BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Saat ini Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

C. Pembelajaran PKn 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Jika dirumuskan, adanya pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

KEWARGANEGARAAN. Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Berkewarganegaraan. Rizky Dwi Pradana, M.Si PSIKOLOGI PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata. Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Kontrak Perkuliahan Pendidikan Pancasila. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penerus di mana negara Indonesia harus menghindari sistim pemerintahan yang

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merosotnya moralitas bangsa terlihat dalam kehidupan masyarakat dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, kesetiakawanan sosial (solidaritas), dan rasa empati yang dapat berpengaruh dalam kehidupan mereka dalam masyarakat. Permasalahan tersebut juga bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, lembaga pendidikan atau sekolah memiliki peran penting dalam membentuk siswa yang bermoral. Masalah utama yang dihadapi dunia pendidikan bukan hanya persoalan akademik saja tetapi juga masalah moral. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penanaman nilai-nilai moral dikalangan para siswa yaitu dengan pendidikan moral. Pendidikan merupakan sebuah proses dalam meningkatkan kemampuan berpikir agar menjadi sebuah pengalaman untuk menerapkan apa yang diperoleh (pengetahuan) dalam tinda kan dan tingkah laku di masyarakat. Dengan demikian pendidikan moral yang diajarkan tidak berhenti pada transfer 1

pengetahuan kepada siswa tetapi bagaimana siswa dapat menghayati dan memanfaatkan pengetahuan yang telah didapat dalam tindakan dan tingkah laku sehari-hari. Moral merupakan ajaran mengenai perbuatan yang baik atau yang tidak baik untuk dilakukan. Menurut para ahli terdapat pandangan yang berbeda mengenai sifat moral yaitu pertama, moral bersifat objektivistik dan kedua, moral bersifat relativistik. Moral yang bersifat objektivistik, artinya moral itu pasti dan tidak berubah. Suatu bentuk tingkah laku yang dianggap baik akan tetap dianggap baik, bukan kadang-kadang dianggap baik dan kadang-kadang dianggap buruk. Menurut pandangan ini, moral bersifat mutlak (absolute) dan tanpa syarat. Kemudian moral itu bersifat relativistik, artinya tergantung pada konteks ruang dan waktu. Perbuatan yang baik di suatu tempat belum tentu dianggap baik ditempat yang lain. Demikian pula perbuatan yang dianggap baik pada masa yang lalu belum tentu dianggap baik pada masa sekarang (Muchson AR & Samsuri, 2013: 9-10). Perbedaan pandangan mengenai sifat moral menjadikan perbedaan mengenai kesepakatan pandangan tentang perbuatan mana yang baik dan perbuatan mana yang buruk. Masyarakat menilai seseorang mempunyai kepribadian yang baik atau tidak baik berdasarkan moralitasnya. Pembentukan moralitas generasi bangsa agar tidak mengalami dekadensi moral memerlukan suatu tindakan yang sedini mungkin. Pendidikan moral dalam hal ini, dapat dijadikan suatu tindakan untuk membentuk moralitas bangsa. Pendidikan moral dapat ditanamkan dalam keluarga, sekolah dan 2

masyarakat. Pendidikan moral dalam keluarga dapat ditanamkan oleh orang tua, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk membentuk moralitas anak. Oleh karena itu, pendidikan moral penting ditanamkan di sekolah oleh guru. Guru sebagai pendidik dapat menanamkan pendidikan moral dalam kegiatan pembelajaran siswa, sehingga guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan akedemik tetapi juga penanaman nilai-nilai moral yang baik. Pendidikan moral sekarang ini dianggap bukan menjadi perhatian yang penting bagi semua pihak. Maksudnya disini, pendidikan moral bukan menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran. Pengetahuan akademiklah yang menjadi tolak ukur dalam pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Tujuan pembelajaran akan berhasil ketika nilai akademik peserta didik di atas nilai rata-rata, tetapi tidak memperhatikan mengenai sikap perta didik. Oleh karena itu, perlu pengembangan pendidikan moral di sekolah. Pendidikan moral di sekolah dapat dikembangkan melalui kurikulum formal dan luar kurikulum formal bahkan melalui hidden curriculum (kurikulum tersembunyi). Di dalam kurikulum formal pendidikan moral diintegrasikan dalam mata pelajaran, sedangkan di luar kurikulum formal, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral yang penting di dalam masyarakat seperti kejujuran, disiplin, sopan santun, dan lain sebagainya. Di dalam hidden curriculum pendidikan moral diajarkan melalui peraturan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan etika serta interaksi siswa di dalam kelas dan sekolah. 3

