JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di:

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KETERBUKAAN DIRI DENGAN PERILAKU MENCARI BANTUAN ADAPTIF DALAM PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

KONSEP DIRI AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMP N 24 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI TUJUAN MASTERY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA NEGERI I TAHUNAN DI KABUPATEN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Keywords : Motivation To Learn, Classroom Climate, Perception

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

Muhamad Irfan Fauzi Program Studi PGSD/Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR KELOMPOK DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN SIKAP SISWA, MELALUI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR. (Artikel) Oleh: SIS SUBAGYO SAMPUR PRASETYO ( )

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

PENGARUH KESADARAN METAKOGNISI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FMIPA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 7 SEMARANG

Witan Faestri, Agustina Sri Purnami Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. *Korespondensi:

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

ANALISIS HAMBATAN BELAJAR TEKNOLOGI MEKANIK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

ISSN Anggit Grahito Wicaksono Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 3 no.2, Juni

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN EMOTIONAL QUOTIENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA N 4 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014

AHMAD MUJAHID K

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN DISIPLIN DIRI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA RSBI KELAS VII SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BIOSFER: JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB) 2017, Volume 10 No 1, ISSN:

ANALISIS MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMAN 8 MAKASSAR DALAM BELAJAR BIOLOGI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UNIVERSITAS RIAU

Supriyatin, Mieke Miarsyah, Melia Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BIOSFER: JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB) 2016, Volume 9 No 2, ISSN:

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI ADE RIZA RAHMA RAMBE

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksinya dengan lingkungan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel Skripsi) Oleh Imam Basuki

THE EFFECT OF LEARNING FACILITIES TOWARD STUDENTS S LEARNING OUTCOMES OF CLASS X AND XI SOCIAL ON ECONOMICS OF SMA 3 PEKANBARU ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 1. Oleh

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PMETODE MENGAJAR GURU, MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI. Emi Fitria

SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

RATIH DEWI PUSPITASARI K

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 5 MAKASSAR

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMP NEGERI 31 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK Suyati 1

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

Economic Education Analysis Journal

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH)

HUBUNGAN SELF EFFICACY, MOTIVASI, DAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

: NOVITA TYAS SUVIANA NIM K

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Maret, 2015

PENGARUH MOTIVASI PRAKTIK DAN KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN TERHADAP PRESTASI PRAKTIK PEMBUBUTAN

(The Influence of Creative Problem Solving Learning Model by Video Media to The Student Achievement on The Material Environmental Pollution.

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA

HAYATI

PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH PONDOK PABELAN MAGELANG TAHUN 2015

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, PERHATIAN ORANG TUA, DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

iii Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MICROSOFT POWERPOINT DAN MEDIA LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Oleh : Tri Astuti Arigiyati Prodi Pendidikan Matematika FKIP UST

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN KELAS DAN KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH KONDISI EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI PADA SISWA KELAS XII SMA SERI RAMA YLPI PEKANBARU

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

FORTECH 1 (1) 2016 FORTECH.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (EFFECT ON STUDENT MOTIVATION TO LEARN MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENT)

Transkripsi:

