PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH DI SMA N I PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SYAMSUR RIJAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP BERPACARAN SISWA KELAS XI DI SMK N I SEWON BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH DI SMK N 2 SEWON BANTUL YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA KARANG TENGAH WONOSARI GUNUNG KIDUL

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA N 1 KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP TERHADAP PERNIKAHAN DINI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 GODEAN SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKS PRANIKAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA N 2 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DELYANA 201410104149 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015 i

ii

PENDAHULUAN Globalisasi yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi informasi telah menyentuh hampir semua bidang kehidupan manusia. Media komunikasi visual dan audio telah sedemikian majunya, sehingga arus informasi menjadikan dunia seakan begitu dekat dan sempit. Arus informasi dari suatu tempat ketempat lain sudah tidak dapat dicegah. Bersamaan dengan itu media komunikasi yang merupakan penyampaian pesan semakin dominan menentukan corak dan warna manusia baik individu maupun sebagai makhluk sosial. Masuknya teknologi yang mampu memberikan informasi antar negara tidak hanya dikota besar tapi juga kota kecil, tak terkecuali informasi seksualitas yang akan dikonsumsi remaja (Azwar, 2007). Salah satu yang melatar belakangi menurunnya kualitas remaja adalah perilaku seksual. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis mulai dari bersentuhan, berciuman, bercumbu, onani atau masturbasi dan berhubungan seksual kelamin. Perilaku seks diluar nikah pada remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, juga dipengaruhi oleh faktor budaya, orang yang dianggap penting, media massa, pengalaman pribadi, orang tua atau keluarga, spiritual dan emosi. Perilaku seks diluar nikah pada remaja bisa terwujud kedalam hal yang positif maupun negatif, perilaku negatif kecenderungan mendukung seks diluar nikah sedangkan perilaku positif kecenderungan menghindari sikap dan perilaku seks diluar nikah pada remaja (Azwar, 2009). Penelitian Wamala di Uganda, 1 dari 8 remaja setuju akan sikap berpacaran sebelum usia 19 tahun, UNFPA menemukan bahwa angka kematian ibu berusia dibawah 16 tahun di Kamerun, Etiopia, dan Nigeria lebih tinggi hingga enam kali lipat dibandingkan wanita usia 20-24 tahun (Fadlyana dan Larasati, 2009) hal ini membuktikan bahwa sikap seks bebas berkaitan dengan perilaku seksual yang akan berdampak pada proses kehamilan. Proses kehamilan bisa berujung pada kelahiran bayi atau kematian. Hasil suvei 33 provinsi tahun 2008 oleh BKKBN, 63% remaja di Indonesia usia SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah dan 21% dilaporkan melakukan aborsi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2011 mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih tergolong tinggi didunia (Yuliati, 2011) Menurut Manuaba (2009) pacaran yang berorientasi seks pada remaja mangakibatkan beberapa kemungkinan yaitu kehamilan tidak diinginkan (KTD), penyakit hubungan seksual (PMS), hingga HIV/AIDS. Hubungan seks yang dilakukan sebelum usia 17 tahun beresiko 4-5 kali lipat terjadi kanker serviks. 1

Sekitar 70% dari seleuruh kasus kehamilan tidak diinginkan terjadi pada remaja berusia dibawah 20 tahun. Dari data yang disampaikan oleh Ketua Komisi Penanggulangan AIDS DIY. Yaitu jumlah pengidap HIV/AIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 1.797 kasus per Juni 2012. Ia mengungkapkan angka tertinggi pengidap HIV/AIDS ada di Kota Yogyakarta dengan 535 kasus, kemudian Kabupaten Sleman 406 kasus, Kabupaten Bantul 312 kasus, Kulonprogo 94 kasus dan terakhir Gunung kidul dengan 61 kasus. Menurut Setyati (2010) ditiga SMA Kabupaten Bantul didapatkan 55,8% responden mempunyai perilaku seksual resiko rendah dan 44,2% responden memiliki perilaku seksual tinggi. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan seksual terhadap tingkat pengetahuan sikap seks bebas pada remaja di SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimen (Pre Eksperimental Design) yaitu desain penelitian eksperimen yang belum merupakan eksperimen sungguhsungguh, dan masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. (Sulistyaningsih, 2010). Bentuk racangan dari penelitian ini adalah The One Group Pre Test Post TestDesign yaitu rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (Kontrol), tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang gerjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2010). HASIL PENELITIAN Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dengan jumlah responden 46 siswa di SMK Negeri 1 Bantul, karakteristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin 2

Karakteristik Responden Karakteristik responden Jumlah(n) Presentase(%) Usia 15 tahun 10 21,74 % 16 tahun 31 67,39 % 17 tahun 5 10,87 % Jenis kelamin Laki-laki 14 10,87 % Perempuan 32 30,43 % Sumber : Analisa data Primer (2015) Distributor frekuensi tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap seks bebas di SMK Negeri 1 Bantul Kategori Baik Cukup Kurang Tingkat pengetahuan Remaja F 0 44 2 % 0% 96% 4% F 5 41 0 % 11% 89% 0% Kategori Baik Cukup Kurang Sikap Remaja F % 3 6,5% 43 93,5% 0 0% Sumber: Data Primer (2015) F 8 38 0 % 17% 83% 0% Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan Sikap Pretest dan Posttest Pretest dan posttest Z -4,438-3,578 Asymp. Sig 0,000 0,000 Sumber: Data Primer (2015) 3

