BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

1 BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Modal merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I PENDAHULUAN. (sekuritas), berupa surat utang (obligasi), saham, reksa dana, dan lain-lain.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir pekembangan perusahaan yang terdaftar di

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama 10 tahun terakhir pasar modal di Indonesia telah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

perusahaan emiten dan underwriter (penjamin emisis efek). Sedangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha, keputusan melakukan investasi sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pajak merupakan suatu sumber dana terbesar pada

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pesatnya perkembangan dunia industri menimbulkan persaingan yang ketat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan (return) saham bagi investor, karena return saham

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk penggalangan dana publik. Bagi investor, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya produktivitas dan performa perusahaan. Modal investasi dulunya dapat dipenuhi dengan utang ataupun investasi pemilik. Seiring berkembangnya perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal ini dibutuhkan untuk berinvestasi guna lebih meningkatkan produktivitas, daya saing perusahaan, ekspansi, pengembangan produk melalui riset, dan lain sebagainya. Meningkatnya kebutuhan akan pendanaan membuat perusahaan harus dapat memperoleh dana dengan cepat dan menerbitkan saham untuk dijual di pasar modal menjadi opsi yang sering ditempuh oleh perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal sering disebut dengan istilah perusahan go public atau masyarakat Indonesia sering menyebutnya dengan istilah perusahaan terbuka. Perusahaan go public secara istilah dapat diartikan sebagai penawaran saham atau obligasi oleh pihak penerbit (perusahaan emiten) kepada masyarakat umum (Asmalidar 2011). Penerbitan saham sangat membantu perusahaan yang membutuhkan dana cepat, dengan catatan mereka rela melepaskan persentase kepemilikan saham perusahaan kepada investor yang membeli saham mereka. Semakin hari semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk go public. Hal ini juga diikuti dengan semakin banyaknya investor yang melakukan jual beli saham di pasar modal. Mulai dari investor dengan dana investasi miliaran 1

maupun jutaan rupiah. Sehingga keberadaan pasar modal dapat sangat membantu kebutuhan pendanaan suatu perusahaan. Pasar modal di Indonesia atau biasa disebut Bursa Efek Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat dimulai pada tahun 1989. Husnan (2001) menyatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan perkembangan pasar modal antara lain perkembangan ekonomi yang cukup baik dan tingkat bunga relatif rendah, tetapi kebijakan pemerintah nampaknya mempunyai peran yang sangat besar. Selain itu Bursa Efek Indonesia juga mengalami proses belajar dari investornya hal ini terlihat dengan pasar modal yang semakin efisien. Perusahaan yang akan go public pada awalnya akan menawarkan sahamnya ke pasar perdana atau biasa disebut dengan initial public offering (IPO). Perusahaan emiten bertindak sebagai issuer yang menawarkan persentase kepemilikan sahamnya kepada investor yang ingin membeli saham perusahaannya. Pasar perdana tentunya akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan, hal ini dikarenakan investor dapat memperoleh keuntungan berupa capital gain seketika setelah saham perusahaan ditawarkan di pasar sekunder dengan catatan harga di pasar perdana underpricing. Kebanyakan kasus menunjukan bahwa saham yang ditawarkan pada pasar perdana cenderung memiliki harga saham yang lebih murah sehingga investor akan memperoleh keuntungan disaat saham diperdagangkan di pasar sekunder. Saat menerbitkan saham di pasar perdana, perusahaan bekerja sama dengan penjamin emisi atau underwriter. Underwriter adalah perusahaan efek yang mendapatkan izin untuk bergerak di bidang penjaminan emisi yang memiliki fungsi 2

