UJI BEDA SENSITIVITAS AZITROMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1 Kedokteran Umum PUTU EVINDYA VIPASCITADEVI N.B 22010111110096 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2015
UJI BEDA SENSITIVITAS AZITROMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1 Kedokteran Umum PUTU EVINDYA VIPASCITADEVI N.B 22010111110096 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2015 i
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas Karya Rulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Saya berharap kedepannya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan obat untuk mengobati penyakit Gonore, dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Saya menyadari, sangatlah sulit untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tanpa bantuan dan bantuan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai dengan terselesaikannya laporan Karya Tulis Ilmiah ini. Bersama dengan ini saya sampaikan rasa terimakasih saya kepada: 1. Rektor Universitas Diponegoro yang telah memberikan kami kesempatan untuk menimba ilmu di Universitas Diponegoro 2. Dekan Fakultas Kedokteran UNDIP yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada Saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik 3. Kedua Orang tua saya, dr. Putu Laksmi A.P Duarsa, SpKK dan dr. Md Dwiyoga Bharata, Sp.B KBD serta adik- adik (Degus dan Omang) yang senantiasa selalu memberikan semangat dan mengirimkan doa serta dukunganya untuk saya agar dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada wakunya, 4. dr. Y.F Rahmat Sugianto, selaku pembimbing I dan dr. Puspita Kusumadewi, M.Si. Med, selaku pembimbing II, terimakasih atas bimbingan, waktu dan support yang telah diberikan kepada saya selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Pasien di Gria ASA PKBI kota Semarang yang telah bersedia menjadi sampel penelitian dan Pak Wur, asisten laboraturium Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Kariadi yang telah membantu saya dalam mengerjakan penelitian ini. 6. Putu Ayu Wulansari, Anindyo A. Andar, Veronika Subagio dan Wulandari Ramadiyani yang selalu setia mendengarkan segala keluh kesah saya selama proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah Ini. Serta teman- teman Medallion FK Undip 2011 yang baik secara langsung maupun tidak langsung membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga Karya Tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran- saran dan kritikan yang konstruktif sangat diharapkan guna penimgkatan pembuatan Karya Tulis Ilmiah dilain waktu. Semarang, Mei 2015 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR.... x DAFTAR SINGKATAN... xi DAFTAR ISTILAH... xii ABSTRAK... xiv ABSTRACT... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan Penelitian... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.3.1 Tujuan Umum... 3 1.3.2 Tujuan Khusus... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.5 Orisinalitas Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Azitromisin... 7 2.1.1 Struktur Kimia... 8 2.1.2 Mekanisme Kerja... 9 2.1.2.1 Farmakodinamik... 9 2.1.2.2 Farmakokinetik... 9 2.1.3 Sediaan Obat... 10 2.1.4 Efek Samping Obat... 10 2.1.5 Interaksi Obat... 10 2.1.5 Mekanisme Resistensi... 11 vi
2.2 Gonore... 11 2.2.1 Definisi... 11 2.2.2 Epidemiologi... 11 2.2.3 Faktor Resiko... 12 2.2.4 Etiologi... 13 2.2.5 Patogenesis... 13 2.2.6 Manifestasi Klinik... 16 2.2.7 Pemeriksaan Penunjang... 18 2.2.8 Komplikasi... 20 2.2.9 Penatalaksanaan... 21 2.3 Azitromisin dan seftriakson sebagai pengobatan gonore... 22 BAB III KERANGKA TEORI,KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Teori... 24 3.2 Kerangka Konsep... 25 3.3 Hipotesis... 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian... 26 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 26 4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian... 26 4.4 Populasi dan Sampel Penelitian... 26 4.4.1 Populasi Target... 26 4.4.2 Populasi Terjangkau... 27 4.4.3 Sampel... 27 4.4.3.1 Kriteria Inklusi... 27 4.4.3.2 Kriteria Eksklusi... 27 4.4.4 Cara Sampling... 27 4.5 Besar Sampel... 28 4.6 Variabel Penelitian... 29 4.5.1 Variabel Bebas... 29 4.5.2 Variabel Terikat... 29 4.7 Definisi Operasional... 30 vii
4.8 Cara Pengumpulan Data... 31 4.8.1 Bahan... 31 4.8.2 Alat... 32 4.8.3 Jenis Data... 33 4.8.4 Cara Kerja... 33 4.8.4.1 Cara Pengambilan Sekret... 33 4.8.4.2 Cara Pengecatan Gram... 34 4.8.4.3 Cara Pemeriksaan Kultur... 32 4.9 Alur Penelitian... 36 4.10 Analisis Data... 37 4.11 Etika Penelitian... 37 4.12 Jadwal Penelitian... 38 BAB V HASIL... 39 5.1 Ukuran Zona Hambat Azitromisin dan Seftriakson... 39 5.2 Analisis Sampel... 39 5.3 Analisis Deskriptif... 40 5.4 Analisis Inferensial... 41 BAB VI PEMBAHASAN... 42 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN... 47 DAFTAR PUSTAKA... 49 LAMPIRAN... 50 viii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Orisinalitas... 5 Tabel 2. Definisi Operasional... 30 Tabel 3. Jadwal Penelitian... 38 Tabel 4. Hasil Uji Sensitivitas... 39 ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Kimia Azitromisin... 8 Gambar 2. Kuman Neisseria gonorrhoeae... 13 Gambar 3. Patogenesis Gonore... 16 Gambar 4. Pengecatan Gram Kuman Neisseria gonorrhoeae... 18 Gambar 5. Kultur Kuman Neisseria gonorrhoeae... 19 Gambar 6. Kerangka Teori... 24 Gambar 7. Kerangka Konsep... 25 Gambar 8. Alur penelitian... 36 Gambar 9. Diagram Hasil Penelitian... 39 Gambar 10. Diagram Hasil Penelitian Azitromisin... 40 Gambar 11. Diagram Hasil Penelitian Seftriakson... 41 Gambar 12. Kontaminasi Bakteri... 46 Gambar 13. Kontaminasi Jamur... 46 x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical clearance... 54 Lampiran 2. Informed consent... 55 Lampiran 3. Data hasil penelitian... 60 Lampiran 4. Hasil analisis SPSS... 61 Lampiran 5. Dokumentasi... 62 Lampiran 6. Biodata... 65 xi
