BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH,

GUBERNUR BENGKULU. atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

MENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/312/KEP/ /2016

Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR &S TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

P R O G R A M K E R J A P R O P I N S I J A W A T I M U R TAHUN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

G U B E R N U R JAMB I

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

KEWARGANEGARAAN. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NASKAH SOSIALISASI PERAT A URAN A B ERSAM A A

BAB IV ANALISIS. Karenakerukunanmempertemukanunsur-unsur yang berbeda, sedangkantoleransimerupakansikapataurefleksi.tanpakeruknan,

BAB I PENDAHULUAN. Negara tercinta Indonesia mempunyai berbagai macam agama yakni Islam,

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

Makalah Pendidikan Pancasila

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

BAB III DATA DEMOGRAFI PENELITIAN. banyaknya curah hujan 0,36 mm/tahun serta merupakan dataran rendah.

BAB II KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAHAN TAYANG MODUL 9

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Penyebab Terjadinya Konflik Pendirian Rumah Ibadah. pendirian rumah ibadat yang tidak memenuhi syarat.

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

Pentingnya Toleransi Beragama dalam Menjaga Ketahanan dan Persatuan Bangsa 1. Prof. Dr. Musdah Mulia 2

INTERVIEW GUIDE KUESIONER UNTUK PENGURUS FKUB KOTA MEDAN PROFIL RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

RUU KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Naskah Sekretariat DPR RI) Dr. Rudi Subiyantoro, M.Pd PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk

GUBERNUR JAWA TIMUR K E P U T U S A N G U B E R N U R J A W A T I M U R NOMOR 188/57/KPTS/013/2007 T E N T A N G P R O V I N S I J A W A T I M U R

SAMBUTAN MENTERI AGAMA

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN BREBES. A. Visi dan Misi Kantor Departemen Agama Kabupaten Brebes

TUGAS AKHIR PANCASILA BUKAN AGAMA

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 412 /KPTS/013/2016 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 66 /KPTS/013/2013 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, maka menimbulkan pandangan hidup yang berbeda pula. Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 27 /KPTS/013/2016

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara intern maupun ekstern, oleh karena itu, telaah ulang dan reformasi pemahaman terhadap sikap dan pemaknaan manusia terhadap agama dan kehidupan perlu di kedepankan. Kehidupan dimasa depan, globalisasi sebagai karakteristiknya, telah mengantarkan umat manusia pada kehidupan yang menitikberatkan mereka untuk saling bekerjasama disuasana yang penuh kesetaraan. Perbedaan pendapat yang melahirkan konflik, selain bertentangan dengan jiwa dan nilai-nilai universal dari nilai-nilai agama, juga tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Alih-alih menyelesaikan persoalan dengan tuntas, kekerasan akan menyulitkan atau menimbulkan konflik-konflik berikutnya. Kepedulian dan tuntutan akan kehidupan yang penuh kedamaian dan kesejahteraan serta lingkungan yang lestari, merupakan dambaan setiap manusia dan masyarakat yang berperadaban. Tuntutan akan hal ini merupakan suatu keniscayaan, sebab perdamaian sangat dibutuhkan dalam pengembangan peradaban manusia. Maka studi agama sangat penting untuk mengembangkan pemahaman dan menekankan akan persamaan nilai luhur pada setiap agama dengan teologi yang lebih peduli dengan persoalan-persoalan lingkungan hidup,

2 etika sosial dan masa depan kemanusiaan yang menonjolkan sisi kesadaran spritualitas. Studi agama juga perlu menolak absolutisme, namun justru sebaliknya perlu mengembangkan deabsolutizing truth atau reatively absolute. 1 Kehidupan beragama di Indonesia tercermin dalam eksistensi enam agama besar (Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu). Agama-agama itu merupakan potensi dan kekayaan yang utama bagi pembinaan mental dan spiritual bangsa. Karena setiap agama mengajarkan umatnya untuk hidup rukun. 2 Kerukunan merupakan nilai yang terdapat dalam setiap ajaran agama maupun aktivitas sosialnya. Kerukunan merupakan nilai yang universal dan setiap manusia harus dan memiliki kepentingan untuk merealisasikan kerukunan tersebut. Oleh sebab itu, semua manusia lewat agamanya berusaha untuk mengadakan kerjasama, baik intern maupun ekstern demi mewujudkan kerukunan umat beragama. Kerukunan umat beragama merupakan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan 1 Kamaruddin Hidayat dan Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan; Perspektif Filsafat Perennial (Jakarta: Paramadina, 1995) 117-118. 2 Sudjangi, Profil Kerukunan Hidup Umat Beragama, Seri 2 (Jakarta: Depertemen Agama RI, 1996), 38.