Pendidikan moral di sekolah menjadi wacana yang kontroversial, mengenai apakah pendidikan moral menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri atau terintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu. Banyak masyarakat memandang bahwa pendidikan moral di sekolah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu yaitu dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan mempresentasikan pendidikan moral (Muchson AR & Samsuri, 2013: 86-87). Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai visi misi yaitu untuk membentuk nation and character building yakni meng-indonesiakan orang Indonesia. Meng-Indonesiakan orang Indonesia maksudnya bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan khusus yaitu membentuk warga negara yang baik (good citizen) sesuai dengan karakter bangsa. Hal tersebut juga tercantum dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah mengenai pengertian Pendidikan Kewarganegaraan: Merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, bukan hanya memberitahu mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, melainkan menanamkan nilai-nilai moral dalam kegiatan seharihari. Penanaman nilai-nilai moral pada diri siswa kurang maksimal karena siswa hanya pada proses mengetahui saja dan tidak pada penghayatan serta 4

penerapannya. Oleh karena itu, perlu adanya pengimplementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang tepat. Pendidikan moral harus dapat memenuhi ketiga unsur yang meliputi siswa harus memiliki pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Unsur-unsur tersebut terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan moral yaitu dalam kompetensi yang hendak dikembangkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru yaitu agar siswa mampu menjadi warga negara yang berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang demokratis. Untuk memiliki kompetensi seperti itu diperlukan seperangkat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), ser ta watak (afektif). Dalam kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan dikenal dengan civic knowledge, civic skills, dan civic disposition. Dengan kata lain Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal ini tidak hanya mengajarkan mengenai pengetahuan tetapi juga tentang nilai, sikap dan karakter untuk menjadi seorang warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar siswa dapat berfikir secara kritis, kreatif, cerdas, dan bertanggung jawab, sehingga Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya mengedepankan kemampuan intelektual saja namun juga mengedepankan moralitas siswa. Hal itu berbeda dengan Pendidikan Kewarganegaraan yang berkembang dalam paradigma lama, bahwa pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan indoktrinasi nilai-nilai moral. 5

Ketika masa Orde Baru mata pelajaran Kewargaan Negara berganti nama menjadi Pendidikan Moral Paancasila (PMP). Materi utamanya adalah Ketetapan No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang disertai dengan butir-butir pengamalan Pancasila terasa nuansa moralitas politiknya (Muchson AR & Samsuri, 2013: 87). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada masa itu merupakan indoktrinisasi nilainilai moral kepada siswa. Tujuan untuk terbentuknya warga negara yang baik (good citizen) disini tergantung pada penafsiran penguasa yang berkuasa pada masa itu. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan pada masa itu dianggap sebagai alat dari rezim penguasa. Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan berorientasi pada terbentuknya masyarakat sipil (civil society) dengan memberdayakan warga negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang demokratis (Muchson AR, 2006: 11). Hal tersebutlah yang membedakan Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma lama dan paradigma baru. Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma baru tidak hanya sekedar transfer pengetahuan dan indoktrinasi nilai-nilai moral tetapi sampai bagaimana pengetahuan tersebut dimanfaatkan dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Aspek-aspek moral yang dikembangkan dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan, misalnya saja terlihat dalam beberapa kompetensi dasar seperti menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, menampilkan sikap 6

positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), menampilkan perilaku kemerdekaan mengemukakan pendapat, menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut diajarkan secara formal dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan dan nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari pengembangan civic skills dan civic disposition. Implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum dapat berjalan dengan baik. Mulai dari proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Sebagian siswa menganggap Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang mementingkan hafalan, sehingga Pendidikan Kewarganegaraan kurang sering diminati oleh siswa. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan lebih mementingkan pengetahuan (aspek kognitif) saja sedangkan mengenai sikap (aspek afektif dan psikomotorik) masih kurang diperhatikan. Implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pertama, mengenai perencanaan pembelajaran yang dalam hal ini adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kedua, pelaksanaan pembelajaran yang mencakup penerapan metode pembelajaran. Ketiga, adalah evaluasi hasil pembelajaran. Penyusunan Kewarganegaraan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan hanya dijadikan sebagai formalitas saja untuk melengkapi 7

instrumen pembelajaran. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sering tidak disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi siswa bahkan guru hanya sekedar copy paste Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah ada. Tujuan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif sesuai tujuan pembelajaran. Sekarang ini, penerapan metode pembelajaran dalam implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang belum bervariasi. Penerapan metode pembelajaran tersebut dirasa kurang efektif, seharusnya metode pembelajaran disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa agar siswa dapat menanamkan nilai-nilai moral dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan penerapan metode pembelajaran yang aktif yang nantinya dapat membantu guru menanamkan nilai-nilai moral. Evaluasi hasil pembelajaran pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus sesuai untuk mengukur pencapaian kompetensi, yang dalam hal ini lebih mengedepankan aspek afektifnya. Kebanyakan penilaian yang dilakukan guru dengan teknik tes. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih kesulitan dalam penggunaan teknik non-tes untuk mengukur tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Dalam evaluasi hasil pembelajaran pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak cukup dengan teknik tes saja, tetapi perlu teknik-teknik non tes, misalnya observasi, penilaian diri, wawancara dan lain-lain agar dapat mengamati secara langsung aspek efektif yang hendak dicapai. 8

