Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

- Andrian Hidayat Nasution -

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TANGGUNG JAWAB JASA ANGKUTAN UDARA TERHADAP KECELAKAAN PESAWAT MELALUI PENELITIAN DI PT GAPURA ANGKASA DENPASAR

BAB II TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA ATAS KORBAN KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ8501

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Tanggung Jawab PT. Trans Nusa Terhadap Penumpang. Prinsip tanggung jawab mutlak atau( strict liability) :

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

1 BAB I PENDAHULUAN. memerlukan transportasi untuk menghubungkan masyarakat disuatu

Plan Asuransi Penerbangan

BAB III TANGGUNG JAWAB MASKAPAI TERHADAP KETERLAMBATAN PENERBANGAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-23/MEN/V/2006

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

Unit kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, melakukan penilaian pelanggaran terhadap hasil pemeriksaan.

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

BAB II ATURAN HUKUM PENGANGKUTAN UDARA BAGI WARGA SIPIL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

Privat Law Vol. V No. 1 Januari-Juni

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat transportasi untuk mempermudah mobilisasi. Dari berbagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan yang telah diinvestigasi KNKT, yaitu human factor, teknis dan

Kartu Kredit Mastercard World Elite adalah kartu kredit yang diterbitkan oleh dan milik Bank Mandiri di bawah lisensi Mastercard International.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

BAB II LANDASAN TEORI

2015, No Republik Indonesia Nomor 4956); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN KEDATANGAN DAN PEMBERANGKATAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS PADA BANDARA HANG NADIM BATAM)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

Lengan kiri mulai dari bahu : 56% (lima puluh enam persen) Uang Pertanggungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang

PT AVRIST ASSURANCE POLIS SPEKTA PASAL 1 PENGERTIAN DASAR

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

SERTIFIKAT ASURANSI. Terdapat 2 (dua) macam jaminan asuransi/pertanggungan yang dapat Penerima Manfaat peroleh dari asuransi perjalanan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

FREQUENT ASKED QUESTIONS SIJI SECURE 2

Dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan (sesuai dengan Bagian / Section yang diklaim )

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

TANGGUNG GUGAT PENGANGKUT BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sri Menda Sinulingga, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Angkutan Udara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP KETERLAMBATAN PENERBANGAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-20/MEN/X/2007. TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP KECELAKAAN PADA PENUMPANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 2 Nomor 10 (2013) Copyright 2013

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA Oktober 2011 1

LATAR BELAKANG Memberikan pemahaman kepada penyedia dan pengguna jasa angkutan udara tentang arti sebuah tiket, surat muatan udara dan claim tag Tanggung jawab Pemerintah sebagai fasilitator untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban antara penyedia dan pengguna jasa angkutan udara serta pihak ketiga; Memberikan kepastian hukum antara penyedia jasa dan pengguna jasa angkutan udara dalam melakukan perikatan hukum jasa angkutan udara serta pihak ketiga; 2

Bab I : Ketentuan Umum Bab II : Jenis Tanggung Jawab Pengangkut dan Besaran Ganti Kerugian 14 pasal Bab III : Wajib Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut 2 pasal Bab IV : Batas Tanggung Jawab Pengangkut 3 pasal Bab V : Persyaratan dan Tata Cara Pengajuan Tuntutan Ganti Kerugian 2 pasal Bab VI : Penyelesaian Sengketa 2 pasal Bab VII : Evaluasi, Pelaporan dan Pengawasan 1 pasal Bab VIII : Sanksi 2 pasal Bab IX : Ketentuan Peralihan Bab X : Ketentuan Penutup 3

4

BAB II. Jenis Tanggung Jawab dan Besaran Ganti Kerugian a Penumpang Meninggal Dunia, cacat tetap atau luka-luka - Meninggal dunia di dalam pesawat udara karena akibat kecelakaan pesawat udara/ kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara - Meninggal dunia akibat suatu kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara pada saat proses meninggalkan ruang tunggu bandara menuju pesawat udara atau pada saat proses turun dari pesawat udara menuju ruang kedatangan di bandara tujuan dan/atau bandar udara persinggahan (transit) Penumpang yang mengalami cacat tetap - Dinyatakan Cacat tetap total o/ dokter dalam jangka waktu paling lambat 60 hari kerja sejak terjadinya kecelakaan - Dinyatakan cacat tetap sebagian o/ dokter dalam jangka waktu paling lambat 60 hari kerja sejak terjadinya kecelakaan Satu mata Kehilangan pendengaran Ibu jari tangan kanan - tiap satu ruas jari Jari telunjuk kanan - tiap satu ruas Jari telunjuk kiri - tiap satu ruas Jari kelingking kanan - tiap satu ruas Rp 1.250.000.000,-/ penumpang Rp 500.000.000,-/penumpang Rp 1.250.000.000,-/penumpang Rp 150.000.000,-/penumpang Rp 150.000.000,-/penumpang Rp 125.000.000,-/penumpang Rp 62.500.000,-/penumpang Rp 100.000.000,-/penumpang Rp 50.000.000,-/penumpang Rp 125.000.000,-/penumpang Rp 25.000.000,-/penumpang Rp 62.500.000.-/penumpang Rp 20.000.000,-/penumpang 5

