BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

dokumen-dokumen yang mirip
EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Ada kalanya kepentingan mereka itu saling bertentangan, hal mana dapat

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

JAMINAN. Oleh : C

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ungkapan ubi societas ibi ius atau dimana ada. liar, siapa yang kuat dialah yang menang. Tujuan hukum adalah untuk

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelesaian masalah di Pengadilan Agama ada syarat-syarat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN NOTARIS DALAM KASUS PERDATA DAN PIDANA Dr. AGUNG IRIANTORO, SH.,MH

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

HAK MENUNTUT KERUGIAN KEUANGAN NEGARA SETELAH PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI 1 Oleh: Jekson Kasehung 2

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

JONI BASKORO C

Kata Kunci : Alat Bukti, Sumpah dan Pemeriksaan

Oleh Helios Tri Buana

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : HKT 4009 JUMLAH SKS : 4

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB IV. memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili agar

JAWABAN Sebuah Jawaban harus disertai dengan alasan-alasan:

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

PRAKTEK IV: SURAT GUGATAN. Andrie Irawan, SH., MH Lembar Dyahayu Werdiningsih, SH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogayakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

BAB I PENDAHULUAN. proses beracara yang sesuai dengan hukum acara perdata. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

Oleh : YUDI PRASETYO

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

TERGUGAT DUA KALI DIPANGGIL SIDANG TIDAK HADIR APAKAH PERLU DIPANGGIL LAGI

KEWENANGAN PENGADILAN DALAM MENGADILI MENURUT HUKUM TANPA MEMBEDA-BEDAKAN ORANG (ASAS OBYEKTIFITAS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

Laporan Pelaksanaan Persidangan Perkara Perdata Di Pengadilan Negeri Sukoharjo Gugatan Waris Dan Perbuatan Melawan Hukum

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

BAB 4 EKSEPSI TERHADAP GUGATAN CITIZEN LAWSUIT YANG BERSIFAT PREMATUR (Studi Kasus: Perkara No. 323/Pdt.G/2006/PN.JKT.PST)

BAB I PENDAHULUAN. usaha dalam penegakan hukum dalam masyarakat lewat peradilan maupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. 1 Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata material dan hukum perdata formal. Pada dasarnya setiap manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga ia harus berinteraksi dengan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut. Dalam hubungan interaksi tersebut ada yang tidak menimbulkan akibat hukum dan ada yang menimbulkan akibat hukum yaitu dengan timbulnya suatu hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hubungan yang menimbulkan hak dan kewajiban inilah yang disebut hubungan hukum. Di dalam suatu hubungan hukum terkadang terjadi dimana salah satu pihak tidak menjalankan kewajibannya kepada pihak yang lain, sehingga pihak yang lain tersebut merasa dirugikan. Dengan adanya kejadian tersebut maka untuk mempertahankan haknya seperti telah diatur dalam hukum perdata materiil, seseorang harus bertindak atas peraturan hukum yang berlaku, dan apabila seseorang tidak dapat menyelesaikan sendiri dengan cara damai maka 1 Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1986, halaman 325.

2 dapat meminta bantuan penyelesaian kepada hakim (pengadilan). Dan cara penyelesaian lewat pengadilan tersebut diatur didalam hukum perdata formal yaitu hukum acara perdata. 2) Menurut Sudikno Mertokusumo : Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim atau dengan kata lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. 3) Dalam proses pemeriksaan perkara perdata di pengadilan negeri terdapat beberapa acara pemeriksaan dimuka hakim, diantaranya pengajuan gugatan oleh penggugat, kemudian pada sidang-sidang selanjutnya dilanjutkan dengan pembacaan gugatan oleh penggugat, pengajuan jawaban tergugat, replik, duplik, pembuktian, kesimpulan sampai dengan putusan hakim dan menjalankan putusan tersebut. Jawaban tergugat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: 1) jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara yang disebut tangkisan atau eksepsi; 2) jawaban tergugat mengenai pokok perkara ( verweer ten principale ) 4) Menurut Sudikno Mertokusumo eksepsi adalah suatu sanggahan atau bantahan dari pihak tergugat terhadap gugatan penggugat yang tidak langsung mengenai pokok perkara, yang berisi tuntutan batalnya gugatan. 5) 2 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya bakti, Bandung 1990, halaman 16. 3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1985, halaman 2 4 Ny. Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, 5 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, halaman 97.

