Meningkatkan Efektifitas Karburisasi Padat pada Baja Karbon Rendah dengan Optimasi Ukuran Serbuk Arang Tempurung Kelapa

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WAKTU TAHAN PROSES PACK CARBURIZING

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Oleh : Hafni. Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang. Abstrak

Campuran Arang Tempurung Kelapa Bekas dan Arang Tempurung Kelapa Baru untuk Media Karburasi Baja Karbon Rendah

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN PROSES PACK CARBURIZING PADA BAJA KARBON RENDAH DI TINJAU DARI STRUKTUR MIKRO

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Meningkatkan Efektivitas Arang Bakau Pada Proses Karburising Padat Baja Karbon Rendah Menggunakan Barium Karbonat

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education v10.i1 (1-9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Efektivitas Arang Bakau Pada Proses Karburising Padat Baja Karbon Rendah Menggunakan Barium Karbonat

PENGARUH KOMPOSISI ARANG AKTIF DAN KALSIUM KARBONAT PADAPACK CARBURIZINGTERHADAP MICROSTRUCTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEK PERSENTASE BARIUM KARBONAT DENGAN ARANG TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KEKERASAN BAJA KARBON AISI 2015

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

PENGARUH KARBURISASI PADAT DENGAN KATALISATOR CANGKANG KERANG DARAH (CaCO2) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KEASUHAN BAJA St 37

Gambar 4. Pemodelan terjadinya proses difusi: (a) Secara Interstisi, (b) Secara Substitusi (Budinski dan Budinski, 1999: 303).

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

ANALISIS PENGARUH MEDIA PACK CARBURIZING TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN SPROKET SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1 dan Sigit Budi Harton 2

APLIKASI SERBUK ARANG TONGKOL JAGUNG DAN SERBUK CANGKANG KERANG MUTIARA SEBAGAI MEDIA CARBURIZER PROSES PACK CARBURIZING BAJA KARBON RENDAH

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

: MES 313 (2 SKS TEORI + 1 SKS PRAKTIK)

PENGARUH TINGKAT KEKERASAN DAN KEDALAMAN DIFUSI KARBON PADA BAJA ST 42 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

PAHAT DARI BAJA KARBON RENDAH YANG DIKARBURISING PADAT (Tool from Pack Carburized Low Carbon Steel) Arianto Leman S.

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

UNIVERSITAS MERCU BUANA

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

PERLAKUAN PACK CARBURIZING PADA BAJA KARBON RENDAH SEBAGAI MATERIAL ALTRENATIF UNTUK PISAU POTONG PADA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA.

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI ARANG KAYU SENGON NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU JATI NASKAH PUBLIKASI

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

Katalisator Cangkang Keong Mas Terhadap Sifat Mekanik Baja ST42 Melalui Proses Kaburasi

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penambahan karbon yang disebut carburizing atau karburasi, dilakukan dengan

PENGARUH KARBURISASI RODA GIGI SPROCKET ASPIRA DENGAN AHM TERHADAP PERUBAHAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH VARIASI MASSSA SERBUK ARANG DAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA PROSES KARBURASI TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON SEDANG

ANALISA PENGARUH VARIASI KATALIS BaCO3, NaCO3 dan CaCO3 PADA PROSES KARBURASI BAJA KARBON SEDANG DENGAN PENDINGINAN TUNGGAL

PENGARUH KETEBALAN MEDIA KARBURASI PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA KARBON RENDAH

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH DENGAN PERLAKUAN CARBURIZING ARANG TEMPURUNG KELAPA

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBURISING DENGAN BAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

STUDI PENINGKATAN SIFAT MEKANIS SPROKET IMITASI SUPRA 125 DENGAN SISTIM PACK KARBURISING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

PENINGKATAN KEKERASAN DENGAN METODA KARBURISASI PADA BAJA KARBON RENDAH (MEDAN) DENGAN MEDIA KOKAS

ANALISA KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA AISI 1018 AKIBAT PROSES PACK CARBURIZING DENGAN VARIASI KONSENTRASI SERBUK CANGKANG KEONG EMAS

