PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PUSTAKA. daging baik, serta dada lebih besar dan kulit licin (North dan Bell, 1990). Ayam

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler pertama kali ditemukan pada Pada 1950 para ahli perunggasan

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

Brooding Management. Danang Priyambodo

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

JURNAL PERBANDINGAN HASIL PRODUKSI TELUR DENGAN PENGGUNAAN KANDANG OPEN HOUSE DAN CLOSE HOUSE SEMI OTOMATIS DI PRAYOGO FARM KECAMATAN KANDAT KEDIRI

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging komersil pada umumnya dipelihara secara intensif dengan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

Unnes Journal of Life Science. Suhu, Kelembaban, serta Produksi Telur Itik pada Kandang Tipe Litter dan Slat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

Kualitas Lingkungan Kandang Broiler yang Mendapat Perlakuan Perbedaan Frekuensi Penaburan Zeolit pada Alas Litter

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

PROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

MENGELOLA KANDANG DAN PERALATAN AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. juga meningkat, berdasarkan data dari BPS (2017), dari tahun terjadi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

I. PENDAHULUAN. banyak dan menyebar rata di seluruh daerah Indonesia. Sayang, ayam yang besar

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai bobot badan optimum dalam pemeliharaan 8 minggu dibandingkan

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

[Pemanenan Ternak Unggas]

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha subsektor peternakan yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) populasi ayam broiler sampai bulan September 2014 mencapai 148.187.200 ekor, meningkat pesat dibandingkan tahun 2010 dimana produksi dalam setahun hanya mencapai 105.210.000 ekor. Berkembangnya usaha ayam broiler ini didukung oleh peningkatan kualitas genetik bibit ayam serta meningkatnya kualitas ransum yang digunakan. Peningkatan kualitas genetik tersebut dapat dilihat dari cepatnya pertumbuhan ayam dan efisiensi penggunaan ransum. Peningkatan kualitas genetik dan ransum harus diimbangi oleh pengelolaan atau tata laksana pemeliharaan yang baik agar menghasilkan produksi yang optimal. Tata laksana pemeliharaan yang meliputi manajemen pemeliharaan dan perkandangan merupakan hal fundamental yang berpengaruh secara langsung terhadap keberhasilan usaha ternak. Pada umumnya ada dua sistem perkandangan yaitu sistem kandang tertutup (closed house) dimana iklim mikro dalam kandang dapat diatur sesuai kebutuhan, tipe kandang lainnya adalah kandang terbuka (open house) dimana unsur mikro dalam kandang tergantung pada kondisi alam di sekitar lingkungan kandang. Kandang yang digunakan di Indonesia khususnya di peternakan ayam skala kecil adalah sistem kandang terbuka. Dalam sistem kandang terbuka ada dua tipe kandang yang digunakan yaitu kandang postal dan kandang panggung. Pada kandang postal lantai kandang dapat berupa tanah atau tembok yang dilapisi

2 dengan litter baik sekam, serbuk gergaji, atau bahan lain yang bisa digunakan. Pada kandang panggung lantai kandang berupa slatt yang terbuat dari bilah bambu atau kayu sehingga lantai kandang terdapat celah yang memungkinkan dilakukannya pembuangan litter. Pada saat penggunaan litter kontruksi lantai kandang bertipe lantai rapat dan pada saat litter dihilangkan lantai kandang menjadi tipe slatt floor system yaitu kandang dengan lantai dari bambu yang memiliki celah selebar 2,5 cm (Edjeng dkk, 2005). Pemeliharaan pada kandang panggung yang telah dilakukan pembuangan litter, kandang mirip dengan pemeliharaan pada cage, dimana lantai kandang berupa slatt yang terbuat dari bilah bambu yang diberi jarak sehingga kotoran ayam langsung jatuh ke bawah yang mengakibatkan kandang terbebas dari amonia dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik serta suhu kandang pun relatif lebih rendah dibandingkan dengan memakai litter. Kondisi ini dapat memaksimalkan produksi ayam pada fase finisher dimana ayam membutuhkan suhu sekitar 24 o C dan sirkulasi udara yang baik dengan kelembaban berkisar antara 50-70 persen (Borges dkk, 2004). Selain memiliki dampak positif, pemeliharaan tanpa litter pada kandang panggung menimbulkan dampak yang kurang baik dimana zona nyaman ayam akan terganggu diakibatkan oleh kerasnya lantai kandang dan sulitnya ayam menjaga keseimbangan tubuh karena adanya celah pada lantai kandang. Pemeliharaan tanpa menggunakan litter yang terlalu dini dapat menyebabkan ayam mengalami stres dingin, sebab ketika litter diturunkan suhu dalam kandang akan turun dan hembusan angin akan langsung mengenai tubuh ayam, sementara pada masa awal pemeliharaan termoregulasi ayam belum sempurna, oleh karena