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 83-93 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/empati RELATIONSHIP BETWEEN THE PERCEPTION CURRICULUM CREDIT SEMESTER SYSTEM (SKS) WITH ACADEMIC ACHIEVEMENT MOTIVATION IN STUDENTS OF SMAN 78 JAKARTA Fajriati Nurhidayah, Prasetyo Budi Widodo, Dinie Ratri Desiningrum *) Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024) 7460051 ati_huwaidi@yahoo.com, pbundip@yahoo.com, dn.psiundip@gmail.com Abstract School education has a major role in improving the quality of eduvation,00aitems through the students academic achievement motivation. Students academic achievement motivation can be seen by the student perception of the curriculum semester credit system is applied in schools. This research was conducted to determine the relationship between perceptions of curriculum semester credit system with academic achievement motivation in students of SMAN 78 Jakarta. The population was 324 students with 177 students as the sample. Determination of the sample using cluster random sampling technique. Cluster random sampling procedures are sampling conducted by randomization to the group. Data collection using academic achievement motivation scale consists of 35 aitems (α=0,855) and scale perception of curriculum semester credit system, which consists of 33 aitems (α=0,858). Simple regression analysis showed r xy =0,354 and p=0,000 (p<0,05), meaning that there is a significant positive relationship between perceptions of curriculum semester credit system with students academic achievement motivation SMAN 78 Jakarta. These result indicate that the positive perception of the curriculum semester credit system, the higher the academic achievement motivation. Conversely, the more negative perceptions of curriculum semester credit system, the lower the academic achievement motivation. The result of this study indicate that students academic achievement motivation SMAN 78 Jakarta are ini the high category and have a positive perception curriculum semester credit system. Perceptions of achievement motivation variable rate of 12,5%, while 87,5% came from other factors that are not disclosed in this study. Keywords: academic achievement motivation, perception curriculum credit semester system, students in senior high school. *) Penulis Penanggung Jawab

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 84 PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara berkembang tentunya sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas. United Nation Development Program (UNDP) atau Badan PBB yang menangani masalah pendidikan mengeluarkan data tentang peringkat negara-negara dunia berdasarkan daya saing kualitas sumber daya manusia tahun 2011 atau Human Development Index 2011. Indonesia menduduki peringkat hampir terakhir yaitu di posisi 107. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa kualitas daya saing sumber daya manusia Indonesia sangat rendah di pasar internasional. Data yang dikeluarkan UNDP ini sekilas dapat menjadi potret evaluasi hasil pendidikan di Indonesia. Kenyataan bahwa kualitas pendidikan masyarakat minim sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya saing rendah. Pemerintah seharusnya memprioritaskan pendidikan sebagai program utama perbaikan negara dengan memperbaiki pengelolaan sistem penjaminan mutu pendidikan serta masyarakat dan pengelola lembaga pendidikan perlu disadarkan dan diarahkan untuk mengembangkan pendidikan yang bermutu dan dapat berdaya saing di pasar internasional. Kondisi Indonesia sekarang membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi. Solusi utama dari kondisi ini memang harus ada peningkatan kualitas pendidikan yang cukup signifikan untuk mengejar ketertinggalan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara keseluruhan. Pembicaraan mengenai pendidikan tidak pernah lepas dari pengertian motivasi. Sekolah merupakan penyelenggara pendidikan memiliki peran besar dalam meningkatkan mutu pendidikan, termasuk di dalamnya menyusun rencana strategis. Sekolah diharapkan melahirkan siswa-siswa yang berkualitas yang mampu berpikir secara kritis dan memiliki wawasan luas serta mampu membawa nasib bangsa ke arah lebih baik. Peran sekolah menjawab tantangan bangsa dengan meningkatkan motivasi berprestasi siswa sejak dini. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kualitas siswa antara lain fasilitas sekolah, kurikulum, kualitas guru yang mengajar (Hawadi, 2001, h.44). Dalam Undang-Undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan. Terjadinya perubahan kurikulum pendidikan membuktikan bahwa belum ditemukannya arah pendidikan yang tepat. Perubahan kurikulum pendidikan dilakukan sebagai upaya untuk penyederhanaan kurikulum, perubahan pola dan pendekatan yang sesuai. Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dievaluasi dan dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan masyarakat.