3 Jawaban yang berupa eksepsi kecuali eksepsi tentang tidak berkuasanya hakim, tidak boleh diajukan atau dipertimbangkan secara terpisah tetapi diperiksa dan diputus secara bersama-sama dengan pokok perkara. Menurut Wiryono Prodjodikoro eksepsi dalam pasal 136 HIR, 162 RBg itu sebagai perlawanan tergugat yang tidak mengenai pokok perkara, melainkan hanya mengenai soal acara belaka. Dengan demikian jawaban gugatan yang berupa eksepsi tidak menyinggung pokok perkara, sehingga harus diputus lebih dahulu sebelum hakim mengarahkan pemeriksaan kepada pokok perkara. Jadi tidak perlu harus diperiksa dan diputus bersama dengan pokok perkara menurut pasal 136 HIR, 162 RBg. Jika eksepsi dan pokok perkara diperiksa dan diputus secara terpisah toh tidak ada sanksinya menurut undang-undang. Oleh karena itu ketentuan pasal tersebut sebaiknya diartikan sebagai anjuran saja kepada tergugat agar seberapa boleh mengumpulkan segala yang ingin diajukan dalam jawaban pada waktu dia mengajukan jawaban pada permulaan pemeriksaan perkara. Pengajuan eksepsi ini dapat dapat dilakukan karena untuk menuntut batalnya suatu gugatan, ataupun tidak dikabulkannya tuntutan penggugat. Apabila eksepsi ini dikabulkan oleh majelis hakim maka perkara tersebut selesai pada tingkat pertama, apabila penggugat tidak puas atas putusan tersebut maka dapat mengajukan mengajukan permohonan banding ke pengadilan tinggi yang bersangkutan. Tapi apabila eksepsi itu ditolak maka dijatuhkan putusan sela dan dalam putusan tersebut sekaligus diperintahkan supaya kedua belah pihak melanjutkan perkara tersebut.

4 Dalam ilmu hukum terdapat beberapa jenis eksepsi yaitu: eksepsi disqualificatoir, eksepsi peremptoir, eksepsi dillatoir, Eksepsi kewenangan relatif dan eksepsi kewenangan absolut. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang eksepsi kewenangan relatif yaitu kewenangan mengadili perkara berdasarkan pembagian daerah hukum atau kekuasaan mengadili antara Pengadilan Negeri. Misal gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat atau berlaku asas actor seguitor forum rei. Seperti dijelaskan pada pasal 118 HIR ayat (1) yaitu disebutkan bahwa gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat tergugat tinggal, apabila tergugat tidak mempunyai tempat tinggal yang tidak tentu maka gugatan dapat diajukan di Pengadilan Negeri tempat kediaman tergugat atau tempat tinggal tinggal tetap tergugat. Akan tetapi seringkali ada kesalahan dalam pengajuan surat gugatan tersebut. Oleh karena itu apabila dalam pengajuan gugatan tersebut tergugat merasa bahwa pengajuan gugatan oleh penggugat tidak sesuai dengan tempat tinggal tergugat yang sekarang maka tergugat dapat mengajukan eksepsi. Dari uraian tersebut diatas maka penulis merasa tertarik untuk menelitinya dalam bentuk skripsi dengan judul : STUDI TENTANG EKSEPSI MENGENAI KEWENANGAN RELATIF TERHADAP PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA).

5 B. Perumusan Masalah Di sini penulis perlu mengemukakan perumusan yang akan dibahas dalam skripsi ini, agar arah dan tujuan dari skripsi ini akan terarah. Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pengajuan eksepsi kewenangan relatif sampai pada pelaksanaannya dalam pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri? 2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan diterima atau tidaknya eksepsi kewenangan relatif? 3. Bagaimana akibat hukum dari adanya eksepsi terhadap kewenangan relatif tersebut? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui proses pengajuan eksepsi kewenangan relatif sampai pada pelaksanaannya dalam pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri. 2. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan diterima atau tidaknya eksepsi kewenangan relatif. 3. Untuk mengetahui akibat hukum dari adanya eksepsi terhadap kewenangan relatif. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagi ilmu pengetahuan hukum Diharapkan dapat memberikan masukan dibidang ilmu hukum khususnya hukum acara perdata.

6 2. Bagi masyarakat Dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang akan mengajukan gugatan ke Pangadilan Negeri sehingga masyarakat akan mengetahui ke pengadilan mana gugatan tersebut akan diajukan. 3. Bagi pengadilan. Dengan adanya penulisan skiripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan masukan bagi pengadilan khususnya bidang acara perdata mengenai eksepsi kewenangan relatif. E. Metode Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan tentang eksepsi mengenai kewenangan relatif yang bertujuan untuk mengetahui proses pengajuan eksepsi mengenai kewenangan relatif sampai pada pelaksanaannya dalam pemeriksaan perkara di PN dan untuk mengetahui akibat hukum dari adanya eksepsi mengenai kewenangan relatif. Maka dari apa yang dikemukakan penulis di atas metode yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah: a. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini maka penulis menggunakan penelitian deskriptif yaitu peneliti menggambarkan dan menguraikan semua data yang diperoleh dari lapangan yang berkaitan dengan tema dan judul

