BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap Pengelolaan keuangan Negara dengan penyelenggaraan pemerintah yang transparan, dan akuntabel semakin tinggi. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun daerah merupakan tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik. Akuntabilitas dan transparansi tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang dilakukan oleh para aparatur pemerintah berjalan dengan baik. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good governance dan clean government. Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk mewujudkan good governance & clean government pada sektor publik antara lain meliputi penetapan standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. 1
2 Sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia No. 01, Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pada pasal 1 dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan Negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban. Dalam hal ini, BPK merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good governance & clean government dengan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara. Saat ini keberadaan BPK ditetapkan dengan UU Nomor 15, Tahun 2006 tentang BPK menggantikan UU Nomor 5, Tahun 1973. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara memerlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sejalan dengan ditetapkannya undang- undang tersebut, maka beban dan tanggung jawab yang dihadapi BPK akan semakin besar pula. Keberhasilan BPK dalam mengemban misi pemeriksaan sangat tergantung dari upaya dan kualitas para auditornya. Sebagai auditor yang merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan seharusnya didukung dengan pengalaman kerja yang memadai dalam pemeriksaan, sikap independensi yang tinggi, kompetensi yang dimiliki
3 oleh seorang auditor juga harus didukung oleh pengetahuan dan kemampuan yang handal untuk melaksanakan tugasnya, disertai dengan sikap Due Professional Care. Dalam beberapa hal auditor sering berada dalam situasi yang dilematis, karena di satu sisi auditor harus harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran suatu laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun disisi lain dia juga harus biasa memenuhi tuntutan yang diingikan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar klien puas dengan hasil pekerjaannya. Posisinya yang unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit tidak akan ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Pengalaman kerja yang memadai, kompetensi yang dimiliki seorang auditor, serta sikap Due Professional care juga merupakan hal penting dalam fungsi pelaksanaan pemeriksaan. Hal ini penting, karena selain mematangkan pertimbangan salama penyusunan laporan hasil pemeriksaan juga diharapkan untuk dapat mencapai harapan pemerintah yang bersih dan transparan. Namun, pengalaman kerja dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor
4 bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaanya. Oleh karena itu, Dengan ke-empat syarat diri yang dimiliki auditor tersebut, diharapkan pula dapat mewujudkan misi yang diemban oleh BPK-RI sebagai Badan Pemeriksa Eksternal Keuangan Negara. Dalam kaitannya sebagai pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara, auditor BPK-RI dalam melaksanakan tugasnya perlu dilandasi dengan sikap, etika, dan moral yang baik sehingga auditor dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara objektif. Hasil audit BPK sering digunakan untuk dijadikan sebagai audit insvestigasi atau kasus korupsi seperti yang terdapat pada kasus Hambalang. Seperti yang dilansir oleh kompas.com tanggal 31 oktober 2012, menurut Ketua BPK Hadi Purnomo menjelaskan, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan berbagai pihak dalam proyek Hambalang. Indikasi kerugian negara sampai pemeriksaan per 30 Oktober 2012 mencapai Rp 243,66 miliar. Hasil Temuan penyimpangan BPK yaitu: 1. Terkait surat keputusan hak pakai 2. Terkait lokasi dan site plan 3. Terjkait izin mendirikan bangunan 4. Terkait tentang teknis 5. Terkait revisi Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) 6. Terkait permohonan kontak tahun jamak
5 7. Terkait kontrak tahun jamak 8. Terkait persetujuan RKA-KL 2011 9. Terkait pelelangan 10. Terkait pencairan anggran tahun 2010 11. Terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi 1 Dari contoh kasus hambalang tersebut, bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK-RI tidak hanya menghasilkan opini atas laporan keuangan yang diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. Temuan tersebut menjelaskan kelemahan pengendalian internal dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil audit juga memberikan informasi potensi kerugian negara yang ditemukan dalam proses audit akibat dari penyalahgunaan dan inefisiensi penggunaan APBN/APBD. Penelitian pertama mengungkapkan bahwa, independensi, pengalaman, Due Professional Care, dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Dan hasil penelitian secara parsial, independensi, due professional care dan akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 2 Penelitian kedua mengungkapkan bahwa indpendensi, objektivitas, pengalaman kerja, 1 Sandro Gatra, Hasil Audit BPK Soal Hambalang, Jakarta : Kompas.com, 31 Oktober 2012, 15:53 wib 2 Elisha & Icuk, Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas, Purwokerto : SNA 13, 2010, p.15
