membayar retribusi perijinan pelayanan kesehatan.

Bagian Kedua Golongan Retribusi Pasal 6 Retribusi Perijinan Pelayanan Kesehatan termasuk golongan retribusi perijinan tertentu. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 7 Tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan jenis ijin, jasa alat, jasa layanan dan jasa pengawasan dan pengendalian Bagian Keempat Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Pasal 8 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk mengganti biaya administrasi, biaya pengawasan dan pengendalian dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas termasuk sarana inventarisasi dan biaya operasional. Pasal 9 (1) Struktur tarif retribusi perijinan digolongkan berdasarkan jenis sarana pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. (2) Besarnya tarif retribusi perijinan penyelenggaraan sarana kesehatan ditetapkan sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 Jenis Ijin Praktik Perorangan Dokter Umum Praktik Perorangan Dokter Gigi Balai Pengobatan Rumah Bersalin Praktik Dokter Spesialis Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus A. Ijin Pendirian Tarif Retribusi (Rp) 150.000,- 150.000,- 500.000,- 1.000.000,- 400.000,- 25.000.000,-

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 B. Ijin Penyelenggaraan 1. Rumah Sakit Kelas A 2. Rumah Sakit Kelas B 3. Rumah Sakit Kelas C Praktik Bidan Praktik Tukang Gigi Praktik Pengobatan Tradisional Klinik Radiologi Laboratorium Kesehatan Apotik Optikal Klinik Fisioterapi Klinik Kebugaran Toko Obat Sertifikat Laik Sehat A. Restoran B. Hotel C. Katering D. Rumah Makan/ Café E. Industri Rumah Makan/ Minum F. Industri Kecil Air Minum Isi Ulang Industri Kecil Obat Tradisional Salon Kecantikan Klinik 24 Jam Balai Asuhan Keperawatan 7.500.000,- 5.000.000,- 3.500.000,- 75.000,- 75.000,- 100.000,- 500.000,- 500.000,- 500.000,- 150.000,- 250.000,- 250.000,- 150.000,- 200.000,- 300.000,- 100.000,- 100.000,- 100.000,- 150.000,- 150.000,- 100.000,- 750.000,- 150.000,- (3) Penetapan Klasifikasi dan tatacara penetapan kelas Rumah Sakit Swasta (A, B dan C) sebagaimana dimaksud ayat (2) angka 11 ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kelima Ketentuan Hasil Retribusi Perijinan Pelaynan Kesehatan Pasal 10 (1) Seluruh hasil penerimaan retribusi disetor ke Kas Daerah. (2) Perincian penggunaan dana pengembalian seperti dimaksud pada ayat (1) diatas ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Keenam Saat Retribusi Terutang Pasal 11

Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Ketujuh Tata Cara Pemungutan Retribusi Pasal 12 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan kecuali diperintahkan lain oleh Undang- Undang. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. Bagian Kedelapan Wilayah Pemungutan Pasal 13 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah ijin pelayanan kesehatan diberikan Bagian Kesembilan Tata Cara Pembayaran Retribusi Pasal 14 (1) Retribusi yang terutang dilunasi sekaligusi. (2) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran ditetapkan oleh Bupati. Bagian Kesepuluh Tata Cara Penagihan Retribusi Pasal 15 (1) Pengeluaran Surat Teguran dan Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak diterimanya SKRD. (2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal Surat Teguran, Peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

Bagian Kesebelas Kadaluarsa Penagihan Retribusi Pasal 16 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun, terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kadaluarsa penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan Surat Teguran ; b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung ataupun tidak langsung. BAB IV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 17 Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD atau dokumen lain yang diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 18 Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2 dan atau Pasal 5 ayat (2) Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). BAB XI P E N Y I D I K A N Pasal 98 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini ; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana Peraturan Daerah ini ; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini ; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tindak penyidikan tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini ; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini ; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. Menghentikan penyidikan ; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana Peraturan Daerah ini menurut ketentuan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaiakan hasilnya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana. BAB VII PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 20

(1) Bupati menunjuk pejabat tertentu untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Perturan Daerah ini. (2) Kepala Dinas atas nama Bupati dapat melakukan pembinaan teknis administrasi dan teknis operasional pelayanan kesehatan dan pemberian ijin tertentu. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lebak. Diundangkan di Rangkasbitung Pada tanggal 23 Juni 2003 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK, Cap/ ttd Drs. H. NARASOMA Pembina Utama Muda Nip. 480 066 774 Ditetapkan di Rangkasbitung Pada tanggal 23 Juni 2003 BUPATI LEBAK, cap/ttd. H. MULYADI JAYABAYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2003 NOMOR 10 SERI C