Lanjutan. Jari kelingking kiri tiap satu ruas Jari tengah atau jari manis tiap satu ruas Jari tengah atau jari manis kiri tiap satu ruas Rp 35.000.000,-/penumpang Rp 11.500.000,-/penumpang Rp 50.000.000,-/penumpang Rp 16.500.000,-/penumpang Rp 40.000.000,-/penumpang Rp 13.000.000,-/penumpang Catatan: bagi mereka yang kidal, perkataan kanan dibaca kiri. Penumpang luka-luka dan harus menjalani perawatan di RS, Klinik atau Balai pengobatan sebagai pasien rawat inap dan/atau rawat jalan Max Rp 200.000.000,-/penumpang Yang dimaksud dengan cacat tetap total yaitu kehilangan pengelihatan total dari 2 mata yang tidak dapat disembuhkan, atau terputusnya 2 tangan atau 2 kaki atau satu tangan dan satu kaki pada atau di atas pergelangan tangan atau kaki, atau kehilangan penglihatan total dari satu mata yang tidak dapat disembuhkan dan terputusnya satu tangan atau kaki pada atau diatas pergelangan tangan atau kaki. 6

b. Hilang atau rusaknya bagasi kabin Pengangkut tidak bertanggung jawab atas hilang atau rusaknya bagasi kabin kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya dan dapat diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap menyatakan bahwa pengangkut bersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi-tingginya sebesar kerugian nyata penumpang. c Hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat Bagasi tercatat/isinya hilang atau musnah Bagasi tercatat rusak Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas bagasi tercatat yang belum diketemukan dan belum dapat dinyatakan hilang. Rp 200.000,-/kg, dan paling banyak Rp 4.000.000,-/penum pang Ganti kerugian sesuai jenis, bentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat Rp 200.000,-/hari, max 3 hari kalender Bagasi tercatat dianggap hilang bila tidak diketemukan dalam waktu 14 hari kalender sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di bandara tujuan; Pengangkut dibebaskan dari tuntutan ganti kerugian terhadap hilangnya barang berharga /yang berharga milik penumpang yang disimpan dlm bagasi tercatat, kecuali pada saat chek in, penumpang sudah menyatakan dan menunjukkan adanya barang berharga/yang berharga, dan pengangkut setuju untuk mengangkutnya Pengangkut dapat meminta kepada penumpang untuk mengasuransikan barang berharga/yang berharga tersebut 7

d Hilang, musnah, atau rusaknya kargo Kargo hilang atau musnah Kargo rusak sebagian atau rusak seluruh isi kargo/kargo Rp 100.000.-/kg Rp 50.000,-/kg Kargo dinggap hilang setelah 14 hari kalender terhitung sejak seharusnya tiba di tempat tujuan Apabila pada saat menyerahkan kepada pengangkut, pengirim menyatakan nilai kargo dalam surat muatan udara (airway bill) Ganti kerugian sebesar nilai kargo yang dinyatakan dalam airway bill Apabila kargo diangkut melalui lebih dari 1 moda transportasi, pengangkut hanya bertanggung jawab atas kerusakan sebagian atau keseluruhan atau atas kehilangan kargo tersebut selama dalam pengangkutan udara. 8

e. Keterlambatan angkutan udara, terdiri dari : - Keterlambatan penerbangan (flight delayed); - Tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat udara (denied boarding passenger); - Pembatalan penerbangan (cancelation of flight). Rincian besaran ganti kerugian Keterlambatan penerbangan 1) > 4 jam Rp 300.000,-/penumpang 2) Ganti kerugian 50% dari ketentuan diatas apabila pengangkut menawarkan tempat tujuan lain yang terdekat dengan tujuan penerbangan akhir penumpang serta menyediakan tiket penerbangan lanjutan atau tranportasi lain ke tempat tujuan apabila tidak ada moda transportasi selain angkutan udara. 3) Dalam hal dialihkan ke penerbangan berikutnya atau penerbangan milik Badan Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan dari biaya tambahan, termasuk up-grading class atau apabila terjadi penurunan kelas atau sub kelas pelayanan, wajib diberikan sisa uang kelebihan dari tiket yang dibeli kepada penumpang. 9

