ANALISIS PENGARUH JUMLAH PANGGILAN TERHADAP KEGAGALAN PAGING PADA BTS AREA MEDAN KOTA TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

ANALISIS PERFORMANSI PENGIRIMAN SHORT MESSAGE SERVICE UNTUK PELANGGAN PRABAYAR PADA JARINGAN CDMA DI PT TELKOM FLEXI MEDAN

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CDMA (CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS) Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

Code Division multiple Access (CDMA)

ANALISIS TRAFIK SUARA DAN UNJUK KINERJA JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

ANALISA CALL SUCCES RATE PADA JARINGAN CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS ( CDMA )

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pesan pendek (short message service), kini telah memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR ANALISA TRAFIK PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR BERBASIS CDMA X D WILAYAH MEDAN KOTA

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

ANALISIS KUALITAS LAYANAN PANGGILAN PADA TELEKOMUNIKASI BERGERAK 3G

ANALISIS PENGARUH KONTROL DAYA TERHADAP KAPASITAS SISTEM CDMA X

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

ANALISA DROP CALL KOMUNIKASI PADA JARINGAN CDMA FLEXI MOBILE DI DIVISI FLEXI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk AREA NETWORK JEMBER SKRIPSI

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

KAJIAN TARIF BIAYA HAK PENGGUNAAN (BHP) FREKUENSI PADA SISTEM SELULAR (CDMA)

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Komunikasi Modern Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

Pengaruh Pilot Pollution terhadap Performansi

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access??

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh perusahaan

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB CAC)

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

MEKANISME HANDOVER PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI CDMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menghadirkan kemudahan komunikasi secara mobile dengan. menggunakan teknologi CDMA2000 1X EVDO REV-A yang

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

ANALISIS PERMASALAHAN OPTIMALISASI VOICE CDMA X UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN KONEKSI STUDI KASUS DIVISI TELKOM FLEXI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :

ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA LOCAL AREA NETWORK

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

OCHAN FRIMA SUGARA PURBA NIM :

ANALISA DAN OPTIMASI QUALITY OF SERVICE (QOS) LAYANAN VOICE DALAM JARINGAN SELULAR CDMA X TELKOM FLEXI REGIONAL OPERATION SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan pada BTS-

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

STUDI PENGGUNAAN ALGORITMA ANT COLONY DALAM PENGALOKASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

TEKNIK AKSES JAMAK DALAM TELEKOMUNIKASI

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakannya, ini tentu dilandasi asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB IV ANALISA HASIL OPTIMASI THIRD CARRIER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PRINSIP & CARA KERJA

Teknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

ANALISIS dan PROSPEK TEKNOLOGI CDMA di INDONESIA Joseph Rasiman

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PANGGILAN TERHADAP KEGAGALAN PAGING PADA BTS AREA MEDAN KOTA TAHUN Jhon Henri Zalukhu, M Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 155 INDONESIA e-mail: jhonhenri_z@yahoo.com Abstrak Pada sistem komunikasi bergerak, para pelanggan bisa berada di berbagai tempat. Untuk mengetahui lokasi dari para pelanggan diperlukan fasilitas paging. Paging digunakan untuk mengetahui keberadaan mobile system (MS) di suatu location area (LA), paging biasanya di-trigger ketika ada panggilan atau sms yang akan masuk ke sisi penerima. Agar network dapat memanggil atau mengirim pesan ke sisi penerima, maka network akan melakukan paging terlebih dahulu untuk mengetahui keberadaan MS yang akan dituju. Jumlah panggilan atau call_attempt dapat mempengaruhi kegagalan proses paging itu sendiri.untuk mengetahui hal itu, akan digunakan sistem hipotesis regresi dan korelasi linier sederhana. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa tingkat hubungan antara call_attempt dan kegagalan paging juga berpengaruh sangat besar yaitu 9, % dari total paging yang tidak berhasil dan.3% merupakan kegagalan-kegagalan oleh faktor lain. Kata Kunci: Paging, Kegagalan paging, Jumlah Panggilan 1. Pendahuluan Pada sistem komunikasi bergerak, para pelanggan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Maka untuk itu, sangat penting dilakukan proses penemuan lokasi. Proses penemuan lokasi ini dikenal dengan paging. Pada saat pelanggan melakukan panggilan atau pengiriman informasi, maka akan dilakukan paging terlebih dahulu. Paging digunakan untuk mengetahui keberadaan mobile system (MS) di suatu location area (LA), paging biasanya ditrigger ketika ada panggilan yang akan masuk ke sisi penerima. Karena setiap memulai panggilan dilakukan paging, maka kepadatan panggilan dapat mengakibatkan kegagalan paging itu sendiri. Hal ini menjadikan analisis pengaruh jumlah panggilan terhadap kegagalan paging perlu dilakukan. CDMA (Code Division Multiple Access) Code division multiple access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada dan menggunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan. Sistem terakhir didesain dan dibangun oleh Qualcomm, dan menjadi cikal bakal yang membantu insinyur-insinyur Qualcomm untuk menemukan Soft Handoff dan kendali tenaga cepat, yaitu teknologi yang diperlukan untuk menjadikan CDMA praktis dan efisien untuk komunikasi seluler terrestrial [1]. Pada dasarnya ada 3 sistem yaitu FDMA ( Frequency Division Multiple Access), TDMA (Time Division Multiple Access), dan CDMA (Code Division Multiple Access). Teknologi FDMA bekerja dengan membagi alokasi lebar bidang spektrum frekuensi yang tersedia menjadi bagian-bagian kecil spektrum frekuensi yang dialokasikan pada setiap penggunanya sebagai suatu kanal komunikasi,, seperti terlihat pada Gambar 1 []. Dalam FDMA setiap pengguna diberikan alokasi bidang frekuensi tertentu selama melakukan proses percakapan, -- copyright @ DTE FT USU