3 itu penurunan litter biasanya dilakukan pada periode finisher dari pemeliharaan broiler. Pada pelaksanaannya belum ada ukuran yang jelas sampai umur berapa pemeliharaan pada kandang panggung dilakukan tanpa menggunakan litter. Peternak biasanya melakukan pemeliharaan tanpa menggunakan litter jika ketersediaan bahan yang digunakan untuk litter sudah habis. Berdasarkan uraian di atas diperlukan suatu analisa yang dapat mengungkap bagaimana pengaruh lama pemeliharaan menggunakan litter pada kandang panggung terhadap performa produksi ayam broiler, selain itu perlu juga diketahui sampai umur berapakah pemeliharaan menggunakan litter yang paling baik untuk menghasilkan produksi yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh lama penggunaan litter terhadap performa produksi ayam broiler yang dipelihara pada kandang panggung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terdapat beberapa masalah yang dikaji pada penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana pengaruh lama penggunaan litter terhadap performa produksi ayam broiler yang dipelihara pada kandang panggung. 2. Sampai umur ayam berapakah pemeliharaan menggunakan litter dapat memberikan performa produksi yang optimal. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini yaitu :

4 1. Mengetahui pengaruh lama penggunaan litter terhadap performa produksi ayam broiler yang dipelihara pada kandang panggung. 2. Mengetahui umur ayam broiler yang dapat memberikan performa produksi paling optimum yang dipelihara menggunakan litter. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi bagi peternak di lapangan dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler yang menggunakan sistem kandang panggung dengan alas litter. 1.5 Kerangka Pemikiran Pemeliharaan ayam broiler selalu terkurung di kandang, sehingga untuk menghasilkan produksi yang optimal kondisi kandang harus dijaga sesuai dengan zona nyaman pada ayam. Guna memberikan zona nyaman pada ayam maka harus dilakukan antisipasi terhadap setiap permasalahan yang mungkin terjadi selama proses pemeliharaan. Permasalahan perkandangan yang memerlukan penanganan pada pemeliharaan ayam broiler adalah litter (Setyawati, 2004). Litter yang digunakan sebagai alas kandang dapat menjadi pembawa penyakit dari tempat asal litter tersebut apabila sumber litter yang digunakan tidak terjamin kebersihannya. Dalam pelaksanaannya terkadang litter sulit didapatkan sehingga peternak menggunakan litter secara terus-menerus tanpa penambahan litter baru. Penggunaan litter secara terus-menerus selama masa pemeliharaan tanpa diimbangi dengan penambahan litter yang tepat, dapat mengakibatkan meningkatnya kadar gas amonia yang dihasilkan dari proses dekomposisi kotoran

5 ayam karena adanya aktivitas bakteri terhadap asam urat (Sulaiman dkk, 2012). Bakteri tersebut mengambil sumber asam urat dari ekstreta yang menggumpal pada litter. Pencemaran amonia dalam kandang dianggap serius karena hal ini sering terjadi pada pemeliharaan dan mengakibatkan kerugian, terutama pada pemeliharaan dalam kandang litter. Sampai saat ini dampak negatif polusi amonia terhadap performa ayam broiler dan upaya penanggulangannya belum mendapat perhatian serius, padahal kerugian yang ditimbulkan cukup besar. Amonia yang terdapat dalam jumlah besar akan sangat mengganggu lingkungan sekaligus akan menurunkan produktivitas ternak. Akibatnya biaya produksi meningkat dan profitabilitas akan menurun. Profitabilitas menurun karena ayam dapat terserang penyakit seperti chronic respiratory disease (CRD), coryza, dan new castle disease (ND). Bagi peternak sendiri keadaan lingkungan yang buruk akan mengganggu kenyamanan bekerja (Diwyanto, 1996). Selain meningkatnya amonia, adanya litter pada lantai kandang panggung dapat meningkatkan suhu dan kelembaban kandang. Ayam broiler termasuk hewan homeothermis yaitu suhu tubuhnya relatif konstan sekalipun suhu lingkungan berubah-ubah, sehingga tingginya suhu lingkungan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan panas tubuh yang mutlak harus dikeluarkan (Tri, 2004). Pada unggas termasuk ayam broiler, pengeluaran panas tubuh akan dibatasi karena adanya bulu serta tidak aktifnya kelenjar keringat. Akibat utama dari kondisi ayam broiler pada suhu tinggi dapat menurunkan konsumsi ransum yang akan diikuti dengan lambatnya pertumbuhan. Ayam broiler yang berumur di atas 3 minggu akan menghasilkan pertumbuhan yang optimum pada suhu 20-25 o C dengan kelembaban berkisar

