PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang.

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 20 TAHUN 2002 (20/2002) TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri: B

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 26

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2000 (10/2000) TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 47 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 07 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 62 TAHUN 2006 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 46 TAHUN 2000 (46/2000) TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 15 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 14 PERATURAAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 20 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG DALAM KABUPATEN BENER MERIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 46 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 2 TAHUN 1991 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 22 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri : C

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN RETRIBUSI TERMINAL DAN TEMPAT PARKIR DALAM KOTA BONTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL BUS UMUM ANGKUTAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 1 Tahun 2000 Seri : C ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 11 Tahun 1994 tentang Terminal Penumpang di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, maka perlu dicabut dan diganti; b. bahwa untuk maksud tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan; 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas clan Angkutan Jalan; 5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan; 18. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan; 19. KeputusanMenteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 1999 tentang Pedoman Pengelolaan Terminal Angkutan Penumpang; 20. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 84 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum; 21. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 2 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta; 22. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1991 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Kotamadya Daerah

Tingkat II Yogyakarta 1990-2010; 23. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1992 tentang Yogyakarta Berhati Nyaman; 24. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1992 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta pacta Pihak Ketiga; 25. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Yogyakarta Tahun 1994-2004. DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA TENTANG TERMINAL PENUMPANG. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kota Yogyakarta; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Yogyakarta; c. Kepala Daerah ialah Walikota Yogyakarta; d. Terminal penumpang yang selanjutnya disebut terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antarmoda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi; e. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor; f. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu; g. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran; h. Mobil penumpang umum adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi; i. Mobil bus umum yang selanjutnya disebut mobil bus adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

BAB II LOKASI, TIPE, PEMBANGUNAN DAN FASILITAS TERMINAL Bagian Pertama Lokasi terminal Pasal 2 Penentuan lokasi terminal ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Tipe terminal Pasal 3 Tipe terminal ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian ketiga Pembangunan terminal Pasal 4 (1) Pembangunan terminal pada lokasi yang ditetapkan sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 Peraturan Daerah ini diawali dengan studi kelayakan yang mempertimbangkan: a. rencana umum tata ruang kota; b. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal; c. keterpaduan dengan moda transportasi lain; d. rancang bangun terminal; e. analisis dampak lalu lintas; f. analisis mengenai dampak lingkungan. (2) Pembangunan terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, dilaksanakan Pemerintah Daerah dan atau dapat bekerjasama dengan badan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Keempat Fasilitas Terminal Pasal 5 Fasilitas terminal terdiri dari: 1. Fasilitas utama yang meliputi: a. jalur kedatangan kendaraan umum; b. jalur pemberangkatan kendaraan umum; c. tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan

tempat istirahat kendaraan umum; d. tempat tunggu penumpang dan atau pengantar; e. bangunan kantor penyelenggara terminal; f. menara pengawas; g. loket penjualan karcis kendaraan umum; h. rambu-rambu, Marka Jalan clan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas; i. papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan/trayek, tarif angkutan dan jadual perjalanan kendaraan umum; j. pelataran parkir kendaraan pengantar/pengunjung; k. pembatas lalu lintas dan perparkiran kendaraan umum; l. tempat istirahat kendaraan umum. 2. Fasilitas penunjang meliputi: a. pos pemeriksaan kartu pengawasan/tanda pungutan retribusi kendaraan umum; b. pos keamanan; c. pos kesehatan; d. mushola; e. kios; f. kamar mandi dan WC; g. taman; h. bak sampah/tempat pembuangan sampah sementara; i. tempat perbaikan dan perawatan serta cuci kendaraan; j. stasiun bahan bakar minyak untuk pelayanan terminal; k. ruang informasi dan pengaduan; l. jaringan instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi; m. saluran instalasi air limbah dan sanitasi; n. alat pemadam api ringan; o. pembatas antara lalu lintas kendaraan dan penumpang. 3. Fasilitas usaha penunjang: a. penyediaan fasilitas rumah makan; b. penyediaan fasilitas pas clan telekomunikasi; c. penyediaan fasilitas pelayanan kebersihan; d. penyediaan fasilitas penitipan barang; e. penyediaan fasilitas penginapan awak bus; f. penyediaan fasilitas usaha penunjang lainnya. Pasal 6 Fasilitas terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Daerah ini dilengkapi dengan fasilitas bagi penumpang penderita cacat sesuai dengan kebutuhan. BAB III PENYELENGGARAAN Pasal 7 (1) Penyelenggaraan terminal adalah segala usaha dan tindakan dalam hal pengelolaan, pemeliharaan fisik dan penertiban

terminal. (2) Pemerintah Daerah mempunyai tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab membina penyelenggaraan terminal. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini dilaksanakan oleh Kepala Daerah. BAB IV PENGELOLAAN, PEMELIHARAAN FISIK DAN KETERTIBAN TERMINAL Bagian Pertama Pengelolaan Terminal Pasal 8 Pengelolaan terminal meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan operasional dan pengawasan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Bagian Kedua Pemeliharaan Fisik Terminal Pasal 9 (1) Pemeliharaan fisik terminal meliputi: a. fasilitas utama; b. fasilitas penunjang; c. fasilitas usaha penunjang; d. kebersihan dan kesehatan dengan memperhatikan keserasian lingkungan. (2) Pelaksanaan pemeliharaan fisik sebagaimana dimaksud pacta ayat (I) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Oaerah dan dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga. Bagian Ketiga Ketertiban Terminal Pasal 1O (1) Setiap mobil bus atau mobil penumpang umum yang menjalani trayek tetap dan teratur maupun trayek insidentil dalam rangka pelayanan penumpang angkutan umum yang trayeknya memulai, mengakhiri dan atau melewati perjalanannya di wilayah Daerah wajib masuk terminal sesuai ijin trayek yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. (2) Setiap mobil bus dan atau mobil penumpang umum dalam kota yang beroperasi di wilayah Daerah wajib memulai dan mengakhiri perjalanan di terminal.

