PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

4. Tim terpadu adalah tim yang membantu gubernur dalam proses pelaksanaan lisensi. 5. Unsur perguruan tinggi adalah pusat studi lingkungan hidup dan/a

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Kompetensi. Kelembagaan. Audit Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,


PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

TATA LAKSANA PENYUSUNAN DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP (DELH) DAN DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG TATA LAKSANA REGISTRASI KOMPETENSI BIDANG LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 64 Tahun : 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PELAKSANAAN DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP (DELH) DAN DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

STANDAR KOMPETENSI UNTUK KUALIFIKASI PERAN ANGGOTA TIM PENYUSUN DOKUMEN AMDAL

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG TATA LAKSANA REGISTRASI KOMPETENSI BIDANG LINGKUNGAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 40

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 63 ayat (1) huruf b Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah berwenang menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria; b. bahwa pemerintah perlu mendorong dan memfasilitasi prakarsa para pemangku kepentingan dalam melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim melalui pengelolaan bangunan ramah lingkungan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2008 tentang Penghematan Energi dan Air; 1

5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bangunan ramah lingkungan (greenbuilding) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim. 2. Prinsip lingkungan adalah prinsip yang mengedepankan dan memperhatikan unsur pelestarian fungsi lingkungan. 3. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi yang akan datang. 4. Iklim mikro adalah zona pada atmosfer lokal yang iklimnya berbeda dari lokasi sekitarnya. 5. Bahan perusak ozon adalah senyawa kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul ozon di lapisan stratosfer. 6. Pemanfaatan kembali adalah suatu upaya menggunakan kembali limbah dan/atau sampah tanpa melalui perlakuan fisika/kimia/biologi. 7. Penanggungjawab bangunan adalah pemilik bangunan atau pengguna bangunan yang merupakan orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung atau yang diberi kuasa untuk menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan. 8. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 2

Pasal 2 Peraturan menteri ini bertujuan mendorong penanggungjawab bangunan untuk melaksanakan pembangunan dan/atau pengelolaan bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim. Pasal 3 Ruang lingkup yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi: a. kriteria bangunan ramah lingkungan; b. sertifikasi bangunan ramah lingkungan; dan c. registrasi lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan. BAB II KRITERIA BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN Pasal 4 Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan apabila memenuhi kriteria antara lain: a. menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi: 1. material bangunan yang bersertifikat eco-label; 2. material bangunan lokal. b. terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain: 1. mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi; 2. menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya air; 3. mempunyai sistem pemanfaatan air hujan. c. terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain: 1. menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca; 2. menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi. d. menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain: 1. refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon; 2. melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon. e. terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung antara lain: 1. melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus; 2. melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus. f. terdapat fasilitas pemilahan sampah; g. memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: 3

1. melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih; 2. memaksimalkan penggunaan sinar matahari. h. terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain: 1. melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir; 2. mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim; 3. mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang; 4. menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan; dan/atau i. terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain: 1. mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut; 2. menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat. BAB III SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN Pasal 5 (1) Setiap penanggungjawab bangunan gedung dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh sertifikat bangunan ramah lingkungan. (2) Sertifikat bangunan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan setelah dilakukan sertifikasi oleh lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan. (3) Sertifikasi bangunan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan: a. penilaian; dan b. penerbitan sertifikat. (4) Sertifikat bangunan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang. Pasal 6 (1) Lembaga sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) harus memenuhi persyaratan: a. berbadan hukum; b. memiliki sistem manajemen mutu, termasuk untuk pengendalian penggunaan sertifikat; c. mempunyai tenaga penilai yang kompeten di bidang bangunan ramah lingkungan; 4

