BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. bersinggungan dengan generasi muda yang lainnya atau masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam mengembangkan kreativitas generasi muda, peneliti dapat menarik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur

PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Remaja adalah generasi penerus, dimana sosok remaja diharapkan dapat

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

Indonesia sebagai salah satu peserta ICPD, melaksanakan program KRR. Faktanya,

4 GAMBARAN UMUM STUDI KASUS PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini fenomena masalah moral pada kalangan remaja semakin meningkat dan menjadi lebih kompleks dari masa-masa sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kenakalan remaja, tawuran, tindakan mencuri, berkurangnya rasa kepedulian sosial, dekadensi etika atau sopan santun, berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua atau orang yang usianya lebih tua, serta berkurangnya rasa simpati, empati, dan toleransi terhadap orang lain pada lingkungan keluarga, sekolah, terutama pada orang lain di lingkungan sosialnya. Berikut adalah sebuah hasil penelitian pada tahun 2013 mengenai permasalahan moral remaja yang di kutip dari jurnal tesis karya M. Alias, dkk.(2013:6) dalam http:/e/journal.untan.ac.id/ yang menjelaskan bahwa: Berdasarkan penelitian (YKB di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 1992 menunjukkan pelaku seks pranikah 10-31%. Hasil penelitian Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA) di 33 provinsi pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pelaku seks pranikah bertambah jumlahnya menjadi 62,7% atau 26,23 juta remaja. Jumlah angka aborsi sebagai akibatsks pranikah pun meningkat. Jika tahun 2002 ada 3 juta aborsi, maka survei KPA pada tahun 2008 menunjukkan angka 7 juta. Merebaknya seks bebas juga menyebabkan banyaknya penyakit menular seksual termasik HIV/AIDS. Diperkirakan 10-20 juta jiwa penduduk Indonesia rawan tertular HIV. Sebanyak 81,87% penderita AIDS tersebut adalah remaja. Angka penyalahgunaan narkoba menurut BNN pada tahun 2004 adalah 2,3 juta. Penelitian tersebut memberikan gambaran yang sangat memprihatinkan, di mana tingkat kenakalan remaja cukup tinggi dan semakin meningkat. Data menunjukkan pada tahun 1992 terdapat 10-31% untuk pelaku seks pranikah (seks bebas) yang kemudian mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2008 menjadi 62,7%. Hal ini menunjukkan menurunnnya kesadaran

2 moral generasi muda Indonesia, berkurangnya kesadaran moral generasi muda tersebut dapat menimbulkan berbagai permasalahan sosial seperti meningkatnya tindak aborsi, maraknya pernikahan usia dini dikalangan remaja, hingga meningkatnya potensi penularan virus HIV/AIDS di Indonesia. Sehingga perlu dilakukan upaya-upaya konkret untuk menanggulanginya secara serius, dan salah satunya dengan cara mengembangkan kesadaran moral bagi pemuda Indonesia. Kesadaran moral memang tidak tumbuh begitu saja dalam diri seseorang, oleh sebab itu kesadaran moral harus ditumbuhkan dan dikembangkan. Upaya untuk mengembangkan kesadaran moral pemuda tersebut dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal disekolah maupun melalui pendidikan informal di keluarga dan di masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Gianoza, dkk (2003:24) dalam http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/ yang menyatakan bahwa. meningkatkan moral remaja dapat dilakukan melalui pendidikan, baik pendidikan moral di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat, maupun di lingkungan rumah yang harus diawasi gerak-gerik remaja oleh Orangtua. Pemuda memiliki karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, dan berpikiran maju. Namun, di sisi lain pemuda juga memiliki kelemahan dalam kontrol diri dalam artian mudah emosional, http://www.adiriyadi.wordpress.com/2013/01/11. Pemuda dengan karakter dan kelemahannya tersebut sangat berpotensi untuk berkembang ke arah positif maupun negatif, maka pendidikan informal di masyarakat dalam mengembangkan kesadaran moral bagi pemuda ini harus dilakukan dengan cara yang lebih sistematis, terorganisir, serta melembaga. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan, pelatihan, bimbingan, dan aksi sosial yang terdapat dalam organisasi kepemudaan Karang Taruna. Sesuai Keputusan Menteri Sosial Republik

3 Indonesia Nomor 77/HUK/2010 Pasal 1 butir 1 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, yang menyebutkan bahwa: Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Peraturan Menteri Sosial diatas menjelaskan bahwa Karang Taruna merupakan organisasi sosial kepemudaan yang berfungsi sebagai wadah aspirasi para pemuda untuk mengembangkan potensi diri atas dasar kesadaran dan tanggungjawab sosial pada masyarakat pada umumnya. Tujuan Karang Taruna tidak lain adalah terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakain meningkat bagi generasi muda di Desa atau Kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan fungsionalnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah-masalah sosial di lingkungannya melalui usaha-usaha pencegahan, pelayanan, dan pengembangan sosial. Hal tersebut sesuai dengan tugas pokok Karang Taruna yang dijelaskan dalam Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 11/HUK/1988 tentang Pedoman Dasar Karang Pasal 5 sebagai berikut: Tugas pokok dari karang taruna adalah secara bersama-sama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna memiliki peran untuk memberikan edukasi kepada pemuda baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan potensi. Hal tersebut bertujuan agar pemuda dapat memiliki kesadaran moral, di mana pemuda menyadari hak dan kewajibannya di dalam masyarakat yang dicerminkan dalam sikap moral yang tulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Suseno (1987) dalam Budiningsih (2004:24) yang

