BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan)

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan interpersonal sangat dibutuhkan oleh setiap individu

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan dalam kesendirian dan menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat sampai pada titik tertinggi apabila kita senantiasa mau untuk mengasahnya. Gardner menunjukkan bahwa manusia tidak hanya diberkahi Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan kemampuan yang ada di beragam bagian otak (Rachmawati, 2010). Howard Gardner seorang ahli psikologi perkembangan mengemukakan tentang teori kecerdasan ganda yang biasa disebut dengan multiple intelligence yang terdiri dari delapan kecerdasan (Gardner, 2003). Kedelapan kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan kinestetik, dan kecerdasan naturalis. Salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia adalah kecerdasan Interpersonal. Kecerdasan interpersonal terkait dengan kepandaian untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Kecerdasan ini menuntun seseorang untuk memahami, bekerja sama, dan berkomunikasi, serta memelihara hubungan baik dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal menjadi penting karena dalam kehidupan manusia tidaklah bisa hidup sendiri, terdapat ungkapan No man is an island yang berarti

tidak ada orang yang dapat hidup sendiri. Sesungguhnya orang memerlukan orang lain agar mendapatkan kehidupan seimbang secara sosial, emosional dan fisik. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah nantinya cenderung tidak peka, tidak peduli, egois dan menyinggung perasaan orang lain (Lwin,2008). Masalah sosial sering terjadi pada siswa yang kecerdasan interpersonalnya rendah, ini dibuktikan oleh penelitian yang terkait dengan hubungan sosial antar siswa dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI (Pikiran Rakyat; 21 Desember 2008) terhadap siswa di 18 provinsi, terdapat satu dari enam siswa mengalami kekerasan di sekolah dengan cara dilukai, diberi ancaman, diberikan teror, dan diberikan sikap permusuhan sehingga menimbulakan stres (76%), hilang konsentrasi (71%), gangguan tidur (71%), paranoid (60%), sakit kepala (55%), dan obsesi (52%). Sedikitnya 25% siswa yang diganggu memilih menghabisi nyawanya sendiri dengan jalan bunuh diri. Tindakan kekerasan juga berdampak pada para pelaku; yaitu mereka merasa menjadi jagoan sehingga senang berkelahi (54%), berbohong (87%), dan tidak memperdulikan peraturan sekolah (33%). Salah satu faktor penentu untuk mengajarkan serta meningkatkan kecerdasan interpersonal adalah keluarga. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga, umumnya individu ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan

(Kartono,1992). Anggota keluarga yang paling berperan penting dalam pembentukan serta peningkatan kecerdasan interpersonal yaitu orang tua. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Individu lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan contoh-contoh (Shochib, 1998). Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan tetapi, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan interpersonal mereka. Penerapan pola asuh yang tepat menjadi sangat penting dalam pembentukan kecerdasan individu, khususnya kecerdasan interpersonal. Dalam sebuah studi yang diadakan pada sejumlah perusahaan fortune 500 oleh ilmuwan behavioris Morgan

McCall dan Michael Lombardo, diungkapkan bahwa factor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang eksekutif adalah kemampuannya untuk berhubungan, memahami dan bekerjasama dengan orang lain. Sebenarnya, 80% orang-orang yang gagal di tempat kerja, kegagalan itu karena keterampilan bermasyarakat yang buruk (Lwin, 2008). Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu tepatnya pada SMPN 12 Bandung. SMP merupakan sekolah dalam bentuk pendidikan dasar setelah SD (Sekolah Dasar). Dan pada umumnya siswa SMP usianya berkisar dari 13-15 tahun. Dan pada usia ini termasuk kedalam kategori remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju kehidupan orang dewasa. Perubahan-perubahan sosio-emosional yang berlangsung di masa remaja meliputi tuntutan untuk mencapai kemandirian, konflik dengan orang tua, dan keinginan lebih banyak untuk meluangkan waktu bersama kawan-kawan sebaya (Santrock, 2007). Hasil penelitian oleh Rachmi (2000) mengenai kecenderungan perilaku sosial yang ditelaah dari pola asuh orang tua. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMKN 2 Sukabumi tahun ajaran 2004/2005 berjumlah kurang lebih 107 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang merasakan pola asuh cenderung demokratis (memberi kesempatan kepada remaja untuk berdialog dan memberi pertimbangan) dan siswa yang merasakan pola asuh authoritarian sebagian besar berperilaku sosial yang baik.