6 pengetahuan dan integritas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. 3 Penelitian ketiga yang mengungkapkan bahwa, pengalaman kerja, objektivitas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman kerja, semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Sedangkan untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Berdasarkan hasil penelitian baik secara simultan ataupun parsial. 4 Penelitian ini merupakan replikasi yang mengkombinasikan variabelvariabel yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayuningdiyah dan Elisha & Icuk Perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah terletak pada lokasi penelitian. Jika penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayuningdiyah dilakukan pada Pemerintah Kota Surakarta, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, dan Pemerintah Kabupaten Boyolali. Penelitian yang dilakukan oleh Elisha & Icuk studi pada auditor KAP Big Four di Indonesia. Dan peneliatian penulis dilakukan studi pada 3 Sri Rahayudingdiyah, Analisis Faktor faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah, Surakarta : Naskah Publikasi Ilmiah, 2012, p.13 4 Ika Sukriah, Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan, 2009, p.21
7 auditor di BPK-RI. Alasan ketertarikan penulis melakukan studi penelitian di BPK-RI dikarenakan pada penelitian terdahulu dengan topik penelitian yang serupa, belum ada yang melakukan penelitian di BPK-RI. Alasan kedua yaitu terletak pada populasi penelitian, penulis berharap jika penelitian yang dilakukan di BPK-RI, dengan populasi yang banyak maka sampel yang dapat digunakan akan banyak pula. Berdasarkan uraian yang penulis telah uraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi, dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Hasil Audit. ( Studi Pada Auditor di Badan Pemeriksa Keuangan RI ). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa masalah yang teridentifikasi, yaitu: 1. Auditor merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, kualitas auditor dapat diukur dari kualitas hasil audit yang dihasilkannya. 2. Sikap independensi yang dimiliki oleh seorang auditor, terkadang dapat mempengaruhi kualitas audit yang akan dihasilkannnya. 3. Kualitas kerja auditor yang langsung diturunkan kelapangan beragam, mulai dari yang berpengalaman sampai dengan yang kurang berpengalaman.
8 4. Kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor bukan jaminan bahwa auditor tersebut dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya. 5. Kualitas hasil audit yang dihasilkan oleh BPK-RI tidak hanya menghasilkan opini atas laporan keuangan yang diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. C. Pembatasn Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka penulis memberi batasan aspek masalah dalam penelitian ini. Yakni penulis membatasi bahwa tempat pengambilan populasi dan sampel hanya dilakukan pada auditor di BPK-RI pusat di Jakarta. Serta faktor-faktor apa saja yang mepengaruhi kualitas hasil audit. Yakni dibatasi khususnya pada faktor, Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Due Professional Care. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi, dan Due Professional Care mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit secara parsial?
9 2. Apakah Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Due Professional Care mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit secara simultan? E. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui secara parsial pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Due Professional Care terhadap kualitas hasil audit pada auditor di BPK-RI. 2. Untuk mengetahui secara simultan pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi, dan Due Professional Care terhadap kualitas hasil audit pada auditor di BPK-RI. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pembaca : untuk menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan dapat dijadikan bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.
10 2. Bagi BPK-RI : - Memberikan tambahan informasi bagi auditor untuk meningkatkan kualitas kerjanya, agar dapat menghasilkan hasil audit yang dapat diandalkan. - Sebagai bahan pertimbangan dalam memahami fungsi, peran, tanggungjawab dan tugas BPK-RI, yang merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good governance & clean government 3. Bagi Penulis : untuk menambah dan memperdalam wawasan dan pengetahuan penulis tentang apa yang telah penulis lakukan. G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai penulisan skripsi ini, maka penulis akan membuat sistematika penulisan menjadi enam bab, dengan rincian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan mencakup mengenai latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
11 BAB II : LANDASAN TEORITIS Pada bab ini akan mencakup mengenai teori- teori yang relevan yang akan digunakan untuk mendukung proses penelitian, studi pendahuluan penelitian, kerangka pikir penelitian dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini akan mencakup mengenai tempat & waktu penelitian, jenis & sumber data, populasi & sampel penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan atau analisis data, dan definisi operasional variabel. BAB IV : GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN Pada bab ini akan mencakup mengenai gambaran umum Badan Pemeriksa Keuangan-RI sebagai tempat penelitian yang digunakan oleh penulis. BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan mencakup mengenai gambaran dari hasil pengelohan data dan pengujian hipotesis. BAB VI : KESIMPULAN dan SARAN