FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SLEMAN. Stefani Gita Cakti. Erly Suandy

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V PENUTUP. tahunnya 2010 = 90,89% (efektif), 2011 = 85,91% (cukup efektif), = 92,39% (efektif), 2013 = 90,19% (efektif) dan 2014 = 108,62%

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

Transkripsi:

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG Oleh: FIKRI ZUHRI 05 153 103 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi PADANG 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan kesejahteraan pada rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk menjadi manusia seutuhnya. Demikian juga halnya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu dari Negara yang merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Pembangunan di segala bidang kehidupan dilakukan untuk membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea IV, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu alat ukurnya adalah dengan pembangunan yang adil dan merata di segala aspek kehidupan, baik di pusat maupun di daerah. Pembangunan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana pembangunan dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. Salah satu sumber penerimaan dari dalam negeri berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar Negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari susunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya. Oleh karena itu, penerimaan negara dari sektor pajak perlu mendapat perhatian yang serius dan sungguh-sungguh. Pemerintah dalam hal ini perlu melakukan pengawasan agar tidak terjadi kebocoran dalam pemungutannya. Salah satu wujud dari perhatian pemerintah dalam hal pajak ini adalah dengan diberlakukannya Otonomi Daerah (Otoda) pada tahun 2001, yang berlaku efektif mulai Januari 2002. Dalam Otoda ini, daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan RI.

Hal diatas diperkuat lagi dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam UU No. 28 Tahun 2009 ini, terdapat 16 jenis pajak daerah yang dibagi kedalam 2 pihak pemungut pajak yaitu: 1. Pajak Provinsi, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat Provinsi, terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; e. Pajak Rokok. 2. Pajak Kabupaten/Kota, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat Kabupaten/Kota, terdiri atas: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak secara umum, yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak umum dipungut oleh pemerintah pusat (disebut pajak pusat), sedangkan pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah. Adapun kriteria dari pajak daerah adalah sebagai berikut: a. Bersifat pajak, dan bukan retribusi; b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan; c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum; d. Potensinya memadai. Hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya pemungutan; e. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak menganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antardaerah maupun kegiatan ekspor-impor; f. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; g. Menjaga kelestarian lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan. Salah satu jenis pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota adalah pajak restoran. Pajak restoran adalah pajak yang dipungut berdasarkan pelayanan yang diberikan oleh restoran. Restoran yang dimaksud merupakan fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dan dipungut bayaran, yang mencakup rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga dan katering.

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Padang Tahun 2009-2010 (Dalam Rupiah) Jenis Pajak Daerah 2009 2010 Pajak Hotel 6.984.371.260 6.106.355.228 Pajak Restoran 7.596.772.297 6.992.766.148 Pajak Hiburan 619.875.293 718.116.425 Pajak Reklame 3.423.898.310 3.020.545.000 Pajak Penerangan Jalan 30.588.560.470 38.577.494.675 Pajak Bahan Galian Gol. C 18.405.971.848 22.235.642.880 Pajak Parkir 102.654.680 58.420.200 Total Pajak Daerah 71.666.752.249 77.639.340.556 Sumber: DPKA kota Padang Tahun 2009-2010 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar pajak daerah di kota Padang pada tahun 2010 mengalami penurunan realisasi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pada tanggal 30 September 2009 telah terjadi bencana gempa bumi yang menghancurkan hampir sebagian besar perumahan, gedung, dan bangunan di kota Padang. Hal ini tentu berdampak besar bagi penerimaan pajak daerah di tahun 2009 dan tahun 2010. Demikian juga halnya dengan pajak restoran. Untuk tahun 2010, pajak restoran mengalami penurunan realisasi sebesar Rp. 878.016.032, dari yang sebelumnya di tahun 2009 sebesar Rp. 6.984.371.260 menjadi 6.106.355.228. Hal ini karena banyak rumah makan, restoran, kafe, dan warung yang rusak berat karena gempa. Akibatnya, banyak wajib pajak restoran yang tidak mampu membayar pajak restorannya. Untuk tahun 2011 ini, pemerintah kota Padang berencana untuk lebih meningkatkan penerimaan pajak dari sektor restoran ini. Hal ini didukung dengan dikeluarkannya Perda No. 3 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran, yang berlaku efektif mulai Januari 2011. Adapun yang termasuk objek pajak restoran tersebut adalah fasilitas penyedia