untuk menjamin terjualnya efek yang ditawarkan saat pasar perdagangan saham perdana sebagaimana yang telah disepakati dengan pihak emiten. Harga saham yang ditawarkan di pasar perdana merupakan kesepakatan antara underwriter dan emiten. Keberadaan underwriter bermanfaat karena mereka memiliki cukup informasi mengenai permintaan terhadap saham-saham emiten di pasar perdana. Dengan adanya kerja sama ini harga kesepakatan yang optimal akan terbentuk. Harga yang disepakati diharapkan dapat menarik minat investor, sehingga dapat memperkecil risiko keharusan bagi underwriter untuk membeli saham yang tidak laku terjual. Hal ini sesuai dengan sifat underwriter yang melakukan penjaminan secara penuh (full commitment). Perusahaan memperoleh nilai wajar saham yang semakin tinggi jika kinerja perusahaan baik. Kinerja perusahaan yang baik tercermin dari laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan dasar yang digunakan untuk menilai kelayakan harga suatu saham perusahaan. Sehingga laporan keuangan tersebut merupakan sumber informasi yang digunakan oleh pihak-pihak seperti calon investor, emiten, dan underwriter untuk menilai perusahaan yang akan go public. Semakin baik angka-angka yang tertera pada laporan keuangan maka perusahaan akan dapat menawarkan harga saham semakin tinggi karena kinerja keuangan yang bagus menginterpretasikan kondisi perusahaan. Namun agar lebih independen dan dapat dipertanggungjawabkan maka laporan keuangan harus terlebih dulu diaudit oleh Kantor Akuntan Publik sebagaimana yang tertera pada keputusan menteri keuangan RI No.589/KMK.01/1997. Perusahaan juga wajib untuk membuat prospektus perusahaan yang berisi informasi akuntansi dan non-akuntansi. Informasi akuntansi berisi ikhtisar laporan keuangan yang terdiri dari neraca, 3

laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non-akuntansi terdiri dari informasi selain laporan keuangan seperti profil perusahaan, analisis pasar, kompetitor, informasi underwriter, informasi auditor, jumlah saham yang ditawarkan, dan informasi lainnya. Saat perusahaan melakukan penawaran saham perdana sering terjadi fenomena menarik yaitu fenomena underpricing. Underpricing merupakan kondisi di mana harga penawaran saham pada pasar perdana lebih murah dibandingkan setelah dijual di pasar sekunder. Hal ini bagi beberapa pihak yang terlibat memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Bagi pihak investor, terjadinya underpricing akan menarik minat mereka untuk membeli saham yang dijual oleh emiten. Bagi pihak emiten, fenomena ini membuat mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh dana maksimal dari penerbitan saham mereka. Sudah banyak peneliti yang mencari tahu penyebab terjadinya fenomena underpricing saat IPO. Peneliti menggunakan berbagai macam variabel untuk menganalisis apa yang sebenarnya mempengaruhi terjadinya underpricing. Berikut beberapa peneliti yang melakukan penelitian mengenai faktor penyebab terjadinya underpricing. Abdullah dan Mohd (2004) melakukan penelitian mengenai undepricing IPO di Kuala Lumpur Stock Exchange pada periode 1991 hingga 1998. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 70 perusahaan dari 9 jenis industri. Hasil analisis statistik menunjukan variabel SIZE, NATIVE, VALUELOST, dan OWNERSHIP berpengaruh signifikan terhadap underpricing IPO pada emerging market seperti di Malaysia. 4

Tian (2012) melakukan penelitian kejadian underpricing IPO di London Stock Exchange. Penelitian dilakukan menggunakan sampel sebanyak 117 perusahaan pada periode Januari 2002 hingga Januari 2012. Hasil yang diperoleh variabel issue size, resiko, dan debt ratio berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi underpricing IPO. Astuti dan Syahyunan (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), earning per share, dan variabel nonkeuangan lainnya yakni ukuran penawaran saham, umur perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor, inflasi, dan suku bunga secara serempak berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada tahun 2007- Juni 2012. Sedangkan secara parsial hanya reputasi underwriter yang berpengaruh signifikan. Seorang investor yang berorientasi jangka panjang tentu akan melakukan analisis terhadap perusahaan tempat ia akan berinvestasi dan biasanya hal yang dianalisis ialah kinerja keuangan perusahaan. Faktor finansial seperti variabel fundamental yang terdiri dari rasio solvabilitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Sehingga walaupun harga ditawarkan underpricing tidak serta merta memberikan pandangan yang pantas bagi investor tersebut. Oleh sebab itu informasi faktor fundamenal dapat dijadian acuan bagi investor. Fenomena underpricing pada saat melakukan IPO juga dapat dikaitkan dengan signaling theory. Signaling theory merupakan tindakan rasional yang dilakukan perusahaan untuk memberikan sinyal positif bagi calon investor 5

