BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. strategi manajemen perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Initial public offering (IPO), dapat juga disebut dengan istilah go public, adalah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal, termasuk

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan diharuskan tetap bugar untuk bertahan dalam menjalankan ekspansi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk

perusahaan emiten dan underwriter (penjamin emisis efek). Sedangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dalam iklim persaingan yang dihadapi. Demi mencapai pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi ketatnya dunia usaha, perusahaan melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan IPO (Initial Public Offerings) yang dilakukan di pasar perdana

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang semakin banyak ditempuh perusahaan dalam rangka pendanaan usaha.

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan dalam melakukan transformasi bisnis dari suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang berbasis bisnis adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan mencari keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak perusahaan melakukan ekspansi. Dalam kegiatan ekspansi ini perusahaan membutuhkan modal, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public merupakan salah satu alternatif sumber permodalan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat. Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud sebagai efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. 1 Keputusan untuk go public sekarang ini menjadi salah satu cara yang diminati oleh perusahaan-perusahaan untuk berekspansi, tidak hanya perusahaan swasta saja namun perusahaan-perusaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun go public dengan melakukan IPO (Initial Public Offering) untuk memperoleh modal. Alasannya BUMN melakukan IPO adalah kepemilikan saham yang menyebar dan 1 http://www.bapepamlk.depkeu.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/uu_pm/bab_i.htm 1

2 tidak dimonopoli dan melalui IPO aktivitas transaksi di pasar modal akan semakin diminati. Seperti halnya BUMN, alasan-alasan ini pun melandasi banyak perusahaan yng ingin go public melakukan IPO. 2 Perusahaan yang akan go public biasanya dimulai dengan keputusan melakukan IPO. IPO adalah kegiatan perusahaan untuk menawarkan sebagian sahamnya kepada masyarakat. IPO dilakukan di pasar perdana (primary market), kemudian selanjutnya saham tersebut akan di perjual-belikan di pasar modal atau disebut pasar sekunder (secondary market). Dengan IPO, perusahaan akan memperoleh akses modal dari masyarakat luas yang bisa menurunkan biaya pendanaan dan investasi, selain itu dana dapat diperoleh dalam jumlah besar dibanding dana dari perbankan. Dalam kegiatan IPO ini pihak-pihak yang terkait adalah emiten, investor atau penanam modal, underwriter, dan regulator pasar modal. Emiten akan berusaha menjual sahamnya dengan harga yang setinggi-tingginya, dilain pihak underwriter sebagai pihak yang memberikan jasa untuk menjual saham, berusaha agar seluruh saham tersebut terjual, sehingga mereka akan berusaha menurunkan harga dengan meminta diskon kepada emiten, demikian pula dengan investor sebagai pihak pembeli berusaha untuk membeli saham tersebut dengan harga semurah-murahnya. Perhatian paling banyak diberikan pada penetapan harga IPO, hal ini sangat penting bagi pihak-pihak terkait mengingat penetapan harga IPO akan menentukan berhasil atau tidaknya IPO tersebut, dan hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi kepentingan masing-masing pihak. IPO dapat dikatakan berhasil apabila sahamnya diminati oleh para investor. 2 Sriwijaya Post, IPO Pilihan Terbaik Privatisasi BUMN, 05 Juli 2007

3 Di Indonesia terdapat kecenderungan underpricing saat Initial Public Offering (IPO) yaitu harga saham hari pertama di pasar sekunder lebih tinggi dari harga saham penawaran perdananya. Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sebaliknya bila terjadi overpricing, dimana harga saham di pasar sekunder lebih rendah dari harga saham penawaran perdananya, maka investor akan merugi karena mereka tidak menerima return awal. Contohnya, jika suatu perusahaan menerbitkan saham di pasar perdanadengan harga Rp.100 kemudian di pasar sekunder ternyata saham penutupan sebesar Rp.150, maka investor akan mendapat initial return sebesar Rp.50, sebaliknya jika pada saat saham dijual di pasar sekunder harganya jatuh lebih rendah maka investor tidak akan mendapatkan initial return. Oleh karena itu investor lebih menyukai terjadinya underpricing karena investor akan memperoleh keuntungan yang relatif lebih besar dari investasi sahamnya. Besarnya keuntungan yang didapatkan oleh investor dapat diukur menggunakan rasio initial return. Initial return adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham saat IPO dengan menjualnya di pasar sekunder. Initial return diukur berdasarkan persentase selisih harga saham pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder dengan harga penawaran pada saat IPO. Underpricing pada penawaran perdana merupakan gejala umum di setiap pasar modal namun faktor yang mempengaruhinya berbeda di setiap pasar modal atau negara. Hal ini bergantung pada karakteristik dan kondisi ekonomi serta bisnis tempat pasar modal berada. Dari beberapa penelitian sebelumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi initial return. Beatty (1989) sebagaimana dikutip oleh Yasa (2002)

