Pertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

Ilmu Tanah dan Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Co-evolusi dan Co-adaptasi sistem sosial dan ekosistem. Co-evolusi, berubah secara bersama Co-adaptasi, saling menyesuaikan diri

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM PERTANIAN ORGANIK 1

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. petani. Menurut Data Statistik Kabupaten Bantul ada sekitar 49% atau setengah

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

SOCIO-ECONOMIC CONSIDERATION ON AGRICULTURAL BIOTECHNOLOGY

Transkripsi:

Pertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia Delvi Violita Ekowati Abstrak Tanaman merupakan sumber daya hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Pemanfaatan sumber daya tersebut antara lain ada pada bidang pertanian. Indonesia yang merupakan negara agraris terus mengembangkan pertaniannya, terutama dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Salah satu upaya yang pernah diterapkan di Indonesia adalah revolusi hijau. Di dalam upaya tersebut terdapat suatu program yang disebut panca usaha tani. Melalui panca usaha tani ini, pemerintah mengatur segala aktivitas pertanian untuk meningkatkan produktivitas pertanian, terutama tanaman serealia. Melalui program ini, Indonesia mampu melakukan swasembada pangan hingga empat tahun. Akan tetapi, program panca usaha tani ini menimbulkan dampak buruk pada beberapa sumber daya alam yang ada di Indonesia. Untuk mengurangi dampak buruk ini dilakukan perubahan terhadap sistem pertanian negara, salah satunya adalah sistem pertanian berkelanjutan. Kata Kunci: Revolusi hijau, panca usaha tani, pertanian berkelanjutan. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam adalah segala unsur alam, baik dari lingkungan abiotik maupun biotik yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia. Sumberdaya alam didefinisikan pula sebagai keadaan lingkungan dari bahan-bahan mentah yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kesejahteraannya. (Hanafie, 2010) Sumber daya alam ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Komoditas pertanian merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang dapat diperbarui dan terdapat di Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian. Oleh karenanya, pertanian di Indonesia ini terus berkembang. Dimulai semenjak kemerdekaan Indonesia, kegiatan produksi di sektor pertanian berada pada tingkat yang sangat rendah karena keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung pada masa itu. Kondisi tersebut semakin buruk hingga berakhirnya orde lama. Di awal orde 1

baru, pemerintah berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonomi di Indonesia, salah satunya dengan memperbaiki sektor pertanian. Pada masa orde baru ini pemerintah membentuk suatu kebijakan modernisasi pertanian yang disebut dengan Revolusi Hijau. Revolusi hijau ini merupakan perubahan bercocok tanam dari cara tradisional menuju cara modern. Revolusi hijau ini ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca dan alam karena peningkatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan produksi bahan makanan. Pada puncaknya, Indonesia dapat mencapai swasembada pangan pada tahun 1984. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai swasembada pangan tersebut adalah intensifikasi pertanian yang dikenal dengan nama Panca Usaha tani. Panca usaha tani tersebut meliputi pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pemupukan, irigasi, dan pemberantasan hama. Dewasa ini mulai dirasakan dampak buruk dari panca usaha tani. Dampakdampak tersebut diantaranya adalah penurunan keanekaragaman hayati, ketergantungan petani akan pupuk, munculnya hama-hama baru yang resisten terhadap pestisida, dan penurunan kualitas tanah. Untuk mengurangi dampak buruk dan memperbaiki pertanian Indonesia, saat ini mulai dikembangkan sistem pertanian berkelanjutan. Revolusi Hijau Mendekati penghujung Perang Dunia II, Norman Borlaug, dengan sokongan dari Rockefelker Foundation, memulai serangkaian penelitian genetik yang mengarah pada pengembangan varietas-varietas katai dengan hasil besar dari berbagai jenis gandum. Pada akhirnya, kerjanya diperluas oleh Food and Agricultural Organization (FAO) PBB. Varietas-varietas khusus gandum dan padi dikirim ke negara-negara berkembang yang terancam kelaparan. Varietas-varietas baru gandum tersebut mampu meningkatkan produksi makanan di daerah-daerah tersebut. (Fried & Hademenos, 2006) Program yang dilakukan oleh PBB ini menuai sukses besar, sehingga dinamakan revolusi hijau. Sehingga revolusi hijau dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan melalui beberapa tindakan modernisasi pertanian. Kegiatan ini meliputi penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia, mekanisasi pertanian, dan penyuluhan pertanian secara massal. Keberhasilan dari revolusi hijau ini untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk dunia menjadikan Indonesia turut mengadopsi teknologi revolusi hijau 2