Ganti kerugian terhadap tidak terangkutnya penumpang berupa: - Mengalihkan ke penerbangan lain tanpa membayar biaya tambahan; dan/atau - Memberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi apabila tidak ada penerbangan lain ke tempat tujuan. Dalam hal terjadi pembatalan penerbangan, pengangkut wajib : - memberitahukan kepada penumpang paling lambat 7 hari kalender sebelum pelaksanaan penerbangan; - wajib mengembalikan seluruh uang tiket yang telah dibayarkan oleh penumpang; - pembatalan penerbangan yang dilakukan kurang dari 7 hari kalender sampai dengan waktu keberangkatan yang sudah ditetapkan (retiming atau rescheduling), pengangkut wajib melaksanakan ketentuan pada huruf e poin 2) dan 3) diatas. 10

Pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab atas ganti kerugian akibat keterlambatan penerbangan apabila keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan/atau teknis operasional, sbb: Faktor cuaca : hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang dibawah standar minimal, atau kecepatan angin melampaui standar maksimal yang mengganggu keselamatan penerbangan; Faktor teknis operasional : - bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan operasional pesawat udara; - Lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggu fungsinya misal: retak, banjir, atau kebakaran; - Terjadinya antrian pesawat udara lepas landas (take off), mendarat (landing), atau alokasi waktu keberangkatan (departure slot time) di bandara; atau - Keterlambatan pengisian bahan bakar (refuelling). 11

f. Kerugian yang diderita oleh pihak ketiga sebagai akibat pengoperasian pesawat udara, kecelakaan pesawat udara atau jatuhnya benda-benda dari pesawat udara yang dioperasikan Pihak ketiga meninggal dunia, cacat tetap, luka-luka & kerugian harta benda Meninggal dunia Rp 500.000.000,-/orang Cacat tetap Dinyatakan Cacat tetap total o/ dokter dalam jangka waktu paling lambat 60 hari kerja sejak kecelakaan Dinyatakan Cacat tetap sebagian o/ dokter dalam jangka waktu paling lambat 60 hari kerja sejak kecelakaan luka-luka dan harus menjalani perawatan di RS, Klinik atau Balai pengobatan sebagai pasien rawat inap dan/atau rawat jalan Rp 750.000.000,-/orang Sama dengan ganti kerugian bagi penumpang pada cacat tetap sebagian Max Rp 100.000.000,-/orang 12

Kerusakan barang milik pihak ketiga hanya terhadap kerugian yang secara nyata diderita berdasarkan penilaian yang layak, sbb: Untuk pesawat udara dengan kapasitas sampai dengan 30 seat Max Rp 50.000.000.000,- Untuk pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 seat sampai dengan 70 seat Max Rp 100.000.000.000,- Untuk pesawat udara dengan kapasitas 70 sampai dengan 150 seat Max Rp 175.000.000.000,- Untuk pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 150 seat Max Rp 250.000.000.000,- Dasar penetapan ganti kerugian: c.tingkat hidup yang layak rakyat Indonesia; d.kelangsungan hidup badan Usaha Angkutan Udara; e.tingkat inflasi kumulatif; f.pendapatan perkapita; g.perkiraan usia harapan hidup; h.perkembangan nilai mata uang. 13

BAB III. Wajib Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut 1. Wajib diasuransikan kepada perusahaan asuransi dalam bentuk konsorsium 2. Konsorsium bersifat terbuka untuk semua perusahaan asuransi yang memenuhi syarat dan perizinan 3. Penutupan asuransi dan penyelesaian klaim menggunakan jasa keperantaraan perusahaan pialang asuransi 4. Wajib lapor kepada Kementerian yang bertanggungjawab di bidang pengawasan perasuransian 5. Nilai pertanggungan asuransi sekurang-kurangnya harus = jumlah ganti kerugian yang telah ditenyukan dalam PM 77 tahun 2011 6. Premi ditetapkan berdasarkan perhitungan yang layak sesuai prinsip asuransi yang sehat 7. Ketentuan pada pasal 16 pada PM 77 2011 ayat 1, 2 dan 3ditetapkan melalui Keputusan Menteri 14

Penutupan Asuransi 1. Penutupan asuransi dibuktikan dengan perjanjian penutupan asuransi 2. Tata cara dan prosedur penutupan asuransi dilakukan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan 3. Wajib dilaporkan kepada Dirjen Hubud untuk dicatat dan keperluan evaluasi 4. Bila terjadi ketidak sesuaian Dirjen dapat meminta penjelasan kepada pihak terkait serta dilakukan peninjauan kembali perjanjian penutupan asuransi. 15

Bab IV. Batas Tanggung Jawab Pengangkut Pada penumpang : dimulai sejak penumpang meninggalkan ruang tunggu bandara menuju pesawat udara sampai dengan penumpang memasuki terminal kedatangan di bandar udara tujuan. Pada Bagasi tercatat : dimulai sejak pengangkut menerima bagasi tercatat pada saat pelaporan (check in) sampai dengan diterimanya bagasi tercatat oleh penumpang. Pada Kargo : dimulai sejak pengirim barang menerima salinan surat muatan udara dari pengangkut sampai dengan waktu ditetapkan sebagai batas pengambilan sebagaimana tertera dalam surat muatan udara (airway bill) 16