4 mengemukakan bahwa terdapat hubungan negatif antara reputasi auditor dengan initial return. Di kemukakan pula bahwa faktor yang disebut sebagai ex-ante uncertainly yang merupakan variabel kontrol, yaitu reputasi penjamin emisi, persentase penawaran saham, umur perusahaan, tipe penjamin emisi, yang berpengaruh signifikan terhadap initial return. Penelitian yang dilakukan Yasa (2002) berhasil membuktikan adanya pengaruh antara reputasi underwriter dan profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA namun tidak berhasil membuktikan pengaruh antara reputasi auditor terhadap initial return. Daljono (2000) yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi initial return saham yang listing di BEJ tahun 1990-1997 dengan memasukkan variabelvariabel seperti reputasi auditor,reputasi undewriter, umur perusahaan, profitabilitas perusahaan, prosentase saham yang dipegang oleh pemilik lama, leverage keuangan dan solvability ratio mengungkapkan bahwa hanya leverage keuangan dan reputasi underwriter saja yang berhasil menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tingkat initial return pada penawaran perdana, sedangkan reputasi auditor, profitabilitas, umur perusahaan, persentase saham yang dipegang oleh pemilik lama, dan solvability ratio tidak berhasil menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tingkat initial return. Setianingrum (2005) meneliti pengaruh antara informasi yang ada di dalam prospektus perusahaan terhadap initial return pada saat akan go public. Variabel yang dijadikan penelitian adalah profitabilitas, leverage, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan, reputasi underwriter dan umur perusahaan. Setelah dilakukan penelitian terbukti hanya profitabilitas, leverage, reputasi auditor dan reputasi underwriter yang berpengaruh secara signifikan terhadap initial return.

5 Penelitian ini pun membuktikan bahwa informasi yang ada dalam prospektus merupakan informasi yang relevan dan dapat digunakan untuk menilai perusahaan dan membuat keputusan investasi. Nasirwan (2000), menemukan bahwa reputasi underwriter, persentase penawaran saham dan nilai emisi berasosiasi secara statistis signifikan dengan return 15 hari setelah IPO dan kinerja perusahaan satu tahun setelah IPO sehingga secara umum ia menarik kesimpulan bahwa investor di BEJ menggunakan informasi reputasi penjamin emisi, persentase penawaran saham dan nilai penawaran saham dalam pembuatan keputusan investasi di pasar sekunder. Penelitian Rosyati dan Sabeni (2002) semakin memperkuat hasil penelitian Nasirwan dan Daljono dengan memberikan bukti adanya hubungan yang signifikan antara reputasi underwriter dan umur perusahaan dengan underpricing yang diukur dari besarnya initial return. Banyak penelitian dengan berbagai hasil mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap initial return. Dengan memperhatikan penelitian-penelitian sebelumnya penulis ingin mencoba melakukan pembuktian kembali terhadap faktorfaktor yang berpengaruh terhadap initial return, namun dengan menggunakan periode yang berbeda. Faktor-faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap initial return oleh penulis antara lain adalah reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan persentase penawaran saham yang ditawarkan ke publik. Berdasarkan fenomena di atas, penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh secara signifikan terhadap initial return pada saat IPO dan jika terdapat pengaruh, maka faktor apa yang lebih dominan pengaruhnya terhadap initial return.

6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang terjadi, yaitu: 1. Apakah reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan persentase penawaran saham yang ditawarkan ke publik berpengaruh secara signifikan terhadap initial return pada IPO tahun 2004-2008? 2. Jika reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan persentase penawaran saham yang ditawarkan ke publik berpengaruh terhadap initial return, manakah yang lebih dominan pengaruhnya? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang akan dikaji, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan persentase penawaran saham yang ditawarkan ke publik berpengaruh secara signifikan terhadap initial return pada IPO tahun 2004-2008. 2. Untuk mengetahui faktor yang lebih dominan jika reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan persentase penawaran saham yang ditawarkan ke publik berpengaruh terhadap initial return.