4 mengungkapkan bahwa, moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggungjawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Berkenaan dengan peranan Karang Taruna, terdapat hasil penelitian positif yang telah dilakukan pada Karang Taruna Gemmas, Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Dalam skripsi Selvia (2012:127) dijelaskan bahwa: Karang Taruna Gemmas berhasil mengembangkan kreativitas generasi muda melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan Karang Taruna. Kegiatankegiatan tersebut meliputi (a) latihan dasar kepemimpinan (LDK), (b) usaha kesejahteraan sosial, (c) olahraga dan kesenian, (d) usaha ekonomi produktif, (d) serta kemitraan dan pencitraan. Merujuk pada hasil penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai peranan Karang Taruna. Namun, hal yang membedakan adalah penelitian ini lebih menitikberatkan pada kajian mengenai peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda. Berdasarkan hasil prapenelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara dan observasi dilapangan, Karang Taruna Kampung Baru yang terdapat di Kelurahan Cigending Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung pun berperan banyak dalam upaya mengimplementasikan peran dan fungsi dari Karang Taruna untuk mengembangkan kesadaran moral pemuda di lingkungan masyarakat. Seperti halnya Karang Taruna Gemmas, Karang Taruna Kampung Baru pun melakukan beberapa kegiatan yang tidak hanya dapat mengembangkan kreativitas, namun dapat pula dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan kesadaran moral pemuda. Kegiatan-kegiatan tersebut bersifat edukasi positif yang diantaranya adalah berupa pelatihan dan pembinaan dalam bidang kesenian seperti, pelatihan gamelan degung, benjang, jaipong, tarian tradisional, menyanyi, dan drama bagi para anggota Karang Taruna maupun

5 bagi masyarakat umum yang ingin belajar kesenian di Karang Taruna Kampung Baru. Pelatihan dalam bidang olahraga pun turut diadakan seperti tenis meja, dan senam bugar parahyangan. Kegiatan yang dilakukan oleh Karang Taruna Kampung Baru tidak hanya mencakup dalam bidang kesenian dan olahraga saja. Kegiatan lain yang juga dilakukan oleh Karang Taruna Kampung Baru dalam upaya mengembangkan kesadaran moral pemuda diantaranya yaitu berupa kegiatan sosial dalam lingkungan masyarakat seperti, memberikan pelatihan dan pembinaan secara gratis pada masyarakat umum serta pelajar SD, SMP, dan SMA yang ingin belajar kesenian di Karang Taruna Kampung Baru, ikut serta dalam kerja bakti membersihkan lingkungan, membantu warga yang terkena musibah (sakit, meninggal, atau terkena bencana alam), membantu ibu-ibu PKK dalam menyelenggarakan Posyandu, serta membantu menyiapkan TPS (Tempat Pemungutan Suara) bila saat musim pemilihan umum tiba, dan juga mengadakan kegiatan penyuluhan sosial seperti, penyuluhan mengenai bahaya penggunaan narkoba dan seks bebas. Karang Taruna Kampung Baru juga sangat mendukung para anggotanya untuk mengembangkan prestasinya, hal itu di implementasikan dengan memberikan kebebasan bagi para anggotanya untuk dapat mengikuti berbagai ajang perlombaan kesenian dan olahraga baik secara berkelompok maupun perorangan untuk mewakili Karang Taruna, daerah, sekolah, maupun pribadi. Hasil yang dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut cukup memuaskan, Karang Taruna Kampung Baru sudah banyak menghasilkan prestasi, yang diantaranya adalah Juara I Kesenian Jaipong se-jawa Barat tahun 2009, Juara II Kesenian Jaipong tingkat Provinsi tahun 2009, Juara I Kesenian Jaipong se-kota Bandung 2010, Juara I kategori Jampanan Festival Ujung Berung tahun 2010, Juara I Boladiataor antar desa tahun 2011, dan sebagainya.

