QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN TEMPAT USAHA ( SITU ) BUKAN H.O BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

dokumen-dokumen yang mirip
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN BARANG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR: 10 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR : 8 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI NAGAN RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENITIPAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBAHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH BESAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG SURAT TANDA KEBANGSAAN, PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN KAPAL < 7 GT DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN KAYU DAN HASIL HUTAN IKUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 26 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

\ PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

L E M B A R A N D A E R A H

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 04 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR : 3 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2005

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA DAN HASIL USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2002 RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG. Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDERAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN MANOKWARI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR


PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN / ATAU PENYEDOTAN KAKUS

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR : 9 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

- 1 - QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

Transkripsi:

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN TEMPAT USAHA ( SITU ) BUKAN H.O BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH TIMUR ; Menimbang : a. bahwa Pemberian Surat Izin Tempat Usaha (SITU) bukan HO merupakan jenis Retribusi Daerah yang penggolongannya termasuk retribusi perizinan tertentu sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, serta untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah sehingga perlu menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ; b. bahwa untuk maksud tersebut perlu menetapkan dalam suatu Qanun. Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara ; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara ; 3. Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Piutang Negara ; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman modal Asing ; 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri Jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri ; 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian ; 7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ; 8. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ; 9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ; 10. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ; 11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ; 14. Peraturan.

- 2-14. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penanaman Modal ; 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tekhnis Penyusunan PerUndang-Undangan dan bentuk Rancangan Undang- Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah ; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR D A N BUPATI ACEH TIMUR M E M U T U S K A N : Menetapkan : QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN TEMPAT USAHA (SITU) BUKAN H.O. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan : a. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah Daerah Kabupaten Aceh Timur ; b. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ; c. Bupati adalah Bupati Aceh Timur ; d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan PerUndang-Undangan yang berlaku ; e. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya. Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama atau bentuk apapun Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, Bentuk Usaha tetap serta Bentuk Badan Usaha lainnya ; f. Retribusi perizinan tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam Pemberian Izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk Pembinaan, Pengaturan, Pengendalian, dan Pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan ; g. Pemberian Izin Tempat Usaha bukan HO adalah pemberian Izin Tempat Usaha bukan HO kepada orang pribadi atau Badan atas permohonan yang bersangkutan ; h. Retribusi

- 3 - h. Retribusi Izin Tempat Usaha yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pemberian Izin Tempat Usaha bukan HO kepada orang pribadi atau Badan ; i. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan PerUndang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi ; j. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan Jasa Pelayanan atas Perizinan dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan; k. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut Peraturan PerUndang - Undangan Retribusi Daerah; l. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang ; m. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDKB, adalah surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terhitung, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar; n. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan; o. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB, adalah suatu Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang; p. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan Tagihan Retribusi dan atau sanksi Administrasi berupa bunga atau denda; q. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi; r. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah; B A B II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Pemberian Surat Izin Tempat Usaha bukan HO dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Tempat Usaha kepada orang pribadi atau Badan Usaha. Pasal 3 Objek retribusi adalah pemberian Surat Izin Tempat Usaha bukan HO. Pasal 4

- 4 - Pasal 4 Subjek retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapat Surat Izin Tempat Usaha bukan HO. B A B III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Pemberian Surat Izin Tempat Usaha bukan HO digolongkan sebagai Retribusi Perizinan tertentu. B A B IV KEWAJIBAN MEMILIKI IZIN Pasal 6 Setiap pendirian tempat - tempat usaha / jasa dalam Daerah baik yang dilaksanakan oleh orang pribadi maupun Badan Usaha, diwajibkan memiliki Surat Izin Tempat Usaha bukan HO. B A B V TATA CARA MEMPEROLEH IZIN Pasal 7 (1) Untuk memperoleh Surat Izin Tempat Usaha bukan HO sebagaimana tersebut pada pasal 6, dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati. (2) Tata cara pengajuan permohonan Surat Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon akan ditetapkan pengaturannya lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 8 (1) Setiap Surat Izin Tempat Usaha bukan HO sebagaimana dimaksud pada pasal 6 Qanun ini tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Bupati. (2) Apabila pemegang surat izin perorangan meninggal dunia, Izin tersebut masih berlaku sampai habis masa berlakunya, sepanjang izin tersebut dilakukan oleh Ahli Warisnya yang sah. Pasal 9 (1) Permohonan Surat Izin dapat ditolak oleh Bupati apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Qanun ini dan peraturan pelaksanaannya. (2) Permohonan

- 5 - (2) Permohonan Surat Izin yang ditolak sebagaimana pada ayat (1) pasal ini dapat diajukan kembali oleh pemohon setelah melengkapi syarat - syarat yang diperlukan sesuai dengan peraturan pelaksanannya. B A B VI PEMBERIAN IZIN DAN MASA BERLAKUNYA IZIN Pasal 10 (1) Surat Izin Tempat Usaha bukan HO sebagaimana dimaksud Pasal 6 Qanun ini diberikan oleh Bupati. (2) Surat Izin Tempat Usaha bukan HO berlaku selama 3 (tiga) tahun dan wajib di daftar ulang pada setiap tahunnya, dengan memperlihatkan tanda lunas retribusi izin tahun berjalan. Pasal 11 Surat Izin Tempat Usaha bukan HO tidak berlaku lagi apabila : a. Masa berlakunya telah habis dan belum/tidak diperpanjang lagi. b. Pemegang Izin tidak lagi melanjutkan usahanya. c. Dibatalkan/dicabut oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk, karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam Surat Izin atau bertentangan dengan Perundang-undangan. B A B VII CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 12 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan volume kegiatan usaha dan pelayanan perizinan yang diberikan. B A B VIII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 13 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan tarif di dasarkan atas tujuan untuk menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan yang berhubungan dengan Tempat Usaha bukan HO. B A B IX STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 14 (1) Struktur dan besarnya tarif digolongkan berdasarkan jenis Surat Izin Tempat Usaha bukan HO. (2) Struktur.