Pengangkut tidak dapat dituntut untuk membayar ganti kerugian terhadap: 1. Meninggal dunia akibat kejadian pada saat proses naik turun dari pesawat meninggalkan ruang tunggu atau dari pesawat udara menuju ruang kedatangan bandara tujuan/transit; 2. penumpang dinyatakan cacat tetap sebagian; 3. Kerugian yang diderita oleh pihak ketiga sebagai akibat pengoperasian pesawat udara, kecelakaan pesawat udara atau jatuhnya benda-benda dari pesawat udara yang dioperasikan. Apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa: 7. Kejadian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaian pengangkut atau orang-orang yang dipekerjakannya atau agen-agennya; atau 8. Kejadian tersebut semata-mata disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian penumpang sendiri dan/atau pihak ketiga. Tanggung jawab pengangkut berlaku terhadap pengangkut yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal (charter) atau pihak-pihak lain sebagai pembuat kontrak pengangkutan (contracting carrier) sepanjang tidak diperjanjikan lain dan tidak bertentangan dengan peraturan PM 77 tahun 2011. 17

Bab V. Persyaratan dan Tata Cara Pengajuan Tuntutan Ganti Kerugian Bukti yang dapat digunakan oleh penumpang dan/atau pengirim barang serta pihak ketiga apabila mengalami kerugian, adalah sebagai berikut: - Dokumen terkait yang membuktikan sebagai ahli waris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tiket, bukti bagasi tercatat (claim tag) atau surat muatan udara (airway bill) atau bukti lain yang mendukung dan dapat dipertanggungjawabkan; - surat keterangan dari pihak yang berwenang mengeluarkan bukti telah terjadinya kerugian jiwa dan raga dan/atau harta benda terhadap pihak ketiga yang mengalami kerugian akibat pengoperasian pesawat udara. Pemberian ganti kerugian diajukan kepada pengangkut yang secara nyata melakukan pengangkutan udara (actual carrier), apabila pengangkutan udara tersebut dilakukan lebih dari satu Badan Usaha Angkutan Udara. Apabila bagasi tercatat dan/atau kargoditerima penumpang atau orang yang berhak untuk menerimatidak ada keluhan, maka merupakan bukti bagasi tercatat dan/atau kargo tersebut diterima dalam keadaan baik sesuai dengan dokumen pada saat diterima. Apabila bagasi tercatat dan/atau kargo yang diterima dalam keadaan rusak, musnah dan/atau hilang, tuntutan terhadap pengagkut diajukan secara tertulis pada saat bagasi tercata diambil oleh penumpang atau penerima kargo Jika terjadi keterlambatan penerimaan bagasi tercatat dan /atau kargo, tuntutan terhadap pengangkut harus diajukan secara tertulis paling lambat 14 hari kalenderterhitung sejak bagasi tercatat diterima pemilik bagasi tercatat sesuai tanda bukti bagasi tercatat di terminal kedatangan atau kargo diterima oleh penerima di tempat yang sudah ditetapkan. 18

Bab VI. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Negeri di Wilayah NKRI atau Arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 19

Bab VII. Evaluasi, Pelaporan dan Pengawasan 1. Dirjen melakukan evaluasi setiap 2 tahun dan/atau 2. Pengangkut dan perusahaan asuransi/ketua konsorsium wajib menyampaikan laporan berkala setiap 1 tahun sekali atau setiap terjadi perubahan pertanggungan kepada Dirjen; 3. Laporan memuat hal sbb: - data, jumlah dan jenis kepesertaan asuransi; - lingkup pertanggungan termasuk besaran pertanggungan; - jumlah klaim yang diajukan dan jumlah klaim yang disetujui; dan - masa pertanggungan 20

Bab VIII. Sanksi Dirjen dapat memberikan sanksi administratif kepada pengangkut, berupa: - Peringatan tertulis sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu 1 bulan - Pembekuan izin usaha Angkutan Udara Niaga untuk jangka waktu 14 hari kalender - Pencabutan izin usaha - Dengan tidak menghapus tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang dan/atau pengirim barang serta pihak ketiga. Dirjen melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tanggungjawab pengangkut; Dirjen dapat mengusulkan perusahaan asuransi dan/atau konsorsium asuransi termasuk penanggungjawabnya kedalam daftar hitam apabila terbukti tidak memenuhi tanggungjawabnya; Dirjen melaporkan kepada Menhub untuk kemudian diteruskan kepada Menteri yang melaksanakan pembinaan dan pengawasan di bidang usaha perasuransian untuk diambil tindakan lebih lanjut. 21

22