Dewey mengemukakan konsep dan tujuan pendidikan nasional Indonesia jauh lebih sempurna dari sekedar kemampuan intelektual dan moral. Hal ini disebabkan tujuan tercapainya kemampuan intelektual dan moral sebagaimana yang dikehendaki oleh Dewey sudah tercakup di dalam nilai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia (Sjarkawi, 2011: 43). SMPIT Ihsanul Fikri merupakan sekolah yang berbasis keagamaan yang sebagaimana mampu membentuk moral siswa melalui program-program yang ada di sana dan bagaimana nantinya guru Pendidikan Kewarganegaraan dapat mengemas pendidikan moral dalam mata pelajaran tersebut. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu ( SMPIT) Ihsanul-Fikri sebagai salah satu sekolah boarding school, mempunyai tujuan untuk melaksanakan kurikulum yang berlaku, juga memberikan pembekalan untuk siswa, dan sebagai wahana untuk mencari ilmu. Pengadaan asrama di sekolah ini adalah sebagai upaya agar pendidikan dilakukan secara menyeluruh dan usaha untuk membentengi keburukan serta adanya pengawasan secara rutin dan berskala yang berguna untuk mengetahui kondisi fisik dan rohani siswa. Dengan penerapan sistem boarding school diharapkan implementasi pembelajaran akan efektif termasuk dalam pembelajaran pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 9

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMPIT IHSANUL-FIKRI MAGELANG. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Masalah- masalah tersebut yaitu : 1. Pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih terfokus pada pengetahuan moral saja 2. Rencana Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral masih kurang sesuai 3. Metode pembelajaran yang digunakan guru Pendidikan Kewarganegaraan mengenai pendidikan moral kurang bervariasi 4. Evaluasi hasil pembelajaran mengenai pendidikan moral masih kurang sesuai dengan konsep penilaian afektif. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral masih kurang sesuai 2. Metode pembelajaran yang digunakan guru Pendidikan Kewarganegaraan mengenai pendidikan moral kurang bervariasi 10

3. Evaluasi hasil pembelajaran mengenai pendidikan moral masih kurang sesuai dengan konsep penilaian afektif. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral di SMPIT Ihsanul Fikri? 2. Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral di SMPIT Ihsanul Fikri? 3. Bagaimana teknik penilaian hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral di SMPIT Ihsanul Fikri? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral di SMPIT Ihsanul Fikri. 2. Metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral di SMPIT Ihsanul Fikri. 3. Teknik penilaian hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pendidikan moral di SMPIT Ihsanul Fikri. 11

F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat yaitu : 1. Manfaat teoretis Hasil Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan. Terutama dalam implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk terbentuknya warga negara yang baik. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui tentang implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan menentukan metode pembelajaran pendidikan moral serta mengetahui bagaimana cara mengevaluasi siswa hasil pembelajaran pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan guru dalam implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang dapat menunjang pelaksanaan pembentukan moralitas siswa serta dapat 12

dijadikan sebagai acuan dalam membangun lingkungan sekolah yang bermoral. c. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Penididkan Kewarganegaraan serta dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa dalam proses belajar tentang pendidikan moral. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi kepada mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum serta dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menerapkan pembelajaran dalam sekolah sebagai calon guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. G. Batasan Istilah Batasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Implementasi Implementasi merupakan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan atau menerapkan suatu program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan. Implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Moral diajarkan di sekolah yang meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan 13

teknik evaluasi hasil pembelajaran pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Pendidikan Moral Pendidikan moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumbersumber moral dan disajikan dengan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan. Menurut paham ahli pendidikan moral, jika tujuan pendidikan moral akan mengarah seseorang menjadi bermoral, yang penting adalah bagaimana agar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan tujuan hidup bermasyarakat ( Zuriah, 2011: 22). Pendidikan Moral yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah usaha sadar dan terencana untuk membentuk seseorang yang memiliki nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral yang dimaksud dalam pendidikan moral ini yaitu nilai-nilai moral yang dikaji dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan. 3. Pendidikan Kewarganegaraan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (dalam Lampiran Permendiknas No 22 Tahun 2006). Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber 14

pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis, analitis dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (Cholisin, 2000: 1.8). Jadi dapat dinyatakan Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengajarkan tentang hak dan kewajiban warga negara agar menjadi warga negara yang baik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan implementasi pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMPIT Ihsanul Fikri Magelang adalah bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Moral diajarkan di sekolah yang meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan teknik evaluasi hasil pembelajaran pendidikan moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMPIT Ihsanul Fikri Magelang. 15