BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

dokumen-dokumen yang mirip
6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah sebagai fokus pendidikan nasional. sampai jenjang pendidikan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah No.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa. lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PAI MATERI PUASA MELALUI STRATEGI LEARNING TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

Mengingat : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENAG. Sekolah Menengah Agama. Katolik. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANAN PEMBIASAAN BERDOA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK DI KELOMPOK B TK RIA KARTINI PEWUNU KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, intelektual dan teknologi. Ini merupakan aset untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, di lembaga pendidikan formal maupun nonformal serta masyarakat.pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka mewujudkan 1

2 model PAK yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan peserta didik pada semua jenjang pendidikan. Dan untuk memenuhi tujuan dari pendidikan agama Kristen, maka dibutuhkan sekolah yang membentuk tenaga pendidik ataupun guru pengajar yang berkompeten di bidang agama salah satu contohnya adalah Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung. Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Tarutung adalah sebuah sekolah tinggi negeri yang terletak di kota Tarutung, kabupaten Tapanuli Utara (kampus 1) dan di kecamatan Sipoholon (kampus 2). Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung adalah Sekolah tinggi Agama Kristen Protestan pertama di Indonesia, di bawah naungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Departemen Agama atau Kementrian Agama Indonesia. (Dokumen STAKPN) Sejarah berdirinya STAKPN Tarutung berawal dari sekolah Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan (PGAKP).Sesuai dengan perkembangan zaman, Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan (PGAKP) terus mengalami perubahan untuk peningkatan sesuai dengan tuntutan zaman.pendidikan Guru Agama Kristen Protestan (PGAKP) berubah menjadi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan Pendidikan Agama Kristen (LPTK-PAK) Negeri.Selanjutnya Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan Pendidikan Agama Kristen (LPTK-PAK) Tarutung meningkat menjadi Akademi Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan disingkat dengan APGAKP Negeri Tarutung. Dan pada tahun 1999 STAKPN Tarutung

3 berdiri sebagai jawaban atas kebutuhan untuk peningkatan dibidang pendidikan dalam rangka pemberdayaan peserta didik, pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan serta pemenuhan kebutuhan Gereja/Umat Kristen Protestan dalam bidang keagamaan (rohaniwan). Keinginan itu terwujud dengan terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 1999, tanggal 3 Maret 1999, tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung. Surat Keputusan tersebut ditindaklanjuti dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 83 Tahun 1999 tanggal 29 Maret 1999, tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung. Pada Tanggal 29 Mei 1999 Menteri Agama RI meresmikan STAKPN Tarutung yang bertempat di Gedung Kesenian/Sopo Partungkoan Tarutung.Peresmian ini dihadiri Bupati dan unsur Muspida Tapanuli Utara, pimpinan instansi pemerintah dan swasta, pimpinan gereja, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat Tapanuli Utara. (dokumen STAKPN Tarutung) Kehadiran STAKPN Tarutung merupakan wujud nyata dari harapan dan doa umat Kristen yang sudah lama mendambakan kehadiran sebuah Perguruan Tinggi Agama Kristen dengan status Negeri. STAKPN Tarutung hadir untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi hamba Tuhan yang setia, memiliki kedewasaan dan ketangguhan iman, berwawasan oikumenis, mampu menguasai ilmu sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari dan program studi yang diikuti dan ilmu penetahuan lainnya yang terkait, serta mampu mengembangkan dan

4 memanfaatkannya untuk pelaksanaan tugas pelayanan gereja maupun tugas pengabdiannya di berbagai bidang kehidupan. Kehadiran STAKPN Tarutung melaksanakan pelayanan dibidang pendidikan tinggi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempersiapkan lulusan yang berkualitas, mandiri, kreatif, inovatif, dan mempunyai kerinduan melayani untuk mewujudkan masyarakat yang maju, sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Dalam melaksanakan kegiatanyan memiliki strategi pengembangan jangka pendek dan jangka panjang untuk mengelola secara efektif kesempatan dan tantangan yang dihadapi. Dengan melihat uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut, untuk itulah penulis tertarik mengangkat judul Sejarah Perkembangan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung 1999-2013 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipapakarkan diatas maka dapat dikemukakan suatu identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Sejarah berdirinya Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung. 2. Perkembangan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung (1999-sekarang).

5 C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dititikberatkan pada masalah Sejarah berdiri dan berkembangnya Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung (1999-2013). D. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan kelanjutan uraian pendahuluan. Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah yakni : 1. Bagaimana sejarah berdirinya Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung? 2. Bagaimana perkembangan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung (1999-2013) E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung. 2. Untuk mengetahui perkembangan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung (1999-sekarang)

6 F. Manfaat penelitian Apabila tujuan telah tercapai maka dipastikan hal tersebut bermanfaat bagi penulis maupun orang lain juga lembaga Departemen dalam lembaga pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang sejarah berdirinya Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung 2. Sebagai bahan perbandingan untuk mahasiswa atau peneliti lainnya khusus dalam meneliti yang sama pada lokasi yang berbeda 3. Sebagai pengabdian dan pengembangan keilmuan penulis khususnya dalam bidang penelitian 4. Sebagai perbendaharaan perpustakaan jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Medan (UNIMED)