makanan serta minuman yang dipungut bayarannya, termasuk rumah makan, kafetaria, kantin, warung, dan katering (jasa boga), dan pub-pub (bar) dan sejenisnya yang 75 persen termasuk kategori hiburan mewah, dengan ketentuan penghasilan restoran tersebut Rp 5.000.000 atau lebih selama satu bulan, dengan tarif sebesar 10% dari jumlah pembayaran yang diterima restoran. Pajak restoran ini dipungut untuk meningkatkan pendapatan daerah kota Padang dan untuk membiayai pembangunan di kota ini yang diguncang gempa berkekuatan 7,9 SR pada 30 September 2009 yang lalu. Ditambahkan lagi, pemerintah kota Padang akan menargetkan penerimaan pajak restoran pada tahun 2011 melalui self Asetments (bill/nota) pembelian, dan diharapkan penerimaan pajak restoran melalui sistem ini meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya. Sejauh ini, sosialisasi masih Perda No. 3 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran ini masih terus dilakukan dan ditingkatkan. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Padang selaku pihak yang berwenang masih terus berusaha memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat kota Padang, khususnya bagi masyarakat yang membuka usaha katering/jasa boga. Hal ini bedasarkan UU Pajak yang baru, yaitu UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Perbedaan UU Pajak yang baru ini dengan UU Pajak yang sebelumnya (UU No. 34 Tahun 2000) ditinjau dari sisi pajak restoran, hanyalah penambahan objek pajak restoran yang baru yaitu jasa boga/katering. DPKA sejauh ini baru dapat mensosialisasikan objek pajak restoran yang baru ini hanya sebatas pada instansi/lembaga di lingkungan pemerintahan saja, sedangkan untuk masyarakat umum, sosialisasi masih terus ditingkatkan. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang sejauh mana upaya DPKA kota Padang dalam memungut pajak restoran. Untuk itu penulis memberi judul penelitian ini Analisis Efisiensi dan Efektifitas Pemungutan Pajak Restoran di Kota Padang.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Seberapa besar efisiensi pemungutan pajak restoran di kota Padang? 2. Seberapa besar efektifitas pemungutan pajak restoran di kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari pemelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi pajak restoran di kota Padang. 2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektifitas pajak restoran di kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa tentang pajak restoran. 2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan keuangan daerahnya. 3. Sebagai bahan rujukan atau tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian bab-bab sebelumnya serta hasil penelitian yang dilakukan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemungutan pajak restoran di kota Padang selama 2 tahun mulai dari tahun 2009 sampai 2010 telah menunjukkan hasil yang baik (sesuai dengan Kepmendagri No. 690.900-327 Tahun 1996). Hal ini ditandai dengan diperolehnya hasil yang sangat efisien pada dua tahun tersebut. Pada tahun 2009 tingkat efisiensi sebesar 6,63% dan pada tahun 2010 sebesar 6,67% (secara rata-rata tingkat efisiensi sebesar 6,65%). Kenaikan tingkat efisiensi sebesar 0,04% dari tahun 2009 ke tahun 2010 menunjukkan bahwa gempa bumi pada tanggal 30 September 2009 yang lalu tidak berdampak signifikan terhadap biaya pemungutan pajak restoran. Hal ini disebabkan tingkat efisiensi biaya pemungutan pajak restoran tahun 2009 (6,63%) dan tahun 2010 (6,67%) tergolong normal karena berada dibawah 10%. 2. Dari sisi efektifitas, pemungutan pajak restoran di kota Padang tahun 2009-2010 juga dikatakan baik (sesuai dengan Kepmendagri No. 690.900-327 Tahun 1996). Hal ini dapat dilihat dari tingkat efektifitas pemungutan pajak restoran pada tahun 2009 sebesar 89.37% dan pada tahun 2010 sebesar 119.94%. Secara ratarata, pemungutan pajak restoran di kota Padang tahun 2009-2010 juga sangat efektif yaitu sebesar 104,66% Hal ini dikarenakan pada tahun 2010, restoranrestoran di kota Padang sudah banyak yang diperbaiki dan bisa digunakan untuk tempat usaha lagi. Ditambah lagi, pada tahun 2010 ada penambahan jumlah wajib pajak restoran baru. Akibatnya, wajib pajak restoran sudah dapat membayar pajak restorannya kembali yang berdampak pada realisasi pajak restoran tahun 2010 lebih besar dari target yang ditetapkan. 3. DPKA kota Padang tidak memiliki unit/bidang khusus dalam memungut pajak daerah, termasuk pajak restoran. Oleh karena itu, yang bertugas dalam

memungut pajak daerah adalah petugas/pegawai yang berada di Bidang Penagihan dan Bidang Pendapatan yang berjumlah 31 orang. Mereka akan bergantian dalam memungut pajak daerah tersebut. 5.2 Saran Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian ini adalah: 1. Bagi petugas DPKA: a. Hendaknya petugas DPKA lebih gencar mensosialisasikan dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pajak restoran terutama terkait dengan UU No. 28 Tahun 2009 dan Perda kota Padang No. 3 Tahun 2011 sehingga pemasukan daerah dari sektor pajak restoran ini dapat lebih ditingkatkan lagi di masa depan. b. Agar sarana dan prasarana dalam menunjang pemungutan pajak restoran dapat ditingkatkan jumlahnya. c. Peningkatan profesionalisme petugas dan pegawai DPKA lebih ditingkatkan dengan cara memberikan pelatihan kerja atau diktat. d. Terhadap wajib pajak yang menunggak pembayaran pajak restorannya, hendaknya petugas DPKA lebih tegas dalam memberikan sanksi. 2. Bagi peneliti selanjutnya: a. Hendaknya menambah jangka waktu pengumpulan data dan lokasi penelitian agar data yang digunakan lebih lengkap. b. Menambah variabel penelitian sehingga lebih akurat dan memberikan hasil yang lengkap.

DAFTAR REFERENSI Devas, Nick., Brian Binder, Anne Booth., dkk. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halim, Abdul. 2007. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah: Pengelolaan Keuangan Daerah, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit UPP AMP. Kusuma, Hardiana Ira. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran dalam Rangka Meningkatkan PAD di Kota Madiun. Surabaya: Skripsi Sarjana. K. J. Davey. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah, Praktek-praktek Internasional dan Relevansinya bagi Dunia Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press). Kepmendagri No. 690.900-327 Tahun 1996. Peraturan Daerah kota Padang No. 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PP No. 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Tjahjono, Achmad dan Fakhri Husein. 2005. Perpajakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Puasat dan daerah. Yunanto, Lilik. 2010. Analisis Potensi, Upaya Pajak, Efisiensi, Efektifitas, dan Elastisitas Pajak Hotel di Kabupaten Klaten. Surakarta: Tesis Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.