6 antara 50-70% (Borges dkk, 2004). Suhu rata-rata di daerah tropis termasuk Indonesia adalah 29,8-36,9 C pada siang hari (Badan Pusat Statistik, 2001). Jika ditambah adanya litter dalam kandang, suhu bisa mencapai 34 o C. Suhu nyaman bagi ayam sendiri berkisar antara 18-22 C (Charles, 2002). Tingginya suhu tersebut mengakibatkan ayam mengalami cekaman panas dan menyebabkan peningkatan sekresi hormon stres seperti glukokortikoid. Peningkatan kadar glukokortikoid berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan pertumbuhan (Kuczynski, 2002). Hal ini terjadi karena konsentrasi glukokortikoid yang tinggi akan menurunkan absorpsi glukosa. Cekaman panas mengakibatkan aktivitas organ hati dan ginjal mengalami peningkatan terkait dengan fungsinya sebagai organ detoksifikasi dan sekresi sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan organ tersebut (Aengwanich dan Simaraks, 2004). Cekaman panas pada ayam menyebabkan kadar hemoglobin (Hb) dan packed cell volume (PCV) menurun, sehingga berakibat terhadap berkurangnya asupan oksigen tubuh (Hilman dkk, 2000). Timbunan kotoran ayam pada litter akan mengakibatkan kelembaban meningkat yang berdampak buruk pada kesehatan ayam. Kondisi litter yang basah dapat mengakibatkan suplai oksigen di kandang semakin berkurang karena didominasi oleh gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2 ), dan amonia (NH 3 ). Jika kondisi tersebut terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya kerusakan sel dan jaringan baik berupa degenerasi maupun nekrosis, hal ini dikarenakan berkurangnya asupan oksigen pada tubuh ayam. Upaya untuk mengurangi amonia dan cekaman panas pada kandang sistem terbuka tipe panggung dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan tanpa menggunakan litter atau slatt floor system ketika pemeliharaan memasuki periode

7 finisher. Hal ini dilakukan dengan cara membuang litter yang tadinya digunakan sehingga lantai kandang menjadi berongga, sehingga sirkulasi udara lebih baik. Tidak adanya litter di dalam kandang akan menurunkan kelembaban di dalam kandang sehingga nyaman untuk pertumbuhan ayam, terutama dalam menghindari penyakit pernapasan yang sering menyerang karena tingginya kelembaban dalam kandang. Pemeliharaan tanpa menggunakan litter dapat menghemat biaya operasional untuk pembelian sekam dan dapat mulai dilakukan pada umur ayam 18 hari (Pokhpand, 2013). Pemeliharaan tanpa menggunakan litter harus dilakukan pada waktu yang tepat, apabila pemeliharaan tanpa menggunakan litter dilakukan pada umur 18 hari dikhawatirkan ayam akan menerima stres berlebih, sebab terpaan angin pada saat litter diturunkan cukup besar, sementara bulu penutup tubuh belum lengkap. Bulu penutup tubuh ayam baru lengkap setelah ayam berumur 3 minggu (Farrel, 1979). Termoregulasi tubuh ayam mulai bekerja pada saat usia ayam 7 hari dan sempurna pada saat umur 21 hari (Winter dan Funk, 1990). Berdasarkan pengamatan pendahuluan pada umur 21 hari kaki ayam belum terlalu kuat untuk menopang tubuh ayam pada lantai slatt, sehingga apabila pemeliharaan tanpa menggunakan litter dilakukan pada umur 21 hari, ayam akan kesulitan menjangkau tempat ransum sehingga konsumsi ransumnya menurun. Pertumbuhan ayam membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahanlahan kemudian cepat dan kembali perlahan atau berhenti (Rose, 1997), hal itu terjadi karena pada saat awal pertumbuhan didominasi oleh hiperplasi sel, kemudian secara perlahan pertumbuhan didominasi oleh hipertropi dari sel. Puncak pertumbuhan ayam terjadi pada akhir minggu keempat sampai akhir

8 minggu kelima (Pokhpand, 2013), sehingga pemeliharaan litter sampai umur 27 hari dikhawatirkan akan menggangu proses pertumbuhan puncak tersebut, sebab pada saat pengangkatan litter ayam akan mengalami stres. Penggunaan litter secara terus-menerus akan meningkatkan suhu kandang, peningkatan suhu terjadi akibat adanya aktivitas mikroba pengurai pada litter, selain itu kadar amonia pada kandang litter akan meningkat. Kandungan amonia sebanyak 25 ppm akan menurunkan efisiensi ransum (Ritz dkk, 2004), sehingga pemeliharaan menggunakan litter sampai umur 30 hari akan menyebabkan produksi kurang optimal. Konversi ransum yang dihasilkan dari pemeliharaan menggunakan litter lebih besar dibandingkan denga pemeliharaan pada sistem cage (Santoso, 2002). Idealnya pemeliharaan tanpa menggunakan litter dilakukan setelah bulu penutup lengkap dan termoregulasi tubuh telah sempurna, akan tetapi fase pertumbuhannya belum memasuki fase puncak produksi. Berdasarkan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis bahwa pada kandang panggung pemeliharaan menggunakan litter sampai umur 24 hari memberikan performa produksi yang optimum. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Tempat penelitian dilakukan di kandang broiler sistem panggung yang berlokasi di Kampung Lumbung Desa Sukakerta Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya.