BAB II TINJAUAN LITERATUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan salah satu jenis sumber daya yang paling utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan dividen (dividend

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN GRESIK, Tbk.

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHAD AP HARGA SAHAM PAD A PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI PEMERINGKATAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION IND EX

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

Laporan Keuangan: Neraca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. ketat, khususnya bidang ekonomi. Para pemilik perusahaan saling bersaing. menghasilkan suatu laba bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STIE DEWANTARA GCG Bank

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Namun pemisahan ini mengakibatkan keleluasaan manajemen perusahaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

BAB I PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum di seluruh dunia. Sebagian. besar negara mengalami kemunduran dan kesulitan keuangan karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang telah mendukung penelitian ini:

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Laporan keuangan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaaan juga harus dimaksimalkan, nilai peusahaan yang telah go public

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh tingkat keuntungan (return) yang tinggi. Tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit, kelapa, pinang, kopi, sagu, kakao diantara produk-produk tersebut yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengukuran RPT Pengukuran RPT yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur melalui dua cara yaitu dengan melihat asset, liabilities, sales, dan expenses yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan serta melalui book value of equity perusahaan. 2.1.1 Pengukuran RPT Brdasarkan: Asset, Liabilities, Sales, dan Expenses Penyajian laporan keuangan yang baik adalah suatu keharusan bagi seluruh perusahaan khususnya perusahaan terbuka, maka dengan demikian laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk melihat proporsi RPT yang terukur dari proporsi asset, liabilities, sales, dan expenses sebuah perusahaan. Sesuai dengan tujuan umum laporan keuangan yang terdapat pada PSAK No.1 yaitu memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sesuai dengan tujuan umum laporan keuangan tersebut maka laporan keuangan harus memberikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan arus kas. Aktiva dalam laporan keuangan dibagi menjadi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar yang disajikan secara terpisah. Menurut PSAK No.1, suatu aktiva dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar jika aktiva tersebut: Diperkirakan akan direalisasikan atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.

9 Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. Maka dengan demikian aktiva yang tidak dapat memenuhi klasifikasi tersebut digolongkan sebagai aktiva tidak lancar. Sama seperti aktiva, kewajiban-pun dibagi menjadi dua yaitu kewaiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Yang dimaksud kewajiban jangka pendek menurut PSAK No.1 adalah kewajiban yang: 1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan. 2. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Semua kewajiban lain yang tidak memenuhi klasifikasi kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban jangka panjang. Informasi mengenai besarnya pendapatan dan biaya-biaya yang ada dalam perusahaan dapat disajikan pada laporan laba rugi perusahaan. Laporan laba rugi suatu perusahaan menunjukkan perubahan dari kekayaan perusahaan yang dilihat dari jumlah keuntungan atau kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan pada tahun berjalan. Selain pendapatan dan biaya-biaya, menurut PSAK No. 1, laporan laba rugi juga meliputi informasi lain yaitu: 1. Laba atau rugi perusahaan 2. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas. 3. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan. 4. Pos luar biasa. 5. Hak minoritas 6. Laba atau rugi bersih periode berjalan Tidak seluruh item mengenai informasi perusahaan dalam laporan keuangan tersebut relevan digunakan untuk melihat besaran yang terkait dengan RPT, namun hanya item-item tertentu saja yang relevan digunakan karena mengungkapkan proporsi transaksi yang terkait dengan RPT. Seperti pada neraca perusahaan, item-item yang terkait dengan RPT antara lain piutang hubungan istimewa dan hutang usaha pihak hubungan istimewa. Selanjutnya untuk perincian mengenai proporsi asset, liabilities, sales, dan expenses dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan. Merujuk pada peraturan Bapepem

10 No.VIII.G.7 yang mengatur tentang penyajian laporan keuangan, ada 6 hal yang harus dirinci karena terkait dengan RPT yang penilaiannya dilakukan oleh Rivano (2008) sedangkan karya akhir ini lebih lanjut akan melihat proporsisi dari transaksi-transaksi yang terkait RPT yang dapat dilihat dalam catatan laporan keuangan yang merinci: 1. Jumlah masing-masing pos aktiva yang terkait dengan RPT, contohnya mengenai piutang hubungan istimewa. 2. Jumlah masing-masing pos kewajiban yang terkait RPT, contohnya mengenai hutang usaha pihak hubungan istimewa. 3. Jumlah masing-masing penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa. 4. Jumlah masing-masing pembelian atau beban dari pihak yang memiliki hubungan istimewa. 2.1.2 Relative Share of RPT to Book Value of Equity Informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan sangat menentukan nilai suatu perusahaan, karena proporsi asset, liabilities, sales, dan expenses yang terkait dengan RPT, lebih lanjut akan dikaitkan dengan besarnya ekuitas perusahaan sehingga dengan demikian akan diketahui persentase pengaruh transaksi-transaksi yang terkait RPT terhadap nilai ekuitas perusahaan. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Cheung (2006) yang menyatakan bahwa RPT dapat memberikan dampak yang negatif terhadap nilai saham perusahaan karena persepsi masyarakat yang negatif terhadap RPT. Mengacu pada percobaan Cheung tersebut maka dengan demikian, dengan menggunakan rasio RPT terhadap book value equity, besaran RPT dapat diukur. 2.2 Jenis Industri, CGI, dan Kapitalisasi Pasar serta Pengaruhnya Terhadap RPT Tinggi rendahnya proporsi RPT diduga dipengaruhi oleh jenis industri, CGI, dan kapitalisasi pasar.