(3) Setiap mobil bus atau mobil penumpang yang masuk Terminal wajib berhenti di tempat yang telah disediakan sesuai dengan jurusannya. (4) Setiap mobil bus dan atau mobil penumpang umum dalam kota yang beroperasi di wilayah Daerah yang memulai dan mengakhiri perjalanan di terminal wajib memenuhi persyaratan laik jalan, persyaratan administrasi dan mematuhi rambu-rambu serta tanda-tanda lalu lintas lainnya. Pasal 11 (1) Setiap orang yang masuk dan keluar terminal wajib melalui jalan yang telah ditentukan. (2) Setiap orang yang berada di terminal wajib menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan. Pasal 12 (1) Setiap orang yang menggunakan fasilitas utama, fasilitas penunjang dan atau fasilitas usaha penunjang di terminal harus sesuai dengan fungsinya. (2) Penggunaan dan atau pemindahan hak penggunaan bangunan fasilitas utama. fasilitas penunjang dan atau fasilitas usaha penunjang di terminal ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Setiap orang dilarang bertempat tinggal di terminal. Pasal 13 Petugas parkir dan atau badan yang mengelola tempat parkir sebagiamana dimaksud Pasal 5 angka I huruf j Peraturan Daerah ini, wajib menjaga ketertiban dan bertanggungjawab atas keamanan kendaraan beserta perlengkapannya apabila terjadi kehilangan dan atau kerusakan. BAB V PENYELENGGARA Pasal 14 (1) Penyelenggara terminal ialah Kepala Daerah atau Unit Kerja yang ditunjuk. (2) Penunjukan Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai Peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PIDANA

Pasa1 15 (1) Pelanggaran atas ketentuan Pasal 10, II dan Pasal 12 ayat (1), ayat (3) dan Pasal 13 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,- (tigajuta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB VII PENYIDIKAN Pasal 16 Pernyelidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini dilaksanakan: oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPN) dilingkungan Pemerintah Daerah. Pasal 17 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal16 Peraturan Daerah ini berwenang: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pacta huruf e Pasal ini; h. mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana, menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB VIII PENGAWASAN Pasal 18 Pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah ini menjadi wewenang Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomorll Tahun 1994 tentang terminal Penumpang di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta dinyatakan dicabut dan tidak diberlakukan lagi. Pasal20 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah; Pasal 21 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 14 Oktober 2000 WALIKOTA YOGYAKARTA R. WIDAGDO Disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta

dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor : 28/K/DPRD/2000 Tanggal : 14 Oktober 2000 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Yogyakarta Nomor : 1 Seri C Tanggal : 16 Oktober 2000 SEKRETARlS DAERAH KOTA YOGYAKARTA DRS. HARULAKSONO Pembina Tk. I NIP. 490013927 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG TERMINAL PENUMPANG I. PENJELASAN UMUM Kebutuhan masyarakat terhadap jasa angkutan terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Sarana yang diperlukan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan akan jasa angkutan tersebut perlu adanya terminal penumpang. Terminal penumpang merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi, serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Mengingat fungsinya yang demikian ini, terminal merupakan tempat berbaurnya penumpang yang memerlukan sarana transportasi, sehingga untuk menjamin ketertiban, keamanan dan kenyamanan dalam terminal perlu adanya pengaturan terminal. Pengaturan tentang terminal penumpang ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, dimana dalam Peraturan Pemerintah tersebut terminal dibedakan menjadi dua jenis yakni terminal penumpang dan terminal barang. Dengan adanya pembedaan tersebut, dalam peraturan daerah ini jenis terminal yang diatur adalah khusus terminal penumpang, sedangkan terminal barang ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal I s.d. Pasal 8.Cukup jelas. Pasal 9 ayat (1) : Cukupjelas. ayat (2) : Yang dimaksud dengan Pihak ketiga adalah Instansi atau Badan Usaha dan atau perseorangan yang berada di luar

organisasi Pemerintah Daerah antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Usaha Koperasi, Swasta Nasional atau Swasta Asing yang tunduk pada Hukum Indonesia. Pasal lo ayat (1) Trayek tetap dan teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan teratur dengan jadual tetap atau tidak berjadual. Trayek tetap dan teratur terdiri dari: 1. Trayek Antar Kota Antar Propinsi, yaitu trayek yang melalui lebih dari satu wilayah Propinsi. 2. TrayekAntar Kota Dalam Propinsi, yaitu trayek yang melalui Antar Daerah Kota/Kabupaten dalam satu wilayah Propinsi. 3. Trayek Kota, yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kota. 4. Trayek Perkotaan, yaitu trayek yang melalui suatu ke kawasan lain yang terletak dalam 2 (dua) atau lebih wilayah Kota dan Kabupaten yang dekatan merupakan satu kesatuan ekonomi dan sosial. 5. Trayek insidentil adalah trayek yang dapat diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki ijin trayek untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari ijin trayek yang dimiliki. Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah: 1. Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan untuk Trayek Antar Kota Antar Propinsi. 2. Gubemur untuk Trayek Antar Kota Dalam Propinsi dan Trayek Perkotaan. 3. Walikota untuk Trayek Kota. ayat (2) Yang dimaksud mobil bus dan atau mobil penumpang umum dalam kota adalah: 1. BusKota 2. Angkutan Kota ayat (3) dan ayat (4): Cukup jelas

Pasal ll s.d. Pasal 21 : Cukupjelas.