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU JATI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun : YOGI KUNCORO NIM : D

Meningkatkan kekerasan permukaan sparepart lokal kendaraan bermotor dengan cara Karburasi Cair ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL PRAKTIKUM BAHAN TEKNIK 2

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

ANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP SIFAT KEKERASAN DENGAN REFINING THE CORE PADA PROSES CARBURIZING MATERIAL BAJA KARBON RENDAH. Darmanto * ) Abstrak

PENGARUH TYPE PENGERASAN TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, KEDALAMAN DIFUSI DAN STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON RENDAH (MILD STEEL) YANG TELAH DIKARBURISASI

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBURISING DENGAN BAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

Karakterisasi Material Sprocket

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH DENGAN PERLAKUAN CARBURIZING ARANG BAMBU

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

Proses Pack Carburizing dengan Media Carburizer Alternatif Serbuk Arang Tongkol Jagung dan Serbuk Cangkang Kerang Mutiara

PENGARUH KETEBALAN MEDIA KARBURASI PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA KARBON RENDAH

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PROSES NITRIDASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN FCD 700 DENGAN MEDIA NITRIDASI UREA

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

TESIS. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik Mesin pada Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON ST 40 DENGAN METODE NITRIDASI DALAM LARURATAN KALIUM NITRAT

Transkripsi:

Meningkatkan Efektifitas Karburisasi Padat pada Baja Karbon Rendah dengan Optimasi Ukuran Serbuk Arang Tempurung Kelapa Mujiyono dan Arianto Leman Sumowidagdo Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Email: mujiyonouny@yahoo.com ABSTRAK Karburising padat merupakan metode karburisasi yang paling sederhana, yaitu menggunakan serbuk arang sebagai penambah unsur Karbon. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan efektivitas hasil proses karburising yang menggunakan serbuk arang tempurung kelapa pada Baja Carbon Rendah. Arang tempurung kelapa dibuat serbuk dan diayak dengan ukuran butir,, 279, 6, 85 dan µm. Benda uji yang digunakan adalah baja karbon rendah dengan kandungan,82% C. Proses karburising padat dilakukan pada suhu 85 C selama 4 jam. Proses pengerasan dilakukan dengan memanaskan ulang benda uji pada suhu 85 C, ditahan 5 menit, kemudian dicelup ke dalam air bersuhu 28 C. Struktur Martensit yang terbentuk diamati dengan mikroskop dan diuji dengan Micro Vickers Hardness Tester. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa serbuk tempurung kelapa dengan ukuran antara hingga 6 µm efektif digunakan untuk proses karburising padat pada Baja Karbón Rendah. Dengan waktu tahan karburising selama 4 jam, maka akan terjadi difusi Karbón hingga kedalaman 1 µm dan kekerasan permukaan baja dapat meningkat hingga % dari kekerasan semula. Kata kunci: Kaburising padat, difusi karbon, ukuran serbuk arang, Martensit. ABSTRACT Pack carburizing is the simplest method of carburizing process that use charcoal powder as carbon element adder. The research target is to increase the effectiveness of charcoal powder as pack carburizing media. Coconut shell charcoal was made into powder then sifted with size of,, 279, 6, 85 and µm. Specimens were Low Carbon Steel which contain,82 % C. The pack carburizing process was conducted for 4 hours at 85 C. The hardening process was done by reheating at 85 C with 5 minutes holding time and quenched into water of 28 C to form Martensite structure that was observed by optic microscope and Micro Vickers Hardness Tester. The conclusion of the research are that until 6 µm powder size of coconut shell charcoal can use to pack carburizing media. With 4 hours for pack carburizing process, case depth of carbon diffusion on surface specimen is about 1 µm and surface hardness specimen increase % to base material Keywords: Pack carburizing, carbon diffusion, charcoal powder size, Martensite. PENDAHULUAN Karburising adalah sebuah proses penambahan unsur Karbon pada permukaan logam dengan cara difusi untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanisnya. Pada umumnya proses karburisasi diikuti dengan perlakuan Pendinginan Cepat (quenching) untuk meningkatkan kekerasannya sehingga permukaan logam menjadi lebih tahan aus [1]. Metode proses ini dibedakan menurut media karburasinya yaitu gas, cair dan padat. Proses karburisasi telah dikembangkan sedemikian rupa menggunakan teknologi canggih, misalnya metode karburisasi cair sistem vakum untuk pembuatan roda gigi helix [2]. Namun demikian, karburisasi padat yang merupakan metode yang paling sederhana masih digunakan pada industri-industri kecil di Indonesia. Misalnya untuk penyepuhan pisau yang memanfaatkan arang baterai bekas [3]. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperbaiki proses karburisasi padat dengan menambahkan energizer atau bahan pengaktif seperti Barium Karbonat [4,5], Natirum Karbonat [6,7] dan Kalsium Karbonat [8]. Bahan pengaktif tersebut akan mempercepat terbentuknya gas CO yang dibutuhkan untuk proses difusi Karbon pada permukaan Baja Karbon Rendah. Usaha lain yang belum diteliti adalah penggunaan ukuran butir serbuk media karburasi yang optimal. Pada metode karburisasi padat, komponen yang akan dikarburisasi ditempatkan dalam kotak yang berisi media penambah unsur karbon atau media 8

