PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Oleh : Yeni Rosyeni dan Isti Dariah Stikes A. Yani Cimahi

EFEKTIFITAS PROGRAM PIK-KRR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMU AL-WASLIYAH MEDAN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKS PRANIKAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA N 2 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA 2014

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

Oleh: Deis Isyana NP. education) terhadap pengetahuan remaja tentang HIV AIDS ( value = 0,000) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PADA SISWA DI SMK PUTRA SAMODERA YOGYAKARTA 2013

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA DI SMK ISLAM WIJAYA KUSUMA JAKARTA SELATAN.

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ABORSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ABORSI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

Transkripsi:

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG Dyan Kunthi Nugrahaeni 1 dan Triane Indah Fajari STIKES A. Yani Cimahi ABSTRAK Latar Belakang Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai permasalahan kesehatan reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dan persalinan usia muda, ketergantungan napza dan resiko terkena penyakit menular seksual. Permasalahan tersebut disebabkan kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Tujuan Mengetahui bagaimana pengaruh konseling kesehatan remaja (KRR) terhadap pengetahuan dan sikap seksual remaja. Metodologi Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, yaitu pretest and posttest design with non equivalent group. sampel sebanyak 58 orang yang diberikan konseling KRR dan 58 orang yang tidak diberikan konseling KRR. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat untuk mengetahui adanya perbedaan dengan Mann-Whitney Test. Besarnya pengaruh perlakuan dihitung dari mean hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Hasil Pada kelompok eksperimen, hasil pretest pengetahuan seksual remaja dengan kategori baik 15,5%, setelah mendapatkan konseling menjadi 86,2%. Pada kelompok pembanding, hasil pretest dengan pengetahuan baik 5,2% dan posttest 3,4%. Pada kelompok eksperimen, sikap mendukung 44,8% setelah mendapat konseling menjadi 53,4%, pada kelompok pembanding, sikap mendukung hasil pretest dan posttest sebesar 50%. Hasil uji Mann Whitney test, didapatkan bahwa konseling KRR berpengaruh terhadap pengetahuan (Pvalue 0,0005), dan sikap seksual remaja (Pvalue 0,0005). Konseling KRR berpengaruh terhadap pengetahuan dengan skor 7 point lebih tinggi sedangkan sikap 5 point lebih tinggi pada kelompok eksperimen daripada kelompok pembanding. Simpulan Konseling KRR berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap seksual remaja. Diharapkan pihak sekolah memberikan bimbingan dan konseling KRR secara rutin kepada siswa SMA. Kata Kunci : KRR, Pengetahuan, Sikap, kuasi eksperimen Kepustakaan : 2004-2009 : 25 A. PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas penyakit atau bebas dari kecacatan tetapi sehat secara mental, sosial dan kultural. Konseling kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu proses konsultasi dimana seorang konselor memberikan informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja. Tujuan konseling KRR adalah untuk memberikan informasi dan fakta kepada remaja agar mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengambil suatu keputusan mengenai tindakan yang akan diambil. Muatan pendidikan yang disarankan dalam materi pemberian konseling KRR antara lain: seksualitas, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan napza. Jurnal Kesehatan Kartika 34

Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki (KTD), kehamilan dan persalinan usia muda, masalah ketergantungan napza yang meningkatkan resiko penyakit menular seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS), dan kekerasan seksual. Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi berasal dari kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Orang tua yang diharapkan remaja dapat dijadikan tempat bertanya atau dapat memberikan penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi, ternyata tidak banyak berperan karena masalah tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan dengan anak remajanya. Guru, yang juga diharapkan oleh orang tua dan remaja dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada siswanya tentang kesehatan reproduksi, ternyata masih menghadapi banyak kendala dari dalam dirinya, seperti: tabu, merasa tidak pantas, tidak tahu cara menyampaikannya, tidak ada waktu, dan lain sebagainya. Solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan pemberian pendidikan mengenai kesehatan reproduksi. Penelitian PKBI pada tahun 2005 yang dilakukan di 4 kota besar yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya, dan Medan tentang perilaku seksual remaja menyatakan remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52% dengan kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan 85% dilakukan di rumah sendiri. Berdasarkan data PKBI (2006), didapatkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja, sebagian besar dilakukan dengan cara tidak aman, 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap seksual remaja yang mendapat dan tidak mendapatkan konseling KRR dan mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan dan sikap remaja. B. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, yaitu eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian dengan penunjukan subjek secara nir-acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian (Murti, 1997). Jenis desain eksperimen kuasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain sesudah dan sebelum dengan kontrol ( pretest and posttest design with non equivalent group). Skema rancangan adalah sebagai berikut: PRETEST PERLAKUAN (KRR) POSTEST Eksperimen PRETEST POSTEST Pembanding Gambar 1. Skema Penelitian Jurnal Kesehatan Kartika 35