PEMBAHASAN Pengaruh pendidikan seksual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap seks bebas pada remaja di SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian terdapat pengaruh pendidikan seksual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks bebas di SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai signifikan tingkat pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks bebas <0,05 karena nilai signifikan kurang dari taraf kesalahan maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan seks. Menurut teori Sarwono (2011) pendidikan seksual merupakan salah satu cara untuk mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seks, khusunya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular, depresi, dan perasaan berdosa. Selain ini dengan adanya pengaruh dalam pemberian pendidikan seksual bisa di manfaatkan oleh pendidik di masing-masing sekolah untuk memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja agar remaja memiliki bekal pengetahuan yang baik dan sikap positif dalam menanggapi permasalahan seks bebas dikalangan remaja. Pada penelitian Hidayah (2013) Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sikap seks pranikah sebelum diberikan pendidikan seks paling banyak dalam kategori sikap seks pranikah belum diberikan seks paling banyak dalam kategori sangat tidak setuju sebanyak 31 responden (86,1%). Sikap seksual pranikah sebelum diberikan pendidikan seks paling banyak dalam kategori sangat tidak setuju sebnayak 33 responden (91,7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan seks terhadap sikap seks pranikah. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumaryati (2012) bahwa tingkat pengetahuan dan sikap remaja terdapat perbedaan sebelum diberikan penyuluhan dan sesudah diberikan penyuluhan, dengan hasil pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan yaitu 16 (22,5%) meningkat setelah diberikan penyuluhan yaitu 33 (46,5%). Sedangkan sikapnegatif didapatkan peningkatan sebelum dilakukan penyuluhan yaitu 38 (53,5%) menjadi 30 (42,3%). Melalui pendidikan seksual kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu alamiah dan wajar terjadi pada setiap orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbahgai perilaku seksual beresiko sehingga mereka dapat menghindarinya (Widyastuti, 2010) Berdasarkan karakteristik responden di dapatkan bahwa responden sebanyak 16 tahun yang termasuk dalam kategori remaja tengah, pada remaja tengah mempunyai ciri-ciri tampak dan ingin mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam (Widyastuti, 2009). Dengan adanya ciri-ciri tersebut maka remaja 4

harus di bekali dengan tingkat pengetahuan yang memadai sehingga menjadi dasar pengembangaaan daya nalar dan jalan untuk memudahkan menerima informasi dan selanjutnya memberikan aplikasi kepada sikap dan perilaku seseorang dalam pencegahan seks pranikah (Nototmojo, 2010) Beberapa pihak masih tidak setuju dengan pendidikan seksual karena dikhawatirkan dengan pendidikan seksual, anak-anak yang belum saatnya tahu tentang seksual jadi mengetahuinya dan karena dengan keingintahuan yang besar yang ada pada remaja, mereka jadi ingin mencobanya hal ini dikarenakan masyarakat masih mengganggap tabu jika membicarakan tentang seks (BKKBN, 2010) Pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan akan membentuk sistem kepercayaan tidaklah mengherankan apabila konsep tersebut mempengaruhi sikap, jika pendidikan tinggi akan memberikan sikap positif terhadap pencegahan seks pranikah (Azwar, 2011). Selain itu sikap juga dapat dipengaruhi oleh agama atau religiusitas yang rendah, jika pemahaman agama seseorang baik maka bisa mengarahkan seeorang utnuk tidak berbuat zina, hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2007) bahwa tingkat partisipasi remaja dalam organisasi religius menjadi hal yang penting dalam kaitannya dengan sikap yang mengarah pada hubungan seks pranikah Sikap memiliki empat fungi diantaranya fungsi pertahanan ego yaitu sikap yang diambil untuk melindungi dirinya dari kecemasan atau ancaman harga dirinya serta fungsi pengetahuan individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari maka seseorang yang memiliki sikap positif akan mendapatkan kedua fungsi tersebut. Sikap positif mengenai pencegahan seks pranikah dapat melindungi remaja dari perilaku seks bebas sehingga dapat terhindar dari dampak seks bebas(wawan dan Dewi, 2010) Diperkuat dengan penelitian Suwarni (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap tentang perilaku sksual dengan niat berperilaku seks dengan keeratan hubungan cukup yang artinya semakin permisif sikap remaja tentang perilaku seks pranikah maka niat remaja berperilaku seksual akan semakin beresiko terhadap kehamilan tidak dikehendaki (KTD), penyakit menular seksual, HIV dan AIDS. Menurut Azwar (2011) pembentukkan atau faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, agama dan faktor emosional. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting, orang lain yang dimaksud salah satunya adalah orang tua. 5

SIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan diatas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan seksual dan sesudah dilakukan pendidikan seksual pada siswa di SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta dengan nilai hasil uji -4,438. 2. Terdapat perbedaan pada sikap remaja dalam pencegahan seks bebas sebelum diberikan pendidikan kesehatan seksual dan sesudah diberikan pendidikan seksual pada siswa di SMK Negeri 1 Bantul dengan nilai hasil uji -3,578 SARAN Penelitian ini masih pada variabel yang terbatas sehingga masih perlu menindaklanjuti pada variabel yang lain dengan sampel dalam jumlah benar dan ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan ketelitian hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pegukurannya. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset., (2011). Metode Penelitian dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. BKKBN. (2008). Remaja dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta. Hidayat, A. (2013). Riset keperawatan dan tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba medika Komisi Penanggulangan AIDS. (2009). HIV dan AIDS Sekolas Pandang. Edisi Kedua. Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Suwarni. (2009). Monitoring Perenatal dan perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA di Kota Pontianak. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No. 2 Agustus Santrock. J. (2007). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga 6

Sarwono. SW. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Wawan & Dewi. (2010). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika 7