7 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kegunaan pengembangan ilmu pengetahuan dan kegunaan operasional. 1.4.1 Kegunaan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dapat memberi sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan antara lain; 1. Sebagai sumber informasi yang berguna di bidang ekonomi khususnya pasar modal baik bagi emiten maupun investor. 2. Sebagai dasar bagi penelitian lanjutan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan IPO. 1.4.2 Kegunaan Operasional 1. Sebagai bahan pertimbangan emiten dalam rangka melakukan go public dengan cara IPO agar dalam melakukan IPO tersebut emiten dapat menentukan langkah-lagkah apa saja yang efektif untuk kelangsungan hidup emiten tersebut. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor dan calon investor dalam melakukan suatu keputusan investasi di pasar saham, sehingga mempunyai gambaran yang lebih jelas mengenai investasi.

8 1.5 Rerangka Pemikiran Gambar 1 Rerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Initial Return EMITEN Variabel Independen Variabel Non-Akuntansi 1. Umur Perusahaan 2. Reputasi Auditor 3. Reputasi Underwriter Variabel Akuntansi 4. Profitabilitas 5. Solvabilitas 6. Ukuran Perusahaan 7. Persentase Penawaran Saham yang Ditawarkan kepada Publik Pasar Perdana (IPO) Pasar Sekunder Variabel Dependen Initial Return IPO < Pasar Sekunder Setiap perusahaan mempunyai tujuan tertentu, namun hampir sebagian besar perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan melakukan ekspansi, salah satunya dengan cara go public. Dengan cara go public perusahaan dapat memperoleh tambahan dana untuk memperluas perusahaan. Go public dilakukan melalui IPO, yaitu kegiatan menawarkan saham perusahaan kepada masyarakat. Setiap investor yang akan menanamkan modalnya di suatu perusahaan akan terlebih dulu melakukan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan ditanamkan modal. Investor sendiri mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan yang optimal. Sehingga investor harus mampu menilai perusahaan mana yang akan dijadikan tempat berinvestasi agar dapat

9 menghindari terjadinya kerugian. Penilaian yang dilakukan investor dapat bermacam-macam, namun penilaian tersebut berasal dari data emiten yang akan melakukan IPO. Data-data perusahaan tersebut dirangkum dalam sebuah prospektus. Dalam prospektus ini terdapat informasi baik berupa informasi akuntansi maupun informasi non akuntansi. Prospektus perusahaan merupakan salah satu informasi yang relevan dan dapat digunakan untuk menilai perusahaan, dimaksudkan untuk menghindari adanya kesenjangan informasi. Menurut Trisnawati (1999) sebagaimana dikutip oleh Setianingrum (2005) informasi prospektus merupakan sumber informasi utama yang digunakan investor untuk memutuskan apakah berinvestasi pada emiten atau tidak di pasar modal. Beberapa variabel penting yang biasanya menjadi pertimbangan investor adalah variabel-variabel seperti umur perusahaan, reputasi auditor dan reputasi underwriter atau dapat juga disebut sebagai variabel non-akuntansi. Selain itu terdapat pula variabel akuntansi yang dianggap mempunyai peran penting dalam memutuskan suatu keputusan investasi yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan yang diukur dari besarnya asset yang dimiliki dan persentase saham yang ditawarkan kepada publik. Informasi mengenai variabel-variabel tersebut dianggap dapat berpengaruh terhadap initial return yang akan didapatkan investor. Initial return merupakan selisih antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham perdana. Semakin tinggi harga di pasar sekunder maka investor akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Riset mengenai kegunaan informasi akuntansi (laporan keuangan) dalam hubungannya dengan return dan harga saham di Bursa Efek Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain penelitian Tuasikal (2001) yang menguji manfaat informasi

10 akuntansi dalam memprediksi return saham. Mirip dengan Tuasikal sebelumnya Parawiyati et al. (2000) meneliti penggunaan informasi keuangan untuk memprediksi keuntungan investasi bagi investor di pasar modal. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa variabel informasi keuangan tersebut berpengaruh signifikan sebagai prediktor laba dan arus kas untuk satu, dua, dan empat tahun ke depan. 1.6 Pengembangan Hipotesis Berikut di bawah ini merupakan pengembangan hipotesis penulis atas permasalahan yang akan dijadikan penelitian : 1.6.1 Umur Perusahaan (X 1 ) Menurut Daljono (2000), umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang dapat diserap oleh publik. Semakin tinggi umur perusahaan akan semakin banyak informasi yang diserap masyarakat. Investor secara khusus akan lebih percaya terhadap perusahaan yang sudah terkenal dan sudah lama berdiri dibandingkan dengan perusahaan yang relatif baru. Semakin tinggi umur perusahaan akan menambah permintaan saham yang diikuti oleh semakn tingginya harga penawaran saham. Semakin tinggi harga penawaran saham maka tingkat initial returnnya akan semakin menurun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi umur perusahaan maka tingkat initial returnnya akan semakin rendah.