7 skripsi secara jelas dan terperinci yang kemudian dianalisa guna memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan suatu penyelesaian. Dalam hal ini penulis menggambarkan dan menguraikan dan mendeskripsikan mengenai bagaimana proses pengajuan eksepsi kewenangan relatif sampai pada pelaksanaannya dalam pemeriksaan perkara di PN serta akibat hukum dari adanya eksepsi terhadap kewenangan relatif. b. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan normatif sosiologis karena yang diteliti adalah aspek-aspek hukum mengenai eksepsi kewenangan relatif dalam pemeriksaan perkara perdata. c. Data Penelitian : 1) Data primer Yaitu sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara langsung diperoleh dari sumbernya dimana penelitian dilakukan. Dalam hal ini data yang akan penulis kumpulkan adalah keterangan dari para hakim di Pengadilan Negeri Surakarta sebagai responden. 2) Data sekunder Adalah keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang menunjang atau mendukung kelengkapan data primer. Adalah data-data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan melalui literature-literatur

8 maupun bacaan yang lain yang berkaitan dengan materi penelitian ini, yaitu antara lain: a) Berkas-berkas maupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, khususnya berkas-berkas putusan perdata yang berkaitan dengan masalah eksepsi kewenangan relatif. b) Peraturan perundang-undangan yang menyinggung tentang eksepsi yaitu HIR, RBg dan yurisprudensi. c) Buku-buku tentang hukum acara perdata. F. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini akan digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian Kepustakaan Dalam penelitian kepustakaan ini dapat dilakukan dengan mencari, mengumpulkan serta mempelajari bahan yang berupa buku-buku literature, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen atau bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan objek yang diteliti. 2. Penelitian lapangan Yaitu melakukan penelitian lagsung ke objek penelitian melalui: a. Observasi (pengamatan) Yaitu dilakukan dengan mengamati secara langsung pada objek penelitian dalam hal ini sidang di Pengadilan Negeri Surakarta.

9 b. Wawancara Merupakan penelitian tanya jawab lesan antara dua orang atau lebih yang berhadapan secara langsung atau fisik. Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan secara terstruktur, sebab dianggap lebih sesuai dan memadai untuk menyimpulkan data yang benar sesuai dengan kenyataan. Wawancara dilakukan terhadap para hakim di Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa dan memutus perkara perdata khususnya eksepsi mengenai kewenangan relatif. c. Quesioner Tehnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara tidak langsung atau tertulis dengan para hakim yang pernah memeriksa atau memutus perkara yang berkaitan dengan eksepsi mengenai kewenangan relatif. G. Metode Analisis Data Tahap analisis data adalah tahap yang penting dan menentukan dalam suatu penelitian. Tehnik analisis data tidak dapat dipisahkan dari jenis data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini tehnik analisis data yang diperlukan adalah bersifat kualitatif yaitu data-data atau keteranganketerangan yang terkumpul tidak disajikan dalam bentuk angka-angka, melainkan dalam bentuk uraian yang mendalam dengan memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan membandingkan peraturan yang meliputi putusan hakim (yurisprudensi) dan peraturan yang ada hubungannya dengan eksepsi dengan buku bacaan tentang

10 eksepsi mengenai kewenangan relatif kemudian dianalisis secara kualitatif yang akan memberikan gambaran menyeluruh tentang seluruh aspek yang berhubungan dengan eksepsi mengenai kewenangan relatif. Penelitian lapangan digunakan untuk mendapatkan data primer yang dilakukan dengan cara observasi dan interview dari responden sehingga dapat gambaran lengkap mengenai eksepsi relatif. Kemudian dianalisis secara kualitatif dicari pemecahannya dan ditarik kesimpulan. H. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Metode Pengumpulan Data G. Metode Analisa Data H. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Eksepsi 1. Eksepsi 2. Dasar hukum eksepsi

11 B. Tinjauan Tentang Eksepsi Kewenangan Relatif 1. Eksepsi kewenangan relatif 2. Proses pengajuan ekepsi kewenangan relatif C. Tinjauan Tentang Proses Penyelesaian Perkara 1. Menyusun surat gugatan 2. Pengajuan surat gugatan ke pengadilan negeri 3. Pemanggilan pihak yang berperkara 4. Pelaksanaan sita jaminan 5. Proses pemeriksaan perkara 6. Pembuktian 7. Putusan 8. Eksepsi kewenangan relatif terhadap pemeriksaan perkara perdata BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proses pengajuan eksepsi kewenangan relatif sampai pada pelaksanaannya dalam pemeriksaan perkara di PN B. Pertimbangan hakim dalam menetukan diterima atau tidaknya eksepsi kewenangan relatif C. Akibat Hukum dari adanya eksepsi terhadap kewenangan relatif BAB IV PENUTUP A B Kesimpulan Saran