Mujiyono, Meningkatkan Efektifitas Karburisasi Padat pada Baja Karbon karburasi, kemudian dipanaskan pada suhu austenisasi (842 953 C). Akibat pemanasan ini, media karburasi akan teroksidasi menghasilkan gas CO2 dan CO [9]. Gas CO akan bereaksi dengan permukaan baja membentuk atom Karbon yang kemudian berdifusi ke dalam baja mengikuti persamaan: 2CO + Fe Fe (C) + CO2 (1) Gas CO2 ini sebagian akan bereaksi kembali dengan karbon dari media karburasi membentuk CO dan sebagian lagi akan menguap. Ini berarti bahwa Oksigen harus tersedia cukup dalam kotak agar proses dapat berlangsung dengan baik. Media karburasi yang berbentuk serbuk akan memunculkan rongga-rongga di dalam kotak. Semakin besar ukuran serbuk maka semakin besar rongganya, namun akan semakin sedikit kontak antara media karburasi dengan permukaan komponen. Ukuran serbuk yang besar juga akan mengurangi efektifitas proses karburisasi padat, terutama jika komponen yang dikarburisasi memiliki bentuk yang rumit. Di sisi lain, semakin kecil ukuran serbuk semakin kecil rongganya sehingga mengurangi jumlah Oksigen dalam kotak. Bagaimanapun juga, rongga ini diperlukan untuk menjamin pergerakan gas-gas yang muncul selama proses di dalam kotak. Oleh sebab itu, ukuran butir serbuk yang efektif pada proses karburising padat perlu ditentukan agar proses menjadi optimal. Penyiapan Bahan METODE PENELITIAN Bahan untuk karburising padat dibuat dari arang tempurung kelapa yang digiling dengan blender menjadi serbuk. Selanjutnya diayak berturutturut mulai dari ayakan dengan ukuran mesh 1, 6, 5, 3, 2, dan 1 sehingga diperoleh serbuk dengan ukuran butir,, 279, 6, 85 dan µm. Penyaringan dengan mesh 1 menghasilkan serbuk arang dengan ukuran butir µm, mesh 6 menghasilkan ukuran butir µm dan seterusnya. Sedang Baja Karbon Rendah yang digunakan merupakan batang lonjoran dengan penampang lingkaran berdiameter 22 mm dan setelah diuji di PT. Itokoh Ceperindo, Klaten ternyata memiliki komposisi kimia seperti pada Tabel 1. Bahan baja tersebut dibubut sehingga diameternya menjadi 2 mm, kemudian dipotong menjadi benda uji dengan tebal 1 mm. Selanjutnya, permukaan benda uji diamplas secara bertahap mulai dari amplas nomor, 24,, 6, 8, 1 dan, serta dipoles dengan Batu Langsol sehingga diperoleh permukaan yang bersih dan halus. Untuk masing-masing variabel ukuran serbuk arang, disiapkan 3 buah replikasi benda uji. Prosedur Pengujian Benda uji diletakkan dalam media karburasi pada pipa baja berdiameter 76,2 mm yang bagian bawah dan atasnya ditutup campuran pasir semen. Proses karburisasi dilakukan pada Dapur Pemanas Wilmonn dengan siklus seperti pada Gambar 5. Proses pengerasan dilakukan dengan memanaskan kembali benda uji pada suhu 85 C, ditahan selama 5 menit, kemudian seluruh benda uji dicelup secara bersamaan ke dalam air bersuhu 28 C. T ( C) 85 C 45 24 Didinginkan di udara terbuka Gambar 1. Siklus pemanasan proses karburising t (menit) Perubahan fasa akibat perlakuan karburisasi dan pengerasan diamati menggunakan Mikroskop Optik Olympus. Tebal lapisan difusi (case depth) yang diperoleh dari hasil proses karburisasi ditentukan melalui pengukuran kekerasan dari tepi benda uji menggunakan Micro Vickers Hardness Tester Shimadzu HMV-2 dengan beban penekanan 1 kg. Sesuai dengan metode yang dikemukakan oleh Budinski [9] untuk mengukur case depth dapat menggunakan indikator perubahan kekerasan permukaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Karburisasi Waktu proses karburisasi 4 jam menghasilkan proses difusi Karbon ke permukaan baja cukup dalam, tetapi belum maksimal karena bila ada penambahan waktu terjadi kedalaman difusi yang Tabel 1. Komposisi Kimia Baja Carbon Rendah. Unsur Fe C Si Mn P S Komposisi (%berat) 99,4,82,67,475,16,18 Unsur Ni Cr Mo Cu Nb V W Komposisi (%berat),134,72,4,27,1,1,6 9

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 8: 8 14 meningkat [5,7,8]. Pemilihan waktu proses karburisasi 4 jam dengan asumsi jumlah atom Karbon yang terdifusi ke permukaan benda uji sudah cukup, namun tidak mencapai maksimal. Hal ini dimaksudkan agar perubahan yang terjadi sebagai akibat perbedaan ukuran butir arang tempurung kelapa dapat diamati. Air dipilih sebagai media pendingin untuk menjamin terbentuknya struktur Martensit yang keras sehingga diperoleh perubahan kekerasan pada permukaan komponen secara signifikan. Setelah pencelupan suhu air ternyata naik menjadi 3 C. Hal ini berarti jumlah air yang digunakan sudah mencukupi untuk pengerasan. Desain kotak karburisasi pada penelitian ini dapat menahan udara masuk ke dalam media karburasi dan mengurangi terjadinya proses oksidasi sehingga proses pembentukan gas CO lebih efektif. Hal ini menunjukkan bahwa disain tabung yang ditutup dengan pasir semen cukup efektif untuk proses karburasasi padat sehingga menghasilkan benda uji bersih dari kerak dan tidak berwarna hitam. Arang dalam kotak karburising masih berwarna merah walaupun dibuka setelah 3 menit dari dapur pemanas. Fenomena ini menunjukkan energi panas yang tersimpan di dalam tabung masih tinggi sehingga terjadi proses oksidasi ketika bersentuhan dengan udara. Pada serbuk dengan ukuran butir 6 µm, ketika benda uji dikeluarkan dari media karburasi permukaannya sedikit teroksidasi oleh udara luar akibat tingginya energi panas dalam kotak karburisasi seperti terlihat pada Gambar 2c. Pengamatan Struktur Mikro Setelah melalui proses karburisasi dan pengerasan, benda uji diamati struktur mikronya menggunakan mikroskop optik sebagaimana Gambar 3. Struktur Martensit terbentuk pada permukaan hingga kedalaman antara 11-1 µm seperti terlihat pada Gambar 3a dan 3b. Batas antara struktur Martensit dan Ferit terlihat pada Gambar 3c, menunjukkan batas difusi Karbon ke Baja Karbon Rendah. Setelah tidak ada difusi Karbon, struktur mikro yang terbentuk adalah Ferit walaupun sudah mengalami proses pengerasan. Hal ini terjadi karena kurangnya Karbon yang terjebak di sel satuan Body- Centered Cubic (BCC) sehingga tidak dapat membentuk Martensit. Pada temperatur di atas Garis A2 dalam Diagram Fasa Fe-C, yaitu garis batas perubahan fasa dari Ferit berubah menjadi Austenit yang mempunyai sel satuan Face-Centered Cubic (fcc) dengan daya larut Karbon hingga,8%. Pendinginan hingga di bawah Temperatur Austenisasi, terjadi perubahan fase dari Austenit ke Ferit yang mempunyai sel satuan BCC dengan daya larut Karbon hanya,25%. Pendinginan yang lambat memberikan kesempatan pada Karbon keluar dari sel FCC sehingga perubahan ke sel BCC berjalan dengan baik sedangkan Karbon yang keluar membentuk Karbida Besi Fe3C. Tetapi sebaliknya, pendinginan cepat akan mengakibatkan perubahan fase dari FCC ke BCC juga sangat cepat sehingga karbon tidak sempat keluar dan terjebak di dalam sel BCC karena daya larut terhadap Karbon lebih kecil dibanding FCC. Hal Gambar 2. Hasil karburising dengan ukuran serbuk arang tempurung kelapa: (a) ; (b) 85; (c) 6; (d) 279; (e) ; dan (f) µm. 1