11 Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibentuk suatu hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan terhadap initial return. 1.6.2 Reputasi Auditor (X 2 ) Adviser yang profesional (auditor dan underwriter yang mempunyai reputasi tinggi) dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten Holland dan Horton (1993) sebagaimana dikutip oleh Yasa (2002). Pengorbanan emiten untuk memakai auditor yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh investor bahwa emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya pada masa mendatang. Hal ini berarti bahwa penggunaan auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian di masa yang akan datang., sehingga kemudian mengakibatkan tingkat underpricing menurun. Tingkat underpricing yang rendah diartikan pula sebagai tingkat initial return yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reputasi auditor yang semakin tinggi akan menurunkan tingkat initial return. Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibentuk suatu hipotesis sebagai berikut: H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara reputasi auditor terhadap initial return.

12 1.6.3 Reputasi Underwriter (X 3 ) Reputasi underwriter dapat digunakan sebagai sinyal Beatty (1989) sebagaimana dikutip oleh Yasa (2002). Dalam proses IPO, underwriter bertanggung jawab atas terjualnya saham. Bagi underwriter yang belum mempunyai reputasi, akan sangat hati-hati untuk menghindari risiko tersebut. Untuk menghindari risiko, maka underwriter menginginkan harga yang rendah. Bagi underwriter yang memiliki reputasi tinggi, mereka berani memberikan harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya. Sehingga reputasi auditor menjadi salah satu pertimbangan investor pada saat akan melakukan investasi. Semakin tinggi reputasi underwriter akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai perusahaan di masa yang akan datang sehingga tingkat underpricing saham akan semakin kecil. Tingkat underpricing yang kecil menunjukkan initial return yang kecil pula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi reputasi underwriter maka akan semakin rendah tingkat initial returnnya. Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibentuk suatu hipotesis sebagai berikut: H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara reputasi underwriter terhadap initial return. 1.6.4 Profitabilitas / Return On Equity (ROE) (X 4 ) ROE merupakan salah satu rasio dalam profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari setiap modal yang ditanamkan pemilik perusahaan. Semakin besar ROE maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena berharap di kemudian

13 hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat diperdagangkan di pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat. Keadaan seperti ini menyebabkan semakin berkurangnya initial return. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah semakin tinggi tingkat ROE maka akan semakin rendah initial returnnya. Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibentuk suatu hipotesis sebagai berikut: H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas terhadap initial return. 1.6.5 Solvabilitas / Debt to Equity Ratio (DER) (X 5 ) Rasio solvabilitas atau disebut juga dengan rasio leverage, yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang (dana pihak luar). Rasio solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Semakin tinggi DER maka akan semakin berat beban keuangan yang dihadapi perusahaan yang dapat berarti pula semakin tinggi risiko dan ketidakpastian di masa yang akan datang. Semakin tingginya tingkat risiko maka akan semakin berkurang minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dengan semakin berkurangnya minat investor maka harga penawaran saham pun akan cenderung lebih kecil. Semakin rendah harga penawaran saham maka akan cenderung membuat tingkat initial returnnya semakin tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi DER maka akan semakin tinggi pula tingkat initial return.

14 Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibentuk suatu hipotesis sebagai berikut: H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara solvabilitas terhadap initial return. 1.6.6 Ukuran Perusahaan (X 6 ) Ukuran perusahaan berhubungan dengan banyak sedikitnya informasi yang diterima oleh calon investor. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin dikenal perusahaan oleh calon investor dan semakin mudah bagi calon investor untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan. Kejelasan informasi tentang perusahaan akan meningkatkan penilaian akan perusahaan, mengurangi tingkat ketidakpastian dan meminimalkan tingkat risiko dan underpricing. Sehingga dapat diambil kesimpulan semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil initial returnnya. Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibentuk suatu hipotesis sebagai berikut: H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap initial return. 1.6.7 Persentase Penawaran Saham Kepada Publik (X 7 ) Besarnya persentase penawaran saham menunjukkan persentase saham yang ditawarkan kepada publik dari keseluruhan saham yang diterbitkan emiten. Kepemilikan saham diduga berpengaruh terhadap initial return, karena dengan jumlah saham yang cenderung banyak ditawarkan kepada publik menunjukkan

15 bahwa tidak ada private information yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Semakin besar persentase penawaran saham maka tingkat ketidakpastian akan semakin kecil yang dapat berarti pula bahwa semakin kecil initial return. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat persentase penawaran saham maka akan semakin rendah tingkat initial return. Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibentuk suatu hipotesis sebagai berikut: H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara persentase penawaran saham kepada publik terhadap initial return.