BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat terhadap Pengelolaan keuangan Negara dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan suatu negara membutuhkan dana yang cukup besar. akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan. pihak luar untuk memberikan pe nilaian atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan. Menurut finally accounting standart board (FASB), laporan

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. atas Laporan Keuangan Kementerian Agama Tahun Hal ini menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor hars memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan Negara merupakan suatu kegiatan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas audit (Grant et. al., 1996). Dengan kata lain, pengguna. audit dapat memberi penilaian atas kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin mewujudkan clean and good governance. dalam tataran pelaksanaannya akan menjadi tidak efektif apabila

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab (responsibility), mereka harus peka serta memiliki pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga yang menunjukkan sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Laporan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor pemerintahan merupakan pihak yang sangat berperan dalam pengawasan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap Pengelolaan keuangan Negara dengan penyelenggaraan pemerintah yang transparan, dan akuntabel semakin tinggi. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun daerah merupakan tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik. Akuntabilitas dan transparansi tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang dilakukan oleh para aparatur pemerintah berjalan dengan baik. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good governance dan clean government. Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk mewujudkan good governance & clean government pada sektor publik antara lain meliputi penetapan standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. 1

2 Sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia No. 01, Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pada pasal 1 dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan Negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban. Dalam hal ini, BPK merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good governance & clean government dengan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara. Saat ini keberadaan BPK ditetapkan dengan UU Nomor 15, Tahun 2006 tentang BPK menggantikan UU Nomor 5, Tahun 1973. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara memerlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sejalan dengan ditetapkannya undang- undang tersebut, maka beban dan tanggung jawab yang dihadapi BPK akan semakin besar pula. Keberhasilan BPK dalam mengemban misi pemeriksaan sangat tergantung dari upaya dan kualitas para auditornya. Sebagai auditor yang merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan seharusnya didukung dengan pengalaman kerja yang memadai dalam pemeriksaan, sikap independensi yang tinggi, kompetensi yang dimiliki

3 oleh seorang auditor juga harus didukung oleh pengetahuan dan kemampuan yang handal untuk melaksanakan tugasnya, disertai dengan sikap Due Professional Care. Dalam beberapa hal auditor sering berada dalam situasi yang dilematis, karena di satu sisi auditor harus harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran suatu laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun disisi lain dia juga harus biasa memenuhi tuntutan yang diingikan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar klien puas dengan hasil pekerjaannya. Posisinya yang unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit tidak akan ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Pengalaman kerja yang memadai, kompetensi yang dimiliki seorang auditor, serta sikap Due Professional care juga merupakan hal penting dalam fungsi pelaksanaan pemeriksaan. Hal ini penting, karena selain mematangkan pertimbangan salama penyusunan laporan hasil pemeriksaan juga diharapkan untuk dapat mencapai harapan pemerintah yang bersih dan transparan. Namun, pengalaman kerja dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor

4 bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaanya. Oleh karena itu, Dengan ke-empat syarat diri yang dimiliki auditor tersebut, diharapkan pula dapat mewujudkan misi yang diemban oleh BPK-RI sebagai Badan Pemeriksa Eksternal Keuangan Negara. Dalam kaitannya sebagai pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara, auditor BPK-RI dalam melaksanakan tugasnya perlu dilandasi dengan sikap, etika, dan moral yang baik sehingga auditor dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara objektif. Hasil audit BPK sering digunakan untuk dijadikan sebagai audit insvestigasi atau kasus korupsi seperti yang terdapat pada kasus Hambalang. Seperti yang dilansir oleh kompas.com tanggal 31 oktober 2012, menurut Ketua BPK Hadi Purnomo menjelaskan, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan berbagai pihak dalam proyek Hambalang. Indikasi kerugian negara sampai pemeriksaan per 30 Oktober 2012 mencapai Rp 243,66 miliar. Hasil Temuan penyimpangan BPK yaitu: 1. Terkait surat keputusan hak pakai 2. Terkait lokasi dan site plan 3. Terjkait izin mendirikan bangunan 4. Terkait tentang teknis 5. Terkait revisi Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) 6. Terkait permohonan kontak tahun jamak

5 7. Terkait kontrak tahun jamak 8. Terkait persetujuan RKA-KL 2011 9. Terkait pelelangan 10. Terkait pencairan anggran tahun 2010 11. Terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi 1 Dari contoh kasus hambalang tersebut, bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK-RI tidak hanya menghasilkan opini atas laporan keuangan yang diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. Temuan tersebut menjelaskan kelemahan pengendalian internal dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil audit juga memberikan informasi potensi kerugian negara yang ditemukan dalam proses audit akibat dari penyalahgunaan dan inefisiensi penggunaan APBN/APBD. Penelitian pertama mengungkapkan bahwa, independensi, pengalaman, Due Professional Care, dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Dan hasil penelitian secara parsial, independensi, due professional care dan akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 2 Penelitian kedua mengungkapkan bahwa indpendensi, objektivitas, pengalaman kerja, 1 Sandro Gatra, Hasil Audit BPK Soal Hambalang, Jakarta : Kompas.com, 31 Oktober 2012, 15:53 wib 2 Elisha & Icuk, Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas, Purwokerto : SNA 13, 2010, p.15