Mujiyono, Meningkatkan Efektifitas Karburisasi Padat pada Baja Karbon ini berakibat pada terbentuknya struktur sel BCC yang terdeformasi oleh atom Karbon. Struktur baru ini adalah Martensit dengan sifat sangat keras tetapi getas. Apabila kandungan Karbon kurang dari,25 %, Martensit tidak akan terbentuk meskipun sudah di didinginkan cepat karena semua Karbon yang ada dalam Austenit masih dapat larut dalam Ferit. Bahan logam awal (base material) yang mempunyai kandungan karbon,82% tidak terbentuk fasa Martensit meskipun sudah mengalami pendinginan cepat, tetapi didominasi oleh Ferit. Pada kedalaman lebih besar dari 13 µm tidak tampak fasa Martensit tetapi hanya Ferit saja karena kandungan karbonnya kurang dari,25 % seperti terlihat pada Gambar 2d. Hal ini mengindikasikan bahwa difusi Karbon dari proses karburisasi tidak sampai pada kedalaman ini sehingga tidak terbentuk Martensit, konsekuensinya mempunyai sifat ulet pada bagian dalam dan keras pada bagian permukaan. Komposisi ini dapat menghasilkan komponen yang ulet tetapi tahan aus. Tebal Lapisan Difusi (Case Depth) Uji kekerasan menggunakan Microhardness Vickers Tester Shimadzu HMV-2 untuk mengetahui kedalaman lapisan keras struktur martensit yang terbentuk akibat proses karburisasi dan pengerasan. Struktur Martensit ini mengindikasikan kedalaman difusi Karbon, karena sebelum di karburisasi, baja dengan kandungan Karbon,82%, tidak dapat membentuk Martensit sehingga pada kedalaman tertentu terjadi perbedaan kekerasan. Base material yang tidak dikarburising memiliki kekerasan yang hampir sama baik di permukaan maupun di kedalaman tertentu meskipun sudah di keraskan karena tidak terbentuk martensit. Ukuran butiran serbuk arang mempunyai pengaruh terhadap difusi Karbon ke dalam permukaan bahan seperti terlihat pada Gambar 4. Semakin dalam, kekerasannya menurun karena jumlah Karbon yang berdifusi semakin sedikit. Pada kedalaman lebih dari 13 µm, tidak terjadi perbedaan kekerasan dengan base material yang mengindikasikan tidak ada penambahan Karbon selama proses karburasi sehingga tidak dapat membentuk Martensit lagi. Data hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ukuran butir serbuk arang yang digunakan untuk media karburisasi berpengaruh terhadap difusi Karbon kedalam Baja Karbon Rendah. Waktu tahan (soaking) yang digunakan untuk proses karburisasi adalah 4 jam dengan case depth mencapai 1 µm. Peningkatan kekerasan permukaan antara 34 sampai 429 VHN atau 178 % sampai dengan % dari kekerasan base material 122 VHN. (a) Martensit di permukaan (b) Martensit pada kedalaman ± µm (c) Batas martensit dan ferit pada kedalaman 13 µm (d) Ferite pada kedalaman lebih dari µm Gambar 3. Struktur Mikro Hasil Karburisasi dan Pengerasan 11