sehingga dalam waktu yang sama hanya satu pengguna yang dapat memanfaatkan kanal frekuensi tersebut, contohnya AMPS. Gambar 1 Prinsip dasar FDMA Dalam TDMA setiap pengguna diberikan alokasi celah waktu (time slot) tertentu sebagai kanal komunikasi pada potongan spektrum frekuensi yang telah dialokasikan sehingga aliran informasi tidak terpotong-potong pada setiap slot waktu, seperti terlihat pada Gambar. Karena selang antara celah waktu sangat pendek maka yang terdengar oleh pengguna seperti aliran informasi kontinyu biasa. Jadi beberapa panggilan menggunakan satu frekuensi yang sama dengan waktu yang berbeda, contohnya GSM Gambar. Prinsip dasar TDMA Teknik CDMA ini merupakan temuan yang brilian karena kanal yang satu dengan lainnya tidak dibedakan dari frekuensi/fdma atau waktu/tdma yang secara awam lebih mudah dipahami, melainkan dengan perbedaan kode. Kode ini dikenal dengan pseudorandom code sequence. Cara kerja dari CDMA ini adalah dengan menebar/menggunakan kode-kode pada satu frekuensi yang lebih besar dari FDMA dan TDMA dan penggunaan waktu yang bersamaan. Jadi tiap panggilan diwakili satu kode pada frekuensi dan waktu yang sama. Jika ada beberapa frekuensi yang digunakan maka merupakan kombinasi FDMA-CDMA. Sistem yang memakai akses jamak ini adalah CDMA 1x. Jadi pada CDMA, seluruh pelanggan menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang sama.[3] Pada sitem CDMA data input dari satu pelanggan dikalikan dengan salah satu dari banyak kode PN (Pseudo Noise). Jumlah kemungkinan kode yang dihasilkan oleh generator kode PN identik dengan jumlah kanal yang disediakan. Jika generator kode PN mampu menghasilkan 1 kode, maka sebanyak itu pula kanal yang diperoleh. Oleh modulator hasil perkalian antara input data dengan kode PN ditumpangkan pada sinyal RF (Radio Frequency) agar dapat dikirim lewat udara. Di sisi penerima, demodulator memisahkan sinyal pesan dari sinyal RF yang ditumpanginya. Sinyal pesan yang mengandung kode ini dicocokkan dengan kode PN di penerima. Sinyal pesan akan dipisahkan dari kode dan diteruskan jika kode PN pada sinyal masuk sama dengan kode PN pada penerima. Pada dasarnya sistem selular Code Division Multiple Access (CDMA) memiliki berbagai sifat antara lain : 1. Multi Diversitas. Daya pancar yang rendah 3. Keamanan (privacy) 4. Soft Handover 5. Kapasitas 6. Deteksi Aktivitas Suara. Peningkatan Kapasitas dengan Sektorisasi 8. Soft Capacity Kelemahan sistem CDMA (Code Division Multiple Access) a. Daya yang diterima oleh stasiun utama dari pengguna dekat lebih tinggi dibandingkan dengan daya yang diterima dari pengguna yang lokasinya jauh. b. Untuk penerimaan yang benar, kesalahan sinkronoisasi dari urutan kode yang dibangkitkan dan urutan kode yang diterima kecil. c. Penggunaan yang dekat dengan stasiun utama akan membangkitkan interferensi yang besar bagi pengguna yang jauh dari stasiun utama sehingga menyulitkan penerimaan sinyal. 3 Paging CDMA Paging digunakan untuk mengetahui keberadaan mobile system (MS) di suatu location area (LA), paging biasanya di-trigger ketika ada panggilan atau sms yang akan masuk -14- copyright @ DTE FT USU