Selanjutnya, hasil penelitian oleh Rizki Desniwati (2008) menyebutkan bahwa semakin authoritative pola asuh yang diterapkan orang tua, maka semakin rendah tingkah laku agresi siswa kelas XI SMA BPI 1 Bandung. Semakin Indulgent pola asuh yang diterapkan, maka semakin tinggi tingkah laku agresi siswa, dan semakin siswa merasakan pola asuh indifferent, maka semakin tinggi tingkah laku agresi siswa. Berdasarkan hasil observasi pada SMPN 12 Bandung dan wawancara peneliti dengan beberapa guru di SMPN 12 Bandung, diketahui bahwa (1) beberapa siswa sering membolos sekolah, (2) beberapa siswa malas belajar di sekolah karena merasa kurang diperhatikan oleh orang tua, (3) beberapa siswa terlibat perkelahian antar pelajar karena terpengaruh oleh temannya, (4) beberapa siswa mendapatkan nilai jelek di sekolah karena lebih mementingkan hubungannya dengan sang pacar, daripada harus belajar, (5) beberapa siswa lebih suka mencari solusi atas masalah yang dihadapinya kepada teman daripada harus bertanya kepada orang tua, (6) beberapa siswa tidak betah di rumah dan tidak berani mengkomunikasikan permasalahan dengan orang tua (7) beberapa siswa yang malas untuk bergabung dengan teman sebayanya karena seringkali diejek oleh teman-temannya, nantinya akan menjadi anak yang pemalu dan kurang percaya diri. Siswa- siswa tersebut akan tertekan dengan keadaan yang dialaminya, mereka tidak bisa menghadapi situasi yang menekan serta kurang mampu menghadapi konflik dengan teman-temannya karena mereka tidak mempunyai keterampilan untuk menghadapi konflik tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul Hubungan Antara Persepsi

Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja di SMP Negeri 12, Bandung. B. Perumusan Masalah Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu betapa pentingnya kecerdasan interpersonal pada setiap individu, terutama pada usia remaja. Usia Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari usia anak menjadi usia dewasa. Dimana para remaja harus mampu meningkatkan kecerdasan interpersonalnya agar mampu bersosialisasi dengan baik terhadap orang-orang di lingkungan sekitarnya. Akan tetapi dalam perkembangan kecerdasan interpersonal ini juga tidak terlepas kaitannya dengan pola asuh yang diterapkan oleh para orang tua remaja tersebut, khusunya pada siswa di SMPN 12 Bandung. Permasalahan tersebut diuraikan kedalam bentuk rincian pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi terhadap pola asuh orang tua pada siswa di SMPN 12 Bandung? 2. Bagaimana kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12 Bandung? 3. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12 Bandung?

4. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritarian dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung? 5. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indulgent dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung? 6. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran persepsi terhadap pola asuh orang tua pada siswa SMPN 12 Bandung. 2. Untuk mengetahui gambaran kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung. 3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung 4. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritarian dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung 5. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indulgent dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung

6. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan aplikatif bagi pengembangan keilmuan, diantaranya : a. Bagi keilmuan psikologi Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan penambahan khazanah keilmuan psikologi, khususnya teori tentang hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal remaja. b. Bagi sekolah Hasil penelitian ini akan menjadi pemberian informasi bagi pihak sekolah mengenai gambaran tingkat kecerdasan interpersonal remaja dan gambaran pola asuh orang tua siswa di SMPN 12 Bandung. c Bagi orang tua Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi penting bagi orang tua remaja dalam menerapkan pola asuh yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak-anak mereka. d. Bagi remaja khususnya Siswa SMP

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal remaja sehingga dapat bersosialisasi dengan baik. e. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji kecerdasan interpersonal yang dapat dihubungkan dengan variabel yang lainnya. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur Organisasi Skripsi dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. BAB II : Landasan teoritis, meliputi : pengertian persepsi, jenis persepsi, proses terjadinya persepsi, pengertian pola asuh orang tua, dimensi pola asuh orang tua, macam-macam pola asuh orang tua, faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, pengertian kecerdasan majemuk, pengertian kecerdasan interpersonal, aspek kecerdasan interpersonal, dimensi kecerdasan interpersonal, faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal, karakter individu yang memiliki kecerdasan interpersonal, peran kecerdasan interpersonal, karakteristik remaja, hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal remaja, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.

BAB III : Metode penelitian, meliputi : lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, penggunaan instrumen, norma skala, teknik analisis data, prosedur dan tahapan penelitian. BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : deskripsi data dan analisis data, hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal remaja, serta interpretasi data. BAB V : Penutup, yang meliputi : kesimpulan dan saran.