6 Pelaksanaan seluruh kegiatan tersebut bukanlah hal yang mudah, mengingat Karang Taruna ini berdiri pada situasi dan kondisi lingkungan sosial yang kompleks, yaitu dimana Karang Taruna Kampung Baru ini berada dekat dengan masjid Besar Ujung Berung, kantor instansi pemerintahan, sekolah, alun-alun, dan pasar tradisional yang tentu saja akan banyak menimbulkan keanekaragaman dalam kehidupan sosial masyarakat sekitarnya. Sehingga berbagai macam kendala pun dihadapi oleh Karang Taruna Kampung Baru, diantaranya Karang Taruna Kampung Baru masih mengalami kesulitan untuk mengajak semua masyarakat khusunya para pemuda untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap program kerja yang dilaksanakan Karang Taruna Kampun Baru. Atas dasar adanya permasalahan ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam mengenai Karang Taruna Kampung Baru, yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN MORAL PEMUDA (Studi Kasus di Karang Taruna Kampung Baru Kelurahan Cigending Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung). B. Rumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda? Melihat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka penulis akan membatasi masalah penelitian sebagai berikut. 1. Apa materi kegiatan yang dilakukan oleh Karang Taruna untuk mengembangkan kesadaran moral pemuda? 2. Bagaimana metode Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda?

7 3. Nilai-nilai kesadaran moral apa yang dikembangkan melalui kegiatan Karang Taruna? 4. Kendala apa yang dihadapi Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda? 5. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut. 1. Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan permasalahan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda. 2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui materi kegiatan yang dilakukan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda. 2. Untuk mengetahui metode Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda. 3. Untuk mengetahui nilai-nilai kesadaran moral yang dikembangkan melalui kegiatan Karang Taruna. 4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda. 5. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda yang dilakukan oleh Karang Taruna.

8 D. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis berupa konsep-konsep baru atau teori yang terkait dengan peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda di Kelurahan Cigending Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. 2. Secara Praktis a. Bagi Ketua Karang Taruna, Sebagai referensi dan rujukan untuk melakukan berbagai inovasi yang kreatif dalam program kerja Karang Taruna, sehingga mampu menciptakan kegiatan-kegiatan baru yang dapat lebih menarik partisipasi dan motivasi para anggota Karang Taruna untuk aktif ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan Karang Taruna. b. Bagi anggota Memberikan informasi mengenai peran Karang Taruna sehingga dapat memunculkan keinginan serta motivasi untuk lebih aktif dan konsisten dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksananakan Karang Taruna. c. Bagi Pembina Memberikan masukan bagi pembina Karang Taruna dalam mengevaluasi kinerja, serta pencapaian visi dan misi Karang Taruna, memberikan informasi mengenai berbagai bantuan yang masih diperlukan oleh Karang Taruna seperti bantuan moral, materil, sarana dan prasarana yang dapat mendukung dan mengoptimalkan peran dan fungsi Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda. d. Bagi masyarakat

9 Memberikan sumbangan dalam usaha kesejahteraan dan ketertiban sosial berupa pembangunan kesejahteraan sosial, dan upaya-upaya preventif terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. 3. Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau ide-ide bagi perumusan kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Kelurahan sebagai instansi pemerintahan yang secara langsung terkait dengan penyelenggaraan peran dan fungsi dari Karang Taruna, hal ini bertujuan agar kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Kelurahan dapat lebih mendukung dan mengoptimalkan Karang Taruna untuk berkembang secara fungsional sebagai Infra Struktur dan alat kontrol sosial yang sekaligus menjadi partner pemerintah dalam meningkatkan usaha-usaha kesejahteraan dan ketertiban sosial dalam membangun Kelurahan. 4. Isu Serta Aksi Sosial Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap isu-isu sosial negatif mengenai pemuda yang marak beredar di masyarakat, sehingga dapat memberikan informasi dan rujukan yang baik bagi para pemuda untuk mengoptimalkan perannya sebagai manusia pembangunan yang diimplementasikan dalam aksi sosial positif dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika penulisan dari penelitian yang berjudul peranan karang taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda (Studi Kasus di Karang Taruna Kampung Baru Kelurahan Cigending Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung). 1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi, dan rumusan masalah, tujuan penelitian, menfaat penelitian, lokasi dan subjek penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

10 2. BAB II kajian pustaka membahas mengenai peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda yang meliputi tinjauan umum tentang Karang Taruna (hakikat organisasi kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan), Karang Taruna (sejarah, pengertian, dasar hukum, asasasas, kedudukan, tugas, fungsi, dan strategi pemberdayaan Karang Taruna), tinjauan umum tentang mengembangkan kesadaran moral pemuda (pengertian kesadaran, pengertian moral, pengertian kesadaran moral, pengertian pemuda, potensi pemuda), menumbuhkan kesadaran moral (metode yang digunakan, nilai-nilai kesadaran moral yang dikembangkan, faktor pendukung, faktor penghambat) 3. BAB III metode penelitian yang meliputi sebagai berikut, pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, persiapan penelitian, taknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, uji validitas data penelitian. 4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitin. 5. BAB V kesimpulan dan rekomendasi, kesimpulan merupakan hasil dari penelitian yang didalamnya menjawab dari perumusan masalah, sedangkan rekomendasi berisi masukan tertulis kepada para pembuat kebijakan, pihak Karang Taruna, dan para peneliti selanjutnya.