d. memiliki atau menggunakan sistem penilaian kesesuaian; dan e. memiliki mekanisme penanganan pengaduan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2) Penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan wajib mendapatkan persetujuan Menteri. (3) Lembaga sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) wajib: a. menyediakan basis data bangunan yang telah bersertifikat bangunan ramah lingkungan; b. menyediakan informasi publik yang berkenaan dengan pelaksanaan sertifikasi bangunan ramah lingkungan; dan c. melaksanakan evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun terhadap bangunan yang telah bersertifikat bangunan ramah lingkungan. Pasal 7 Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berdasarkan pada: a. kriteria bangunan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; dan b. persyaratan penilaian kesesuaian yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi. Pasal 8 (1) Lembaga sertifikasi dapat mengusulkan sistem penilaian kesesuaian bangunan ramah lingkungan kepada Menteri. (2) Sistem penilaian kesesuaian dapat dikembangkan berdasarkan masingmasing elemen kriteria. (3) Sistem sertifikasi dapat dikembangkan pada satu atau beberapa elemen kriteria dengan menggunakan sistem penilaian yang sesuai. (4) Perubahan dan/atau penambahan sistem penilaian bangunan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) harus mendapatkan persetujuan dari Menteri. BAB IV REGISTRASI LEMBAGA SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN Pasal 9 (1) Lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) wajib melakukan registrasi ke Kementerian Lingkungan Hidup. (2) Kementerian Lingkungan Hidup memberikan tanda registrasi kepada lembaga sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Kementerian Lingkungan Hidup menyediakan informasi publik mengenai lembaga sertifikasi yang teregistrasi dan/atau yang telah dibekukan/dicabut tanda registrasinya. 5

(4) Informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. nomor dan tanggal registrasi; b. identitas lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan, termasuk kantor cabang; c. Lingkup sertifikasi; d. penanggung jawab pelaksana; dan e. daftar penilai. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 10 Menteri melakukan pembinaan terhadap lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan melalui: a. penyediaan informasi mengenai kriteria dan elemen kriteria bangunan ramah lingkungan; b. pemberian paket informasi baku untuk kegiatan pembinaan dan pengawasan kepada lembaga sertifikasi; dan/atau c. peningkatan kapasitas pelaksanaan sertifikasi bangunan ramah lingkungan. Pasal 11 (1) Menteri melakukan pengawasan terhadap lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan melalui: a. pemantauan dan evaluasi dalam pelaksanaan sertifikasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; b. tindak lanjut penanganan pengaduan yang disampaikan ke lembaga sertifikasi. (2) Penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sesuai dengan mekanisme penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf e. Pasal 12 (1) Dalam pengelolaan bangunan ramah lingkungan, Menteri berwenang: a. membekukan registrasi terhadap lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan yang tidak dapat menjaga pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1); b. mencabut registrasi lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan yang telah dibekukan apabila lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan tetap tidak dapat menjaga pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1). (2) Pada kondisi pembekuan dan pencabutan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan dilarang melaksanakan sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5. (3) Menteri menginformasikan kepada publik mengenai status pembekuan dan/atau pencabutan registrasi lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan. 6

BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 13 (1) Biaya pelaksanaan sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dibebankan kepada pemohon sertifikat. (2) Biaya pelaksanaan registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dibebankan pada pemohon registrasi. (3) Biaya pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 dibebankan pada APBN. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 Sertifikat bangunan ramah lingkungan yang telah ada sebelum Peraturan Menteri ini mulai berlaku wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal: 19 Januari 2010 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS 7

Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2010 Tanggal : 19 Januari 2010 MEKANISME PENANGANAN PENGADUAN Lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan Laporan penanganan 3 4 Mediasi Kementerian Negara Lingkungan Hidup Pengaduan 1 a Tanggapan 2 1b Tembusan Pengaduan Pemegang atau Calon Pemegang sertifikat bangunan ramah lingkungan Tanggapan atau Penyelesaian Pengaduan 5 Keterangan: 1. Pengaduan a. Pemegang atau calon pemegang sertifikat bangunan ramah lingkungan dapat melakukan pengaduan kepada lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan berkaitan dengan standar bangunan ramah lingkungan. b. Pemegang atau calon pemegang sertifikat bangunan ramah lingkungan memberikan tembusan pengaduannya kepada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2. Lembaga sertifikasi bangunan ramah lingkungan memberikan tanggapan atas pengaduan dan melakukan penyelesaian pengaduan. 3. Lembaga sertifikasi melaporkan penanganan pengaduan kepada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 4. Kementerian Negara Lingkungan Hidup apabila dirasa perlu dapat melakukan mediasi terhadap penanganan pengaduan dan mengambil tindakan-tindakan. 1

5. Kementerian Negara Lingkungan Hidup apabila dirasa perlu dan pengadu tidak puas dengan penyelesaian pengaduan dari lembaga sertifikasi, dapat memberikan tanggapan dan melakukan penyelesaian pengaduan secara langsung kepada pengadu. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad. MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS 2