3 bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. 3 Dalam mewujudkan kerukunan umat beragama, pemerintah menerbitkan Peraturan Bersama Mentri Agama dan Mentri Dalam Negeri Nomor: 9 dan 8 tahun 2006 tanggal 21 Maret 2006, tentang pelaksanaan tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadah. 4 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kota Pekanbaru dibentuk atas dasar peraturan bersama diatas, FKUB ini berusaha untuk merajut dan menjaga kerukunan antar umat beragama di Kota Pekanbaru. Peran dan fungsi FKUB sangat diperlukan dalam pembangunan sekarang ini. Kota Pekanbaru merupakan Ibu Kota Provinsi Riau yang memiliki keragaman etnis, budaya dan bahasa, ini semua tentu saja diiringi oleh beragamnya agama (Islam, Kristen Kahtolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu). Mayoritas penduduk Kota Pekanbaru bearagama Islam dan selebihnya beragama Kristen Khatolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Dengan latar belakang agama masyarakat yang berbeda ini sangat besar peluangnya akan terjadi gesekan atau konflik. Oleh sebab itu, pemerintah membentuk FKUB untuk mengatasi dan mencegah terjadinya konflik atau gesekan tersebut. 3 Peraturan bersama mentri agama dan mentri dalam negri nomor 9 dan 8 tahun 2006 (Pekanbaru: Forum Kerukunan Umat Beragama, 2012), III. 4 Ibid.

4 Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti persoalan tersebut, dan ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi dengan judul PERANAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERGAMA (FKUB KOTA PEKANBARU) DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KOTA PEKANBARU. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Peranan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB Kota Pekanbaru) dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di Kota Pekanbaru? 2. Apa saja kendala yang dihadapi FKUB Kota Pekanbaru dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di Kota Pekanbaru? 1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana peranan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB Kota Pekanbaru) dalam mewujudkan kerukunan Umat beragama di Kota Pekanbaru. b. Untuk mengetahi kendala yang dihadapi FKUB Kota Pekanbaru dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di Kota Pekanbaru.

5 1.3.2. Kegunaan Penelitian a. Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiaran terhadap perkembangan teori-teori dan khasanah tentang konsep-konsep ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi khususnya sosiologi agama. b. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi pengambil kebijakan dalam membina kehidupan antar umat beragama dan juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam membina kerukunan umat beragama. 1.4 Kerangka Teoretis Cara memahami keberagamaan sebagai energi pemberdayaan dan demokrasi masyarakat memiliki teori pada pemikiran Peter Berger dan Richar Neuhauss mediating structures atau peran institusi-institusi mediasi dalam proses pemberdayaan dan demokrasi. 5 Mereka sepakat bahwa insitusi-institusi mediasi yang konkrit dapat meliputi kelompok ketetanggaan, agama, etnis, keluarga dan kelompok keswadayaan (termasuk kelompok kepentingan) dapat dimanfaatkan sebagai proses pemberdayaan ( empowering) masyarakat dalam rangka menghadapi realitas makro atau kebijakan publik. Individu-individu akan merasa tidak berdaya ( powerless) dalam menyalurkan aspirasinya bila berdiri sebagai person dalam menghadapi negara dan kebijakan-kebijakannya yang 5 Peter Berger dan Richard J Neuhauss, To Empower People: The Role of Mediating Structures in Public Policy, (American Enterprise Institute For Public Policy Research, Wasingthon), 19.

6 impersonal. Mereka akan merasa lebih berdaya kalau menyalurkan kepentingannya lewat institusi-institusi mediasi karena dalam institusi itu sifat personal masih diakui atau masih ada pengakuan terhadap identitas person, sedangkan realitas publik sangat impersonal. Berdasarkan kerangka berfikir seperti itu, maka elemen-elemen yang ada dalam keberagamaan juga merupakan institusi-institusi mediasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pemberdayaan dalam rangka demokratisasi politik. Kerukunan umat beragama akan tercipta bukan karena kemajemukan agama yang merupakan sunnatullah, dan bukan dikondisikan oleh kualitas pemahaman, penghayatan dan aktualisasi keberagamaan masing-masing pemeluk agama yang bersangkutan. Dalam kasus di Indonesia, masih perlu diupayakan peningkatan kualitas keberagamaan yang selama ini aspek emosional sebagian besar pemeluk agama masih dominan. Kerukunan umat bergama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah

7 upaya bersama umat beragama dan pemerintah dalam bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan umat beragama. 6 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka membangun, memelihara dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. Untuk lebih jelasnya lihat skema berikut ini. Pemerintah FKUB Ormas keagamanan (masyarakat) Sikap/prilaku Kerukunan umat beragama akan terwujud jika 2 komponen yakni pemerintah dan masyarakat saling berinteraksi dengan baik, karena ini akan melahirkan sebuah sikap dari penganut agama yang bersangkutan. Forum kerukunan umat beragama dibentuk ditingkat propinsi dan kabupaten/kota. Pembentukan FKUB dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. Tugas-tugas dari FKUB propinsi adalah : a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat 2006. 6 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun

8 c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur d. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. 7 Sedangkan FKUB kabupaten/kota mempunyai tugas : a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota d. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. e. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah. 8 7 Ibid. 8 Ibid.