11 2.2.1 Jenis Industri Bapepam dalam peraturan Nomor VIII.G.7 membahas tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang dimaksudkan untuk mengatur penyajian laporan keuangan yang baik bagi perusahaan-perusahaan secara umum. Laporan keuangan yang baik ini juga diperlukan untuk melihat tingkat ketaatan perusahaan-perusahaan terhadap tingkat pengungkapan transaksi-transaksi yang terkait dengan RPT sehingga proporsi asset, liabilities, sales, dan expenses dari total ekuitas selanjutnya dapat diestimasikan dan di analisis untuk melihat keterkaitannya dengan jenis industri. Di Indonesia, pasar modal mengklasifikasikan jenis industri menjadi sembilan, yaitu; (1) Agriculture (2) Mining (3) Basic Industry and Chemicals (4) Miscellaneous Industry (5) Consumer Goods Industry (6) Property, Real Estate and Building Construction (7) Infrastructure, Utilities & Transportation (8) Finance (9) Trade, Services & Investment. Menurut Kim (2005) jenis industri dibagi menjadi dua yaitu jenis industri yang regulated dan industri yang unregulated. Sektor industri yang regulated adalah sektor industri yang kegiatan usahanya secara khusus diatur oleh pemerintah, yang meliputi perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang dana pensiun, pembiayaan dan penjaminan, serta asuransi. Regulasi yang mengatur perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang Dana Pensiun khususnya yang terkait dengan transaksi RPT diatur pada UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, yang pada pasal 52 menyatakan bahwa setiap pendiri, mitra pendiri, pengurus, dan penerima titipan wajib memperlihatkan buku, catatan, dokumen, serta memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan kekayaan Dana Pensiun. Regulasi untuk perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan dan penjaminan yang terkait dengan transaksi RPT diatur dalam Nomor 84 / PMK.012 / 2006 tentang Perusahaan Pembiayaan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan, pada pasal 25 mengatur tentang perjanjian pinjam meminjam, jumlah pinjaman, syarat-syarat pinjaman, dan pelaporan pinjaman yang diwajibkan oleh Menteri Keuangan yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan dengan perusahaan subordinasinya. Regulasi untuk

12 Perusahaan Perasuransi khususnya yang terkait dengan transaksi RPT diatur pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang pada pasal 13 mengatur tentang pelarangan penempatan penutupan asuransi kepada suatu Perusahaan Asuransi yang merupakan afiliasi dari perusahaan pialang asuransi yang bersangkutan kecuali telah terlebih dahulu diberitahu secara tertulis dan menyetujui adanya afiliasi tersebut, pelarangan melakukan penilaian kerugian atas objek asuransi yang di asuransikan Perusahaan Asuransi kerugian yang merupakan afiliasi dari perusahaan penilai kerugian asuransi yang bersangkutan, dan pelarangan memberikan jasa dari Perusahaan Konsultan Aktuaria kepada Perusahaan Asuransi Jiwa atau Dana Pensiun yang merupakan afiliasi dari perusahaan Konsultan Aktuaria yang bersangkutan. Sedangkan sektor industri lain yang tidak termasuk kedalam sektor-sektor industri tersebut dan kegiatan usahanya tidak diatur secara khusus oleh pemerintah termasuk kedalam sektor industri yang unregulated. Berdasakan penelitian yang dilakukan Kim (2005) memperlihatkan bahwa perusahaan yang regulated tersebut memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi terhadap pengungkapan laporan keuangan karena biasanya kegiatan operasional pada perusahaan yang regulated diatur oleh pemerintah sehingga dengan demikian berdampak terhadap tingkat ketaatan perusahaan yang lebih baik terhadap prinsip keterbukaan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Kim (2005) tersebut tidak menyoroti secara khusus mengenai RPT tetapi merujuk pada penelitian tersebut dapat diduga bahwa sektor industri yang regulated memiliki tingkat keterbukaan yang lebih baik terhadap pengungkapan proporsi asset, liabilities, sales, dan expenses yang berhubungan dengan RPT dari total ekuitas karena tingkat campur tangan pemerintah yang besar terhadap perusahaan tersebut untuk mengungkapkan segala macam transaksi yang dilakukan, termasuk RPT. 2.2.2 CGI Banyak masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan dewasa ini khususnya yang terkait dengan RPT karena rentan terhadap terjadinya masalahmasalah keagenan. Dalam hal ini masalah-masalah keagenan yang dapat muncul