dunia. Di Indonesia, revolusi hijau ini diterapkan dengan dua buah metode, yaitu metode ekstensifikasi dan metode intensifikasi pertanian. Metode ekstensifikasi dilakukan dengan cara memperluas lahan pertanian dalam meningkatkan produksi bahan makanan. Melalui metode ini, pemerintah membuka lahan-lahan pertanian baru seperti pembukaan hutan dan mengubah lahan tandus menjadi lahan produktif. Sedangkan metode intensifikasi adalah dengan mengintensifkan lahan pertanian yang ada untuk meningkatkan produktivitasnya. Metode ini dilakukan melalui panca usaha tani, yaitu: 1. penggunaan bibit unggul 2. penggunaan pupuk kimia 3. pemakaian pestisida, insektisida, dan fungisida 4. pengaturan irigasi 5. pengolahan tanah yang baik. Pada tahun 70-an pemerintah mengenalkan Bimas sebagai revolusi hijau di Indonisia. Melalui Bimas ini, pemerintah membangun beberapa program yaitu subsidi terhadap pupuk, kredit pertanian, penetapan harga dasar gabah, pendirian Bulog, pembangunan irigasi, penanaman bibit unggul seragam, dan penyuluhan pertanian. Setelah Bimas dianggap gagal memacu pertumbuhan sektor pertanian tanaman pangan, pemerintah mengenalkan Inmas. Dengan tambahan program penanggulangan hama dan penyakit tanaman dalam Inmas, sebernarnya Inmas ini tidak jauh berbeda dengan Bimas. Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada masa itu, maka pelaksanaan Bimas maupun Inmas bisa dikatakan berhasil. Pada tahun 80-an produktivitas pertanian padi meningkat mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 60- an. Bahkan pada tahun 1984, pertanian Indonesia mencapai puncaknya. Pada tahun tersebut, Indonesia mampu mewujudkan swasembada beras selama empat tahun. Dampak Revolusi Hijau a) Dampak positif Revolusi hijau yang dilakukan oleh pemerintah membawa dampak positif berupa peningkatan produktivitas padi. Negara Indonesia yang pada mulanya melakukan impor beras, pada tahun 1984 mampu melakukan swasembada pangan. Hal ini tidak lepas dari program pemerintah yang disebut panca usaha tani. Penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah, pemupukan, penggunaan pestisida, serta pengelolaan irigasi mampu meningkatkan produktivitas padi yang ada di 3