ke sisi penerima. Agar network dapat memanggil atau mengirim pesan ke sisi penerima, maka network akan melakukan paging terlebih dahulu untuk mengetahui keberadaan MS. Sehingga, pada saat melakukan panggilan jaringan dapat mengetahui lokasi ataupun perubahan tempat pelanggan. Proses terjadinya paging ditujukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Proses terjadinya paging Dalam sistem komunikasi generasi kedua ponsel, menemukan lokasi adalah masalah penting. Sebuah wilayah geografis akan dibagi menjadi beberapa daerah lokasi (Location Area) atau LA untuk melacak pergerakan pengguna ketika koneksi diperlukan. Ketika pengguna memasukkan daerah lokasi baru, transaksi update lokasi dilakukan untuk menginformasikan jaringan lokasi yang baru. Beberapa metode memperbarui lokasi dapat diimplementasikan berdasarkan struktur LA seperti memperbarui lokasi periodik, dan memperbarui lokasi pada persimpangan LA. Informasi lokasi pengguna disimpan dalam database jaringan. Ketika MS melintasi batas LA, informasi lokasi akan diperbarui. Ketika panggilan datang, lokasi transaksi database dipicu sehingga untuk mengetahui lokasi pengguna "informasi lokasi" dan update transaksi dipicu. Kemudian, LA bersamaan dipaging untuk menemukan target MS. Di sini, LA sama dengan paging area (PA). Dalam sistem telekomunikasi generasi ketiga ponsel, LA didefinisikan sebagai suatu data untuk menemukan daerah pengguna serta daerah tujuan pengguna [4]. Jika subscriber yang melakukan panggilan semakin banyak, maka pada frekwensi CDMA yaitu 1,5 MHz akan menambah jumlah kanal sesuai banyaknya pelanggan. Hal ini dapat mengakibatkan kualitas dari paging itu sendiri akan semakin menurun. Sehingga, dapat mengakibatkan kegagalan paging yang semakin besar. Standar yang dikeluarkan oleh Key Performance Indicator (KPI) untuk Paging Success Ratio (PSR) yaitu diatas 91 %. Jika persentase Paging Succes Ratio (PSR) menurun, maka perlu dilakukan perbaikan [5]. Ada beberapa cara untuk memperbaiki nilai persentase Paging Succes Ratio (PSR) agar mencapai nilai standarnya adalah : 1. Memperpanjang timer paging agar tidak terjadi nya time out respon jika dalam waktu menuggu paging. Perluasan coverage agar pada saat paging tidak terjadi kegagalan. 3. Memaksimalkan LUSR dengan demikian PSR juga meningkat 4. Meminimalisasi terjadinya handover failure dan blankspot 5. Alokasi PN offset yang tepat agar tidak terjadi yang mengakibatkan ambiguitas identifikasi sel yang melayani suatu terminal MS. PN offset harus dibuat sedemikian rupa sehingga sel sel yang berdekatan tidak saling mengganggu 6. Mengusulkan skema paging baru untuk memberikan lebih efisien dalam pertimbangan jenis layanan.. Menggunakan karakteristik waktu layanan non real dan layanan real time, pola informasi dari pengguna ponsel, dan data tingkat keberhasilan paging, dengan menggunakan mobilitas rendah dan karakteristik layanan data pengguna ponsel di daerah kota, jumlah sambungan panggilan delay suara dan data bisa berkurang. 8. Mempelajari kinerja skema yang diusulkan ketika jumlah PA bervariasi dan jumlah data yang digunakan meningkat. 9. Melakukan pengecekan pada tiap-tiap BTS, MSC, dan BSC agar tidak terjadinya interferensi yang dapat mengakibatkan gagal paging. 4. Analisis Pengaruh Jumlah Panggilan Terhadap Kegagalan Paging Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai jumlah panggilan (call_attempt) dan tingkat kesuksesan pagingnya. Berikut ini adalah data diperoleh dari BTS Medan Kota. Data yang ditampilkan merupakan data paging berdasarkan panggilan saja. -15- copyright @ DTE FT USU