13 adalah manajer, sebagaimana tugasnya adalah untuk memaksimalisasi kekayaan seluruh stakeholders, tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik karena terbentur masalah kepentingan dengan pemegang saham mayoritas sehingga kepentingan pemegang saham minoritas dikorbankan. Penerapan GCG didalam perusahaan dimaksudkan untuk meminimalisasi agency cost problem, GCG juga diharapkan dapat mencegah terjadinya financial disclosure yang tidak jujur. Sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu; keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Maka dengan demikian GCG akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga juga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penerapan prinsip-prinsip GCG di perusahaan publik yang tercatat di BEI dapat dilihat dari pemeringkatan Corporate Governance Index (CGI). Pelaksanaan CGI ini dilandasi oleh pemikiran tentang pentingnya untuk mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan publik telah melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam kegiatan usahanya khususnya yang berhubungan dengan pengungkapan laporan keuangan, dimana jika CGI suatu perusahaan meningkat maka tingkat pengungkapan, termasuk pengungkapan mengenai RPT, juga meningkat. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam OECD Principles of Corporate Governance mengungkapkan lima komponen yang dipertimbangkan dalam melakukan pemeringkatan CGI, yaitu antara lain: The rights of shareholders and key ownership functions. Pemegang saham dalam OECD Principles of Corporate Governance antara lain memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang relevan mengenai perusahaan, memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan perusahaan, memiliki wewenang untuk berpatisipasi secara efektif dan memberikan suara dalam pertemuan rutin pemegang saham, memiliki hak untuk memperoleh disclosure mengenai peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur tata kelola perusahaan di pasar modal, dan adanya peraturan untuk mengungkapkan kepemilikan ekuitas yang memungkinkan pemegang saham memiliki tingkat kontrol

14 yang disapropriate. Sehingga jika hak-hak pemegang saham diberikan dengan maksimal maka skor untuk komponen ini tinggi, dimana komponen ini memiliki porsi sebesar 20% dari penilaian score CGI. The equitable treatment of shareholders. Para pemegang saham harus diberlakukan secara adil antara lain dalam memperoleh informasi mengenai seri-seri dan kelas-kelas saham sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham sekalipun, para pemegang saham minoritas harus dilindungi dari praktek-praktek yang merugikan bagi mereka, dan adanya keharusan bagi pemegang saham untuk mengungkapkan transaksi-transaksi dengan pihak ketiga yang mereka lakukan yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap perusahaan. Perlakuan yang adil dapat berpengaruh pada skor yang tinggi pada komponen penilaian score CGI ini, dimana komponen ini memiliki porsi sebesar 15% dari penilaian score CGI. The role of stakeholders in corporate governance. Hak-hak para stakeholder diatur dalam corporate governance, dimana perusahaan-perusahaan yang menerapakan GCG harus menghormati adanya kesepakatan saling menguntungkan dengan stakeholders dan keberadaannya dilindungi oleh hukum. Stakeholders juga turut berpartisipasi dalam proses corporate governance sehingga mereka harus memiliki akses informasi yang releven, cukup, dan dapat dipercaya. Semakin tinggi partisipasi stakeholders dalam proses penerapan GCG maka semakin tinggi nilai CGI perusahaan, dimana komponen ini memiliki porsi sebesar 15% dari penilaian score CGI. Disclosure and transparency. Dalam penerapan GCG yang baik, pengungkapan yang harus dilakukan meliputi delapan informasi-informasi yang terkait dengan situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan, yang salah satunya menyebutkan keharusan pengungkapan mengenai informasiinformasi yang terkait dengan RPT. Informasi-informasi tersebut haruslah dipersiapkan dan diungkapkan dengan standar kualitas akuntansi dan keuangan serta non-keuangan yang tinggi. Untuk