6 pengetahuan dan integritas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. 3 Penelitian ketiga yang mengungkapkan bahwa, pengalaman kerja, objektivitas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman kerja, semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Sedangkan untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Berdasarkan hasil penelitian baik secara simultan ataupun parsial. 4 Penelitian ini merupakan replikasi yang mengkombinasikan variabelvariabel yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayuningdiyah dan Elisha & Icuk Perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah terletak pada lokasi penelitian. Jika penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayuningdiyah dilakukan pada Pemerintah Kota Surakarta, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, dan Pemerintah Kabupaten Boyolali. Penelitian yang dilakukan oleh Elisha & Icuk studi pada auditor KAP Big Four di Indonesia. Dan peneliatian penulis dilakukan studi pada 3 Sri Rahayudingdiyah, Analisis Faktor faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah, Surakarta : Naskah Publikasi Ilmiah, 2012, p.13 4 Ika Sukriah, Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan, 2009, p.21

7 auditor di BPK-RI. Alasan ketertarikan penulis melakukan studi penelitian di BPK-RI dikarenakan pada penelitian terdahulu dengan topik penelitian yang serupa, belum ada yang melakukan penelitian di BPK-RI. Alasan kedua yaitu terletak pada populasi penelitian, penulis berharap jika penelitian yang dilakukan di BPK-RI, dengan populasi yang banyak maka sampel yang dapat digunakan akan banyak pula. Berdasarkan uraian yang penulis telah uraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi, dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Hasil Audit. ( Studi Pada Auditor di Badan Pemeriksa Keuangan RI ). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa masalah yang teridentifikasi, yaitu: 1. Auditor merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, kualitas auditor dapat diukur dari kualitas hasil audit yang dihasilkannya. 2. Sikap independensi yang dimiliki oleh seorang auditor, terkadang dapat mempengaruhi kualitas audit yang akan dihasilkannnya. 3. Kualitas kerja auditor yang langsung diturunkan kelapangan beragam, mulai dari yang berpengalaman sampai dengan yang kurang berpengalaman.

8 4. Kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor bukan jaminan bahwa auditor tersebut dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya. 5. Kualitas hasil audit yang dihasilkan oleh BPK-RI tidak hanya menghasilkan opini atas laporan keuangan yang diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. C. Pembatasn Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka penulis memberi batasan aspek masalah dalam penelitian ini. Yakni penulis membatasi bahwa tempat pengambilan populasi dan sampel hanya dilakukan pada auditor di BPK-RI pusat di Jakarta. Serta faktor-faktor apa saja yang mepengaruhi kualitas hasil audit. Yakni dibatasi khususnya pada faktor, Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Due Professional Care. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi, dan Due Professional Care mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit secara parsial?

9 2. Apakah Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Due Professional Care mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit secara simultan? E. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui secara parsial pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Due Professional Care terhadap kualitas hasil audit pada auditor di BPK-RI. 2. Untuk mengetahui secara simultan pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi, dan Due Professional Care terhadap kualitas hasil audit pada auditor di BPK-RI. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pembaca : untuk menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan dapat dijadikan bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

10 2. Bagi BPK-RI : - Memberikan tambahan informasi bagi auditor untuk meningkatkan kualitas kerjanya, agar dapat menghasilkan hasil audit yang dapat diandalkan. - Sebagai bahan pertimbangan dalam memahami fungsi, peran, tanggungjawab dan tugas BPK-RI, yang merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good governance & clean government 3. Bagi Penulis : untuk menambah dan memperdalam wawasan dan pengetahuan penulis tentang apa yang telah penulis lakukan. G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai penulisan skripsi ini, maka penulis akan membuat sistematika penulisan menjadi enam bab, dengan rincian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan mencakup mengenai latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

11 BAB II : LANDASAN TEORITIS Pada bab ini akan mencakup mengenai teori- teori yang relevan yang akan digunakan untuk mendukung proses penelitian, studi pendahuluan penelitian, kerangka pikir penelitian dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini akan mencakup mengenai tempat & waktu penelitian, jenis & sumber data, populasi & sampel penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan atau analisis data, dan definisi operasional variabel. BAB IV : GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN Pada bab ini akan mencakup mengenai gambaran umum Badan Pemeriksa Keuangan-RI sebagai tempat penelitian yang digunakan oleh penulis. BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan mencakup mengenai gambaran dari hasil pengelohan data dan pengujian hipotesis. BAB VI : KESIMPULAN dan SARAN