Indonesia. Dengan adanya swasembada pangan ini, perekonomian Indonesia juga mengalami peningkatan, kesejahteraan masyarakat juga meningkat. b) Dampak negatif Selain dampak positif yang ditimbulkan, revolusi hijau juga membawa dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah: Meningkatnya penggunaan pupuk dan pestisida kimia disertai dengan meningkatnya beberapa problema, antara lain tekanan inflasi, degradasi ekosistem pertanian, serta ancaman kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. (Salikin, 2003) Penggunaan peptisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten. Penurunan keanekaragaman hayati. Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada pupuk dan pada akhirnya menimbulkan kerusakan tanah. Penggunaan air menjadi kurang efisien. Pengaruh Dampak Negatif Revolusi Hijau terhadap Sumber Daya Pertanian a) Tanah Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dalam bentuk profil. Tanah terdiri dari berbagai campuran mineral pecah lapuk dan organik pengurai sebagai lapisan tipis penutup permukaan bumi, serta menjamin tumbuhnya tumbuhan, hewan, dan manusia. (Hanafie, 2010) Seiring dengan penggunaan pupuk kimia tanah secara terus-menerus, lapisan tanah mulai kehilangan agregasinya. Lapisan tanah menjadi keras dan organisme-organisme pengurai yang ada di dalamnya mati. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas tanah. Seperti yang telah kita ketahui bahwa tanah merupakan tempat hidup bagi tumbuhan. Apabila tanah memiliki kondisi yang buruk maka pertumbuhan tumbuhan yang hidup di atasnya juga tidak bisa optimal. b) Tumbuhan Penggunaan pola tanam monokultur dengan tanaman padi yang seragam menyebabkan keragaman hayati padi lokal menjadi sangat berkurang. Saat ini, bibit padi lokal yang masih tersisa di Indonesia hanya sekitar 25 jenis. Sebelum revolusi hijau, Indonesia memiliki hampir 10.000 jenis bibit padi lokal. Semuanya tersimpan dalam IRRI (International Rice Research Institute) di Filipina dan menjadi milik Amerika Serikat. Selain itu, sistem tanam monokultur ini 4

menyebabkan mewabahnya hama dan penyakit tanaman, akibatnya petani bergantung pada pestisida kimia. c) Air Penanaman benih-benih unggul yang disediakan oleh pemerintah ternyata membutuhkan air yang sangat banyak. Oleh karena itu, jumlah air tanah semakin berkurang dan akibatnya tanah menjadi kering. Selain itu, penggunaan pestisida kimia dapat mencemari air dan mengganggu kesehatan manusia. d) Hutan Salah satu metode yang dilakukan oleh pemerintah dalam revolusi hijau adalah ekstensifikasi yaitu pembukaan lahan baru. Pembukaan lahan baru ini antara lain dilakukan dengan membuka lahan hutan. Akibatnya, luasan hutan di Indonesia ini semakin berkurang. Pertanian Berkelanjutan Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan. (Kasumbogo, 1997) Sistem pertanian berkelanjutan ini berawal dari pertanian organik yang telah dimulai akhir-akhir ini. Pertanian organik sendiri merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Prinsip pertanian organik yaitu tidak menggunakan atau membatasi penggunaan pupuk anorgank serta harus mampu menyediakan hara bagi tanaman dan megendalikan serangan hama dari luar dengan cara lain di luar penggunaan pestisida. (Sriyanto, 2010) Pertanian organik ini bertujuan untuk memperbaiki dan menyuburkan kondisi lahan serta menjaga keseimbangan ekosistem. Menurut Sutanto (2002), prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik dapat dipilah sebagai berikut: - Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengolahan lahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah. 5

- Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan unsur hara melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani. - Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara, dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air, dan pencegahan erosi. - Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha prefentif melalui perlakuan yang aman. - Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanaman terpadu. Beberapa pendekatan kegiatan yang menunjang Pertanian berkelanjutan Keberhasilan pertanian di masa lalu untuk meningkatkan produktivitas pertanian telah menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan dosis tinggi secara terus-menerus, terbukti menimbulkan banyak pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya alam, serta penurunan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu, perlu perlu dilakukan pembenahan dalam sistem pertanian untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Beberapa kegiatan yang dapat menunjang peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan produktivitas pertanian dalam jangka panjang adalah sebagai berikut: a) Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk mengendalikan hama Seperti yang telah kita ketahui bahwa penggunaan pestisida kimia yang dilakukan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu digunakan cara lain dalam mengatasi hama yang ada dalam lahan budidaya, salah satunya adalah dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan biaya, resiko kesehatan dan resikoresiko lingkungan. Menurut Harjadi (1979) beberapa cara yang digunakan dalam PHT ini antara lain adalah: - Menggunakan musuh alami hama untuk mengendalikan hama pada tanaman budidaya - Mengendalikan hama dengan perangkap fisik seperti cahaya lampu, dan sebagainya 6

- Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur - Menggunakan tanaman yang tahan terhadao serangan hama - Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun. Dengan pengendalian hama terpadu ini, serangga atau hewan yang berperan sebagai pemangsa dari hama memiliki fungsi dan peranan yang cukup baik. b) Budidaya rumput Melalui sistem pengelolaan rumput intensif ini, sumber daya alam berupa rumput dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berarti. Rumput ini sengaja ditanam di luar lahan budidaya utama sebagai pakan ternak atau pembuatan pupuk hijau. Areal rerumputan ini dapat dipadukan dengan areal peternakan, sehingga didapatkan pula pupuk kandang dari ternak. c) Menjaga penggunaan dan kualitas air Mengatur penggunaan air dan menjaga kualitas air ini sangat penting dalam pertanian. Banyak kegiatan pertanian yang menggunakan air secara berlebihan tanpa memperhatikan kualitasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk menjaga penggunaan dan kualitas air, antara lain: - Mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang dapat mencemari air dan lingkungan - Menggunakan jalur-jalur konservasi di sepanjang tepi saluran air - Menggunakan irigasi tetes untuk mengurangi penggunaan air secara berlebihan d) Tanaman pelindung Tanaman pelindung adalah tanaman yang sengaja di tanam untuk melindungi tanaman budidaya maupun tanah pada lahan budidaya. Beberapa contoh tanaman pelindung adalah: - Gandum dan semanggi yang ditanam pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, serta meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah. - Penanaman tanaman kenikir di sekitar tanaman tomat dapat mengurangi timbulnya nematoda penyebab puru akar pada tomat - Penanaman tanaman kacang-kacangan dapat meningkatkan kandungan nitrogen pada tanah. 7

e) Diversifikasi lahan dan tanaman Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca dan hama penggangu tanaman. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi binatang yang bermanfaat. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah: - Menciptakan sarana penyediaan air yang dapat menjadi lingkungan hidup bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga hama - Menanam beberapa jenis tanaman pada lahan budidaya untuk mengurangi adanya hama yang menyerang secara besar-besaran. f) Pengelolaan nutrisi tanaman Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat memperbaiki kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi dilahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. g) Tumpang sari Tumpang sari merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama untuk membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan sistem tumpang sari ini antara lain: - Perolehan hasil pertanian yang berkesinambungan dari tanaman musiman dan tanaman tahunan - Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada sistem tanam monokultur - Beberapa jenis tanaman yang terdapat dalam sistem tanam tumpang sari memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapislapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas. 8

PENUTUP Sistem pertanian berkelanjutan dapat mengoptimalkan peranan sumber daya pertanian yang ada di Indonesia. Sumber daya tersebut diantaranya adalah: - Tanah. Sistem pertanian berkelanjutan yang menggunakan sedikit pupuk dan pestisida kimia dapat menjaga kualitas tanah dan menjaga kehidupan organisme di dalam tanah. - Air. Sistem pertanian berkelanjutan menggunakan air secara bijaksana dan mengurangi penggunaan pestisida kimia, sehingga kualitas air tetap terjaga. - Tumbuhan. Salah satu kegiatan sistem pertanian berkelanjutan adalah divesifikasi tanaman dalam suatu lahan budidaya. Kegiatan ini dapat menjaga keanekaragaman tumbuhan. - Binatang. Penggunaan pestisida yang sangat kecil dalam sistem pertanian berkelanjutan dapat menjaga populasi binatang seperti katak dan serangga predator, sedangkan populasi serangga hama tetap ada tetapi kecil. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2012. Sumber Daya Alam Indonesia. http://masyarakatagrobisnis.blogspot.com/2011/01/sumberdaya-alamindonesia.html diakses pada tanggal 12 Juni 2012 Fried, George H; Hademenos, George J. 2006. Biologi (Penerjemah: Damaring Tyas). Jakarta: Erlangga Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit ANDI Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Kasumbogo, Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan. Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius Sriyanto, Sugeng. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik: menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius 9