15 mendukung keterbukaan informasi maka diperlukan external auditors yang accountable dan audit tahunan yang independent, competent, dan qualified sehingga menghasilkan laporan keuangan mencerminkan keadaan yang sebenar-benarnya. Tingkat disclosure dan tranparency yang baik akan tercermin dari penilaian score CGI yang tinggi, dimana komponen ini memiliki proposi sebesar 25% dari penilaian score CGI. The responsibilities of the board. Anggota board (di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu komisaris dan direksi) harus memiliki informasi-informasi yang diperlukan untuk bertindak adil bagi para pemegang saham dan mereka juga harus memiliki standar etis yang tinggi dalam aktivitasnya memonitor tingkat efektifitas pelaksanaan corporate governance, memastikan keterbukaan dalam proses pemilihan anggota board, dan meminimalisasi potensi conflict of interest antara management, anggota board, dan pemegang saham, termasuk meminimalisasi praktek-praktek RPT yang menyesatkan. Jika penilaian komponen ini tinggi maka penilaian score CGI perusahaan juga tinggi, dimana komponen ini memiliki porsi sebesar 25% dari penilaian score CGI. Namun, penelitian mengenai pengaruh CGI terhadap RPT belum pernah dilakukan dan merujuk pada country paper yang dilakukan oleh Utama (2008) yang menyoroti RPT lebih lanjut menyatakan bahwa jika suatu perusahaan melaksanakan prinsip-prinsip GCG dengan sesuai maka praktek-praktek RPT yang menyesatkan tidak akan terjadi, dikarenakan praktek-praktek RPT yang menyesatkan tidak sesuai dengan prinsip GCG khususnya prinsip mengenai keterbukaan. 2.2.3 Kapitalisasi pasar Nilai kapitalisasi pasar merupakan persepsi mengenai nilai sebuah perusahaan dan secara positif mencerminkan nilai saham suatu perusahaan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan dan pengaruh kapitalisasi pasar terhadap estimasi besaran nilai RPT, yaitu antara lain yang dilakukan oleh Freeman (1987) dan Lang and Lundholm (1993) di dalam

16 Setianto (2005) membuktikan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan. Namun penelitian yang menyoroti secara khusus hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan RPT belum pernah dilakukan, tetapi dapat diduga jika suatu perusahaan lebih besar daripada perusahaan yang lainnya maka ketaatan perusahaan dalam melaporkan dan merinci besaran transaksi yang terkait RPT semakin baik. Karena semakin besar ukuran perusahaan dan tingkat kapitalisasi pasarnya yang semakin tinggi maka diharapkan perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang tinggi oleh karenanya pengawasan dari investor dan tuntutan atas pengungkapan terhadap kegiatan perusahaan semakin besar hal ini akan mengakibatkan tingkat pengungkapan RPT yang tinggi. Sehingga dengan demikian kebutuhan investor akan informasi yang benar dan terbuka akan terpenuhi. 2.3 Kesimpulan Terhadap Tinjauan Literatur dan Identifikasi Penelitian Selanjutnya Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat bahwa jenis industri yang regulated dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tingkat transparansi pengungkapan laporan keuangan, serta CGI, dan kapitalisasi pasar dapat memberikan pengaruh secara positif terhadap tingkat transparansi pengungkapan laporan keuangan. Kesimpulan dari penelitianpenelitian sebelumnya serta isu-isu yang perlu untuk diteliti lebih lanjut adalah: 1. Penelitian-penelitian yang terdahulu hanya menyoroti tentang tingkat pengungkapan laporan keuangan secara umum dan tidak secara khusus melakukan pengukuran mengenai besarnya RPT. Maka perlu diteliti mengenai pengukuran RPT. 2. Terdapat pengaruh positif dari jenis industri terhadap tingkat keterbukaan pengungkapan laporan keuangan, namun penelitian-penelitian tersebut tidak membahas secara khusus mengenai tingkat keterbukaan pengungkapan besaran transaksi yang terkait dengan RPT. Oleh karena itu perlu diteliti pengaruh jenis industri terhadap tingkat keterbukaan pengungkapan laporan keuangan khususnya yang terkait dengan RPT.

17 3. Terdapat pengaruh positif dari CGI terhadap tingkat keterbukaan pengungkapan laporan keuangan, namun penelitian-penelitian tersebut tidak membahas secara khusus mengenai tingkat keterbukaan pengungkapan besaran transaksi yang terkait dengan RPT. Oleh karena itu perlu diteliti pengaruh CGI terhadap tingkat keterbukaan pengungkapan laporan keuangan khususnya yang terkait dengan RPT. 4. Terdapat pengaruh positif dari tingkat kapitalisasi pasar terhadap tingkat keterbukaan pengungkapan laporan keuangan, namun penelitianpenelitian tersebut tidak membahas secara khusus mengenai tingkat keterbukaan pengungkapan besaran transaksi yang terkait dengan RPT. Oleh karena itu perlu diteliti pengaruh tingkat kapitalisasi pasar terhadap tingkat keterbukaan pengungkapan laporan keuangan khususnya yang terkait dengan RPT.