DAFTAR SINGKATAN : CDC : Center for Disease Control CYP3A4 : Sitokrom P450, family 3, subfamily A. Enzim penting dalam metabolisme ELISA IgA IgG MIC OPA PAAN PCR PID : Enzyme-linked immunosorbent assay ; Imunoglobulin A : Imunoglobulin G : Minimum Inhibitory Concentration : Opacity Protein : Pemeriksaan Amplifikasi Asam Nukleat : Polymerase Chain Reaction : Pelvic Inflammatory Disease POR : Protein 1 SPSS : Statistical Product and Service Solution xii
DAFTAR ISTILAH: Bakteriostatik Bakterisidal Dialisis : Menghambat pertumbuhan bakteri : Membunuh bakteri : Proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi akibat difusi pada membran semipermeabel Diplokokus Efluks : Kuman berbentuk bulat, berpasangan dua-dua : Mekanisme pompa yang menyebabkan ion yang berada didalam sel keluar Endometriosis : Radang jaringan endometrium yang berhubungan dengan hormon estrogen atau estradiol Hidrolisis : Reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H + ) dan anion hidroksida (OH ) Kehamilan ektopik Litotomi : Kehamilan yang terjadi tidak pada tempatnya : Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut MIC : Konsentrasi terendah suatu antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme OPA : Protein penyusun membran luar dinding kuman Neisseria ghonorrhoeae yang berperan penting dalam patogenesis Peritonitis : Peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut xiii
Sitokrom P450 : enzim berjenis hemeprotein yang berfungsi sebagai katalis oksidator pada lintasan metabolisme steroid, asam lemak, xenobiotik, termasuk obat, racun dan karsinogen Suspensi : sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair Uretritis : Iritasi dan pembengkakan uretra xiv
ABSTRAK Latar Belakang: Tingginya angka resistensi terhadap antibiotik seftriakson sebagai obat lini pertama, mengharuskan para medis untuk mencari alternatif baru untuk pengobatan gonore. Azitromisin merupakan salah satu obat alternatif untuk pengobatan gonore. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menilai sensitivitas azitromisin dengan seftriakson pada kuman Neisseria gonorrhoeae. Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan cross sectional design. Sampel adalah 13 pasien positif duh purulent. Selanjutnya dilakukan pengecatan gram untuk menemukan kuman diplokokus gram negatif. Setelah itu dibiakkan pada media Thayer Martin dan diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam. Koloni dibiakkan pada media Mueler Hinton untuk uji sensitivitas terhadap azitromisin dan seftriakson. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0 C dilakukan pengukuran zona hambat azitromisin dan seftriakson. Uji statistik menggunakan uji chi-square. Hasil: Jumlah sampel yang sensitive terhadap Azitromisin 7 (53,5%) dan yang resisten sebanyak 6 (46,2%) sampel. Pada Seftriakson sebanyak 12 (92,3%) sampel mengalami resisten dan hanya 1 (7,7%) yang sensitive terhadap antibiotik Seftriakson. Kesimpulan: Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini terdapat perbedaan sensitivitas antara Azitromisin dan Seftriakson terhadap kuman Neisseria gonnorhoeae secara in vitro dengan hasil Azitromisin lebih sensitive dibandingkan dengan Seftriakson. Kata kunci: Neisseria gonorrhoeae; Azitromisin; Seftriakson. xv
ABSTRACT Background: The increasing tendency of Neisseria gonorrhea s Ceftriaxoneresistant through the years had pushed medical experts to search for alternate regiment for the treatment of Gonorrhea. Azithromycin is one of the alternative options. Purpose: To assess the difference in sensitivity for Neisseria gonorrhoeae towards Azithromycin and Kanamycin in vitro. Materials & Methods: A cross sectional, analytic observational study which examined 13 subjects with positive purulent discharge. The samples undergo gram staining to find negative gram diplococcic bacteria, followed by a Thayer- Martin culture and a 24-hours incubation on 37 0 C temperature. The colony samples were then moved to a Mueller Hinton media for both Azithromycin and Ceftriaxone sensitivity testing. After the second 24-hours incubation, any inhibition zone formed on the colony samples was being measured. Statistical analysis uses chi-square test. Result: Azithromycin has 7 (53,5%) sensitive Neisseria gonorrheae samples while the 6 (46,2%) others were resistant. Ceftriaxone were shown resistant to 12 (92,3%) samples and only 1 (7,7%) sample was sensitive. Conclusion: There is a marked difference in sensitivity for Neisseria gonorrheae towards Azithromycin and Ceftriaxone in vitro, where Azithromycin shows higher sensitivity measure. Keywords: gonorrhea, Neisseria gonorrhoeae, azithromycin, ceftriaxone xvi