- 6 - (2) Stuktur dan besarnya tarif Retribusi Surat Izin Tempat Usaha bukan HO sebagai berikut : 1. Usaha hasil bumi yang berbadan hukum; Rp. 50.000,- 2. Usaha hasil bumi perorangan; Rp. 20.000,- 3. Usaha Apotik; Rp. 100.000,- 4. Usaha Depot Obat; Rp. 50.000,- 5. Usaha Angkutan dan lain jensnya; Rp. 75.000,- 6. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi K3; Rp. 50.000,- 7. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi K2; Rp. 60.000,- 8. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi K1; Rp. 70.000,- 9. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi M3; Rp. 100.000,- 10. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi M2; Rp. 150.000,- 11. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi M1; Rp. 200.000,- 12. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi B2; Rp. 250.000,- 13. Kontraktor, Levensir dengan klasifikasi B1; Rp. 300.000,- 14. Usaha Import Eksport dan sejennisnya; Rp. 100.000,- 15. Notaris; Rp. 100.000,- 16. Usaha Pengacara; Rp. 100.000,- 17. Usaha Panti Pijat Tradisional; Rp. 20.000,- 18. Usaha Katering; Rp. 35.000,- 19. Pedagang Grosir; Rp 75.000,- 20. Kios- kios; Rp. 25.000,- 21. Show room Kenderaan Bermotor; Rp. 100.000,- 22. Tukang Jahit; Rp. 10.000,- 23. Usaha Konpeksi Rp. 25.000,- 24. Usaha jasa lainnya; Rp. 50.000,- 25. Optik Kaca Mata; Rp. 50.000,- 26. Praktek Bidan; Rp. 50.000,- 27. Usaha Reklame dan Stempel; Rp. 75.000,- 28. Tukang Pangkas per Kursi; Rp. 10.000,- 29. Tukang Pangkas Babershop per kursi Rp. 15.000,- 30. Toko/Reparasi Sepeda/Becak; Rp. 25.000,- 31. Laboratorium/Balai Pengobatan/Klinik; Rp. 100.000,- 32. Biro Jasa/Travel Biro. Rp. 50.000,- 33. Lain-lain (gudang/ruang penyimpanan): a. 1 s/d 20 M2 Rp. 20.000,- b. 20 s/d 50 M2 Rp. 40.000,- c. 50 s/d 100 M2 Rp. 60.000,- d. > 100 M2 tiap-tiap M2 ditambah Rp. 5.000,- B A B X WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 15 Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah Daerah tempat Surat Izin Usaha diberikan. B A B XI RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG Pasal 16 Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun, kecuali ditetapkan lain oleh Bupati. Pasal 17.

- 7 - Pasal 17 Retribusi terhutang pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. B A B XII SURAT PENDAFTARAN Pasal 18 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKBT. B A B XIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 19 Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi Administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STDR. B A B XIV TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 20 (1) Retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus di muka untuk 1 (satu) kali masa Retribusi ; (2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD dan Dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKBT ; (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati. B A B XV TATA CARA PENAGIHAN Pasal 21 (1) Retribusi terhutang berdasarkan SKDR atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, STRD, dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). (2) Penagihan.

- 8 - (2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan Peraturan PerUndang-Undangan yang berlaku. B A B XVI K E B E R A T A N Pasal 22 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan yang diajukan. Pasal 23 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi Keputusan atas Keputusan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas dasar keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. BAB XVII

- 9 - B A B XVII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 24 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengambilan kepada Bupati. (2) Bupati dalan jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan Keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan permohonan pengambilan kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan. (4) Apabila retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan. (5) Pengambilan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengambilan kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 25 (1) permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan : a. Nama dan alamat wajib Retribusi ; b. Masa retribusi ; c. Besarnya kelebihan pembayaran ; d. Alasan yang singkat dan jelas ; (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui Pos Tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau Bukti pengiriman Pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati. Pasal 26 (1) Pengambilan kelebihan retribusi dikakukan dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan Retribusi. (2) Apabila

- 10 - (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan yang berlaku sebagai bukti pembayaran. B A B XVIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 27 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, dan pembebasan retribusi. (2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati. B A B XIX KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 28 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah mempunyai jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak, saat terhutang retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan Tindak Pidana di bidang Retribusi. (2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. Diterbitkan surat teguran, atau b. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. (3) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan. B A B XX KETENTUAN PIDANA Pasal 29 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terhutang. (2) Tindak Pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XXI

- 11 - B A B XXI P E N Y I D I K A N Pasal 30 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi Wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap atau jelas ; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana Retribusi Daerah ; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah ; d. Memeriksa bukti-bukti, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah ; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen - dokumen lain, secara melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah ; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan tentang berlangsung dan Identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak Pidana Retribusi Daerah ; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. Menghentikan penyidikan ; k. Melakukan Tindakan lain yang perlu untuk kelancaran Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi daerah menurut Hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang hukum Acara Pidana. B A B XXII KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Dengan berlakunya Qanun ini, maka semua ketentuan yang bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 32

- 12 - Pasal 32 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 33 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur. Ditetapkan di : Langsa Pada Tanggal : 29 Oktober 2003 M 03 Ramadhan 1424 H BUPATI ACEH TIMUR ttd Drs. AZMAN USMANUDDIN, MM