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 8: 8 14 45 3 Mesh 1 45 3 Mesh 2 1 5 R 2 =.87 1 5 R 2 =.79 (a) Ukuran serbuk µm (mesh 1) (b) Ukuran serbuk 85 µm (mesh 2) 45 3 1 5 Mesh 3 R 2 =.96 45 3 1 5 µ Mesh 5 R 2 =.98 (a) Ukuran serbuk 6 µm (mesh 3) (b) Ukuran serbuk 279 µm (mesh 5) 5 45 3 1 5 Mesh 6 R 2 =.95 45 3 1 5 µ Mesh 1 R 2 =.89 (a) Ukuran serbuk µm (mesh 6) (b) Ukuran serbuk µm (mesh 6) Gambar 4. Case Depth Hasil Karburisasi 12

Mujiyono, Meningkatkan Efektifitas Karburisasi Padat pada Baja Karbon 5 45 3 1 5 Grafik kekerasan terhadap kedalaman dari permukaan 85 µm µm 6 µm µm µm Tanpa karburising 279 µm Jarak dari tepi (µm) Gambar 5. Perbandingan Ukuran Butir Serbuk Terhadap Case Depth Serbuk berukuran, 279, 6, 85 dan µm mempunyai ukuran yang seragam (monomize), tetapi serbuk berukuran µm tidak monomize. Kondisi ini disebabkan oleh metode penyaringan bertingkat mulai dari ayakan ukuran mesh 1. Sisa serbuk arang yang tidak lolos disaring kembali dengan ayakan mesh 6 dan seterusnya. Akibatnya untuk serbuk yang lolos ayakan mesh 1 tidak monomize karena serbuk yang lolos terdiri dari serbuk yang masih dapat lolos ayakan mesh 1,, 3 dan seterusnya. Tetapi untuk serbuk yang lolos ayakan ukuran mesh 1 sampai dengan 6 dapat dipastikan mempunyai ukuran yang relatif seragam karena serbuk yang lolos berukuran sesuai lubang ayakan sehingga tidak mungkin lebih besar karena akan tertahan sedangkan yang lebih kecil sudah lolos pada pengayakan sebelumnya. Karburisasi dengan ukuran serbuk arang, 85 dan µm memberikan case depth antara 11 1 µm yang berarti lebih rendah bila dibandingkan dengan ukuran serbuk, 279 dan 6 µm yaitu antara 13 1 µm. Difusivitas Karbon ke dalam Baja Karbon Rendah, meningkat mulai dari ukuran serbuk dan 85 µm ke ukuran serbuk 6 dan 279 µm. Pada ukuran serbuk µm difusivitas Karbon mulai menurun dan ukuran serbuk µm memberikan difusivitas terendah (Gambar 5). Serbuk arang tempurung kelapa berukuran 6 sampai µm relatif lebih efektif untuk media karburasi. Hal ini disebabkan oleh faktor luas permukaan kontak serbuk dengan benda uji dan kelancaran pergerakan Oksigen diantara celah-celah serbuk media karburasi. Serbuk berukuran dan 85 µm mempunyai sirkulasi Oksigen yang sangat baik, tetapi luas permukaan kontak antara media karburasi dan benda uji lebih rendah dibanding serbuk berukuran 6, 279 dan µm. Serbuk dengan ukuran butir µm mempunyai difusivitas Karbon terendah karena pergerakan gas di antara butiran-butiran serbuk arang tidak bagus akibat celah yang sangat sempit, walaupun luas permukaan kontaknya paling besar. Di sisi lain, pada serbuk µm ukurannya tidak monomize, di dalamnya masih terdapat serbuk-serbuk arang