Data yang diperoleh dari PT MOBILE 8 Tbk, Medan diperlihatkan pada Tabel 1. Start Time 1/1/ /1/ 1/1/ /1/ 14/1/ 15/1/ 16/1/ Tabel. 1 Data paging PT. MOBILE 8 Tbk, Medan Call Attem pt Pagin g Resp onse 4966 356 3 4119 3398 46 3361 4148 3386 5 439 334 4 434 3398 3349 36 No Re sp 59 59 16 58 59 6 56 3 53 66 4 OR G RE L 93 1 1 8 1 93 45 86 1 85 F S PSR (%) 85,63 85,1 85,1 85,1 85,59 86,36 86,96 Dari Tabel 1 dapat dihitung besarnya nilai rata-rata success & fail yang terjadi setiap harinya dapat diperoleh dengan persamaan (1) dan(). Besarnya nilai rata-rata success & fail setiap harinya adalah sebagai berikut : Total _ Paging _ Re sponse Success Success (1) 85,63 85,1 85,1 85,1 85,59 86,36 86,96 599,93 85,4 % Total _ No_ Response Fail () 14,3 14,83 14,88 14,9 14,41,64,4 Fail 1, 14,95 %. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai rata-rata success yang dialami setiap harinya sebesar 85,4%. Sedangkan nilai ratarata kegagalan yang dialami setiap harinya sebesar 14,95%. Sesuai dengan standard yang ditentukan oleh Key Performance Indicator (KPI) maka, untuk kesuksesan paging dikatakan memenuhi standar apabila Paging Success Ratio > 91%. Dan apabila tingkat kesuksesan paging < 91% perlu dilakukan pengamatan dan pengkajian terhadap kegagalan paging yang terjadi. Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian dilakukan, diperoleh hasil apakah kegagalan paging yang terjadi hanya sesaat atau berkelanjutan. Jika terjadi secara berkelanjutan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap peralatan dan sistem yang ada agar diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan grafik hubungan antara jumlah kegagalan paging dapat dilihat pada Gambar 4. Dalam hal ini nilai JGK (Jumlah Galat Kuadrat) yang memiliki tingkat kesalahan yang kecil adalah grafik linier. Sehingga persamaan yang digunakan adalah persamaan linier yang terdapat pada grafik linier, yaitu Y =.46x - 4366. Dalam hal akan dihubungkan dengan proses analisis regresi dan korelasi linier dengan menguji kesamaan dua varians yaitu hubungan antara jumlah panggilan (call_attempt) dan kegagalan paging. Analisis regresi dan korelasi ini akan mengasilkan data persentase penyebab kegagalan paging tersebut. Dengan pengujian hipotesis f dan t, akan dilakukan analisis dengan menggunakan software SPSS. 8 6 4 kegagalan paging y =.46x - 4366. 36 38 4 4 44 jumlah panggilan Gambar 4. Grafik hubungan antara jumlah kegagalan Paging -16- copyright @ DTE FT USU