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Margahayu Kabupaten Bandung yang berjumlah765 siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kesehatan reproduksi adalah 61 siswa dijadikan sebagai eksperimen dan sebagai pembanding menggunakan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler sebanyak 61 siswa. Uji statistik menggunakan statistik non parametrik, yaitu Mann-Whitney Test. Pengaruh perlakuan dihitung menggunakan perhitungan mean hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding, dengan rumus : C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dan sikap seksual remaja pada kelompok eksperimen antara pretest dan postest ada perubahan yang cukup besar dibandingkan pada kelompok pembanding. Dari hasil pretest kelompok eksperimen, pengetahuan baik hanya 15,50%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 86,20%. Hasil pretest variabel sikap, responden yang memiliki sikap mendukung hanya 44,8%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 53,40%. Untuk selengkapnya dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Hasil Pretest-Postestt Pengetahuan dan Sikap Seksual Remaja yang mendapat Konseling dan Tidak Mendapat Konseling KRR di SMA N 1 Margahayu Bandung Tahun 2010 Variabel Pengetahuan Seksual 1. Kelompok Eksperimen a. Kurang b. Baik 2. Kelompok Pembanding a. Kurang b. Baik Sikap Seksual 1. Kelompok Eksperimen a. Tidak Mendukung b. Mendukung Variabel 2. Kelompok Pembanding a. Tidak Mendukung b. Mendukung Pre test Post test % % 49 84,5 8 9 15,5 50 58 100 58 55 94,8 56 3 5,2 2 58 100 58 32 26 55,2 44,8 27 31 58 100 58 100 Pre test Post test % % 29 50 29 50 29 50 29 50 58 100 58 13,8 86,2 100 96,6 3,4 100 46,6 53,4 100 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata (mean) skor jawaban responden mengenai pengetahuan dan sikap seksual remaja, yaitu mean postes lebih tinggi pada Jurnal Kesehatan Kartika 36

kelompok eksperimen di bandingkan pada kelompok pembanding. Mean pengetahuan dan sikap, untuk selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 1 Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja Gambar 1. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja Gambar 2. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja Analisis data menggunakan uji Mann Whitney Test dan diperoleh hasil bahwa konseling kesehatan reproduksi remaja berpengaruh terhadap pengetahuan dengan p-value 0,0005 dan sikap seksual remaja dengan p-value 0,0005. Besarnya pengaruh untuk variabel pengetahuan sebesar 7, yang berarti bahwa remaja yang mendapatkan konseling KRR pengetahuannya akan lebih tinggi 7 poin dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan konseling KRR. Sedangkan besarnya pengaruh variabel sikap adalah sebanyak 5, yang berarti bahwa remaja yang mendapatkan konseling KRR sikapnya akan lebih tinggi 5 poin dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan konseling KRR. Jurnal Kesehatan Kartika 37

Pengetahuan remaja adalah hal-hal yang harus diketahui remaja terkait seksualitas. Pentingnya pengetahuan seksual akan mendorong remaja untuk melakukan tindakan preventif atau promotif dalam kesehatan reproduksi. Sikap merupakan perasaan mendukung atau memihak (positif) maupun kurang mendukung atau tidak memihak (negatif) pada objek tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi atau bertindak apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan diberikannya konseling pada siswa secara rutin mengenai kesehatan reproduksi remaja akan berdampak pada peningkatan pengetahuan sehingga siswa lebih mengetahui kesehatan reproduksi secara benar dan bertanggungjawab. Dengan pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi, diharapkan siswa akan bersikap positif mengenai perilaku seksual, dan diharapkan tidak terjerumus pada masalah-masalah remaja mengenai seksual, diantaranya kehamilan tidak diinginkan, pernikahan di usia dini, aborsi, infeksi menular seksual, HIV-AIDS dan perilaku penyimpangan seksual lainnya. D. KESIMPULAN Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya konseling KRR dapat meningkatkan pengetahuan disertai sikap yang mendukung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung terhadap suatu stimulus, dalam hal ini adalah hal-hal terkait seksualitas dapat dimanifestasikan kedalam bentuk perilaku. Terbentuknya perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dimana subjek tahu terlebih dahulu stimulus berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dan menimbulkan respon yang lebih jauh berupa tindakan yang berhubungan dengan objek tertentu. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka cipta Athar, et, al. (2004). Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Cetakan 2. Jakarta : Pustaka Zahra BKKBN. (2002). Pemenuhan kebutuhan Remaja dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Family health international Brink, J, Pamela., &Wood, J, Marilynn. (2000). Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Edisi ke 4. Jakarta : EGC Departemen keseharan RI. (2001). Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta : Bakti husada Jurnal Kesehatan Kartika 38

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Achjar. (2006) Pengaruh Penyampaian Pendidikan Kesehatan Reproduksi oleh Kelompok Sebaya (peer group) terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja, http://jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Februari 2010 Format referensi elektronik direkomendasi oleh BKKBN. (2003) Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 19 Februari 2010 Format referensi elektronik direkomendasi oleh BKKBN. (2008) Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 19 Februari 2010 Format referensi elektronik direkomendasi oleh Eha. (2000) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMU Di Kabupaten Serang Banten, http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010 Format referensi elektronik direkomendasi oleh PKBI. (2003) PIK KRR, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 17 Februari 2010 Format referensi elektronik direkomendasi oleh Resnayati. (2000) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa SLTPN dan SMUN di wilayah Jakarta Timur, http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010 Format referensi elektronik direkomendasi oleh Sekarningsih, Dwiati. (2001) Pengaruh Pembimbingan terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMU SF Asisi, http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010 Gulo. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT.Grasindo Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Moelino, L, et al. (2006). Multi Media Materi KRR. Bandung : TP-UKS Jabar Murti, Bhisma. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjahmada university press Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta. (2007). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka cipta Rasyid, M. (2007). Pendidikan Seks : Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih Bermoral. Semarang : Syiar Media Publishing Jurnal Kesehatan Kartika 39

Riyanto, A. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Media Sarwono, S (2008). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada Soetjiningsih (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto Sulaeman. (2000). Psikologi Remaja : Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung : Mandar maju Surjadi, C, at, el (2001). Kesehatan Reproduksi, Narkoba dan Kota Sehat. Jakarta: JEN Jurnal Kesehatan Kartika 40