yang ukurannya lebih kecil sehingga celah-celah di antara serbuk semakin sempit. Akibatnya pergerakan oksigen dalam kotak semakin terbatas. Pengamatan lebih lanjut terhadap Gambar 5, ukuran serbuk 6 µm memberi hasil sedikit lebih baik dari pada serbuk ukuran 279 dan µm. Ini sesuai dengan pembahasan di atas bahwa energi dalam kotak untuk media karburasi ukuran 6 µm cukup tinggi, terbukti benda uji sedikit mengalami oksidasi ketika dikeluarkan dari kotak KESIMPULAN Serbuk tempurung kelapa dengan ukuran antara hingga 6 um dapat digunakan untuk proses karburisasing padat pada Baja Karbon Rendah. Dengan waktu karburisasi padat selama 4 jam, maka akan terjadi difusi Karbon hingga kedalaman 1 µm dan kekerasan permukaan baja meningkat % dari kekerasan semula DAFTAR PUSTAKA 1. Rajan, T.V., Sharma, C.P., dan Sharma, A., Heat Treatment Principles and Techniques, revised edition, Prentice Hall of India, New Delhi, India, 1997. 2. Poor, R., dan Verhoff, S., New Technology is The Next Step In Vacuum Carburizing, Surface Combution Inc., Maumee, Ohio, USA, Industrial heating oktober 2. 3. Arbintarso, E., Penggunaan media arang baterai untuk meningkatkan kualitas karbonisasi pada industri pembuatan pisau, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 3, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, 18 Oktober 3. 4. Suryanto, H., Malau, V., dan Samsudin, Pengaruh Penambahan Barium Karbonat pada Media Karburasi terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah, Proceeding Seminar Nasional Teknik Mesin 3, Universitas Brawijaya, Malang, Oktober 3. 5. Tiwan dan Mujiyono, Pengaruh Penambahan Barium Karbonat (BaCo3), Temperatur Dan Lama Pemanasan Terhadap Peningkatan Kekerasan Baja Karbon Rendah Pada Proses Karburising Dengan Media Serbuk Tempurung Kelapa, Laporan Penelitian, FT-UNY, Yogyakarta, 5. 13

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 8: 8 14 6. Sudarsono., Ferdian, D., dan Soedarsono, J.W., Pengaruh Media Celup dan Waktu Tahan Pada Karburasi Padat Baja AISI SAE 1522, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 3, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, 18 Oktober 3. 7. Mujiyono dan Soemowidagdo, A.,L., Pemanfaatan Natrium Karbonat Sebagai Energizer Pada Proses Karburising Untuk Meningkatkan Kekerasan Baja Karbon Rendah, Laporan Penelitian, FT- UNY, Yogyakarta, 5. 8. Soemowidagdo, A,.L., Kalsium Karbonat Sebagai Energizer Pada Proses Karburising Untuk Meningkatkan Kekerasan Baja Karbon Rendah, Laporan Penelitian, FT-UNY, Yogyakarta, 5. 9. Budinski, G., dan Budinski., K., Engineering Materials-properties and selection, 6th edition, Prentice Hall International, Inc., New Jersey, USA 1999. 14