Untuk mencari pengaruh antara jumlah kegagalan paging digunakan analisis statistik yaitu model analisis regresi linier sederhana. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS 1 [6]. Langkah untuk melakukan uji hipotesis nyata tidaknya model regresi linier dengan mengambil Hipotesis : H : β = H1 : β Atau dengan kata lain H : Ada hubungan yang tidak linier antara jumlah panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan paging. H1 : Ada hubungan yang linier antara jumlah kegagalan paging. Dengan menggunakan data pada table 1 diperoleh nilai F berdasarkan hasil perhitungan SPSS sebesar 19,5. Kriteria penolakan : Tolak H, jika : F > Fα 1, n- Dengan mengambil taraf signifikansi (α) sebesar 5 %, maka dari tabel distribusi F didapat nilai F tabel untuk F,5; 1; 5 = 6,61. Dikarenakan 19,5 > 6,61, maka H ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara linier antara jumlah panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan paging sehingga diperoleh persamaan regresi linier sederhana : Dan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t;,5; 5 =,51, sehingga : Dikarenakan -1,94 <,51, maka menolak H atau dengan kata lain konstanta berpengaruh. ) Koefisien kedua, diperoleh nilai t hitung dari hasil perhitungan SPSS1 sebesar 4,44, dengan mengambil hipotesis : H : koefisien regresi tidak signifikan. H1 : koefisien regresi signifikan. Dan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t,,5, 5 =,51, sehingga : Dikarenakan 4,44 >,51, maka tidak menolak H atau dengan kata lain banyaknya jumlah panggilan (call_attempt) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat kegagalan paging. Untuk mengetahui adanya hubungan antara jumlah panggilan (call_attempt) dengan tingkat kegagalan paging dilakukan perhitungan menggunakan komputer program SPSS 1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai r =,893, maka dengan mengambil hipotesis : H : r xy = H1 : r xy Atau dengan kata lain : H : Korelasi antara dua variabel adalah nol. H1 : Korelasi antara dua variabel adalah tidak sama dengan nol. Sehingga diperoleh nilai t berdasarkan rumus (3) []: y =.46x 4366. Sedangkan untuk pengujian keberartian koefisien regresi dapat dilakukan sebagai berikut t r xy n (1 r xy ) (3) 1) Dari hasil perhitungan SPSS1 diperoleh nilai koefisien pertama (konstanta), t hitung sebesar -1,94, dengan mengambil hipotesis: H : koefisien regresi tidak signifikan. H1 : koefisien regresi signifikan. t,893 5 (1,9) Kriteria penolakan : Tolak H jika : 9,84 t > t α/, v atau t < -t α/,v -1- copyright @ DTE FT USU

Dengan mengambil taraf signifikansi (α) sebesar 5 %, maka dari tabel distribusi t didapat nilai t tabel untuk t,5; 5 =,51. Dikarenakan 9.84 >,51, maka H ditolak. Artinya diperoleh bahwa terdapat korelasi yang nyata dan bersifat positif antara jumlah panggilan (call_attempt) dengan tingkat kegagalan paging. Koefisien determinasinya t = (,893) =,9. Hal ini berarti nilai rata-rata kegagalan paging sebesar 9, % dari total paging yang gagal ditentukan oleh banyaknya jumlah panggilan (call_attempt) yang terjadi, melalui persamaan regresi y =.46x 4366. Sisanya,3 % ditentukan oleh faktor lain. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: [] Sistem Selular CDMA 1X EV-DO. Download Tanggal 1 Agustus 1. [3] Santoso, Gatot. 4. Sistem Selular CDMA. Yogyakarta: Graha Ilmu. [4] Lee, Juming.. A New Paging Method Based On Service Characteritic of Data and Voice in PCS, Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST). [5] Alfisyahrin. 1. Laporan PT. Mobile-8 Telecom Medan, Medan : PT. Mobile 8 Tbk. [6] Sarwono, Jonathan. 1. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS, Jakarta: PT Elex Media Komputindo [] Walpole, Ronald E. 199. Pengantar Statistika edisi ke-3, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1. Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai rata-rata kegagalan paging setiap harinya adalah 14,95%.. Terdapat pengaruh positif dan nyata antara jumlah panggilan (call_attempt) dengan tingkat kegagalan (fail) pada paging sistem Code Division Multiple Access (CDMA), hal ini dibuktikan dari perhitungan hasil penelitian yaitu t hitung (4,44) > t tabel (,51), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinya jika jumlah panggilan (call_attempt) semakin besar maka tingkat kegagalan paging juga akan semakin besar. 3. Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai koefisien determinasinya sebesar,9, yang berarti pengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap kegagalan paging sebesar 9, % dari total paging yang tidak berhasil dan sisanya,3 % dipengaruhi oleh faktor lain. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir M Zulfin MT dan juga kepada temanteman yang memberikan bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini. Referensi [1] Mulyanta Edi S, 3, Kupas Tuntas Seluler, PENERBIT ANDI, Jogyakarta. -18- copyright @ DTE FT USU