khususnya yang akan membeli saham di pasar perdana. Hal ini dikarenakan dengan melakukan underpricing saat IPO dapat menjadi sinyal atas kinerja perusahaan yang memiliki prospek baik ke depannya karena pemberian diskon terhadap saham menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat, selain itu hanya perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik yang mampu menawarkan harga saham perdana secara underpricing. Pada kasus perusahaan yang melakukan go public, perusahaan akan menerbitkan prospektus yang dapat memberikan informasi mengenai harga ideal untuk saham perusahaan tersebut. Namun kenyataanya masih banyak perusahaan yang masih menerbitkan harga saham di pasar perdana lebih rendah bahkan di bawah harga wajar saham yang dapat di analisis melalui prospektus yang telah disusun serta diaudit. Sehingga akan muncul pertanyaan Mengapa perusahaan tetap menerbitkan saham secara underpricing?, Apakah informasi pada prospektus dapat mencerminkan harga saham yang wajar?, Apakah faktor fundamental perusahaan mempengaruhi underpricing IPO?, serta Apakah perusahaan yang melakukan underpricing untuk kepentingan dalam melakukan signaling theory? Penelitian mengenai fenomena underpricing sudah banyak dilakukan namun hasil empiris yang muncul sering tidak konsisten. Sehingga hal ini menarik untuk diteliti, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya underpricing saat IPO. Hal ini menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap tingkat underpricing saat IPO di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini akan melakukan studi empiris terhadap perusahaan go public yang terdaftar di 6

Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2014. Faktor fundamental yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai variabel independen ialah return on asset (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), debt ratio (DR), dan current ratio (CR). Sedangkan variabel dependen ialah tingkat underpricing price saham perusahaan IPO. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut terdapat inkonsistensi mengenai penyebab terjadinya underpricing IPO pada beberapa penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu penulis merumuskan masalah terkait penelitian yang akan dilakukan, yaitu apakah faktor fundamental perusahaan mempengaruhi terjadinya underpricing di saat IPO? Kemudian rumusan masalah tersebut dipecah menjadi beberapa poin yang setiap poinnya mewakilkan faktor fundamental perusahaan, berikut pemaparannya: 1. Apakah return on asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 2. Apakah return on equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 3. Apakah debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 4. Apakah debt ratio berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 5. Apakah current ratio berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 7

6. Apakah faktor fundamental perusahaan (return on asset, return on equity, debt to equity ratio, debt ratio, dan current ratio) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis hubungan antara return on asset terhadap underpricing. 2. Untuk menganalisis hubungan antara return on equity terhadap underpricing. 3. Untuk menganalisis hubungan antara debt to equity ratio terhadap underpricing. 4. Untuk menganalisis hubungan antara debt ratio terhadap underpricing. 5. Untuk menganalisis hubungan antara current ratio terhadap underpricing. 6. Untuk menganalisis dan membuktikan secara simultan pengaruh faktor fundamental perusahaan (return on asset, return on equity, debt to equity ratio, debt ratio dan current ratio) terhadap underpricing. 1.4 Lingkup Penelitian Untuk membuktikan rumusan masalah yang telah dirumuskan pada penelitian ini, lingkup penelitian yang digunakan ialah perusahaan yang mengalami underpricing disaat melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2014. 8

1.5 Manfaat Penelitian Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu: 1. Investor. Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor atau calon investor memperoleh informasi mengenai faktor fundamental dalam mengambil keputusan investasi pada pasar perdana. 2. Perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan bila ingin melakukan initial public offering (IPO) agar memperoleh hasil yang optimal dalam implementasinya. 3. Akademisi. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan referensi serta literatur dalam bidang keuangan, sehingga memberikan manfaat untuk penelitian berikutnya. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bagian ini memberikan gambaran penelitian sehingga diharapakan dapat mempermudah pembaca untuk memahami isi dari penelitian ini. BAB II : TINJAUAN LITERATUR DAN TEORI DASAR 9

Menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, penjelasan penelitian terdahulu, serta pengembangan hipotesis atas penelitian ini. BAB III : METODE PENELITIAN Menjelaskan tentang metode yang akan digunakan, variabel penelitian, data dan sampel, serta metode analisis. BAB IV : PEMBAHASAN Menjelaskan tentang analisa deskriptif serta tabel maupun grafik dari hasil penelitian atas pengujian sampel faktor fundamental terhadap underpricing IPO. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian, keterbatasn dalam penelitian yang dilakukan, serta saran untuk kemajuan penelitian selanjutnya. 10