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 85 Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem yang memungkinkan peserta didik untuk memilih sendiri mata pelajaran yang akan diambil dalam satu semester. SKS digunakan sebagai ukuran besarnya beban studi, besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha belajar, besarnya usaha belajar yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu program pendidikan dan besarnya usaha penyelenggaraan pendidikan bagi tenaga pengajar. Upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Jakarta terus dilakukan. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah penggunaan kurikulum Sistem Kredit Semester (SKS) untuk siswa SMA. Keuntungan dari kurikulum yang diadopsi dari perguruan tinggi ini adalah para siswa SMA dapat lulus jika kredit yang dibebankannya telah tercapai. Jadi dengan kurikulum SKS, siswa dapat lulus sekolah dalam dua tahun atau paling lama lima tahun. Semua tegantung dari keinginan siswanya dan sesuai dengan kemampuan diri. SMA Negeri 78 Jakarta adalah salah satu dari ketiga sekolah yang sudah mulai menerapkan kurikulum SKS. Pelaksanaan SKS berdasarkan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 11 ayat 3 yang menyatakan beban belajar untuk SMA pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester. SMA Negeri 78 Kemanggisan, Palmerah Jakarta Barat menjadi pelopor dalam menerapkan kurikulum SKS. Sekolah ini juga menduduki tingkat peringkat pertama se-jakarta Barat dalam kelulusan siswanya. Kurikulum SKS ini sudah diterapkan sejak tahun 2008 dan ternyata berjalan lancar dan memuaskan. Keberhasilan ini, membuat pihaknya akan berusaha agar sekolah lain ikut menerapkan kurikulum SKS dalam kegiatan belajarnya. Ujar Abdulhamid Saleh, Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Tinggi Jakarta Barat (Kasudin Dikmenti Jakarta Barat). SKS di SMA terdiri dari mata pelajaran wajib, paket, pilihan wajib dan pilihan bebas, akan tetapi tidak seperti mahasiswa yang benar-benar mandiri dalam menentukan pilihan mata pelajaran. Siswa SMA masih harus berada dalam bimbingan guru yang membantu mereka dalam memilih mata pelajaran. Guru tersebut disebut sebagai pembimbing akademik. Tujuan diterapkan kutikulum SKS di SMA untuk mengakomodasi percepatan belajar siswa yang berbeda satu dengan yang lain. Selain itu, sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalkan masing-masing individu dan mendidik siswa mulai bertanggungjawab pada dirinya sendiri. Jika siswa memiliki IP diatas 2,70, maka dia akan mendapatkan 24 sks dengan 9-11 mata pelajaran yang dapat diambil. Jika IP dibawah 2,70, hanya mendapat total 20 sks dengan 7-10 mata pelajaran, dan jika IP diatas 3, dapat memilih 10-14 mata pelajaran dengan total 32 sks. Siswa dengan IP diatas tiga disebut Siswa Cerdas Istimewa (SCI) yang kemudian dikumpulkan dalam satu kelas.

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 86 Siswa bisa mengambil 20 hingga 24 sks pada setiap semester sedangkan Siswa Cerdas Istimewa (SCI) dapat mengambil hingga 32 sks pada setiap semester. Jam pelajaran setiap sks adalah 45 menit. Para siswa boleh mengikuti ujian akhir jika telah menyelesaikan 116 sks. Pada kurikulum SKS, siswa dengan pembimbing akademik, merancang pelajaran yang hendak mereka serap dalam satu semester. Kegiatan belajar menggunakan moving class, yakni siswa berpindah kelas setiap mata pelajaran berganti. Pada setiap mata pelajaran, siswa harus mendapat nilai ketuntasan, serendah-rendahnya 75. Nilai yang kurang dari batas itu, siswa yang bersangkutan diberi klinik belajar atau semacam remedial. Siswa yang telah melakukan remedial namun belum mencapai nilai ketuntasan, maka siswa tersebut harus mengulang pada semester berikutnya. Ini yang menyebabkan tidak ada istilah tinggal kelas dalam kurikulum SKS. SMA yang tidak menerapkan kurikulum SKS, siswa mesti mengulang seluruh mata pelajaran bila siswa tersebut tinggal kelas. SMA Negeri 78 Jakarta memiliki tiga kelompok mata pelajaran yakni mata pelajaran umum dengan total 38 sks, mata pelajaran wajib 38 sks, dan mata pelajaran pilihan dengan total 40 sks. Siswa mulai dapat mengambil mata pelajaran pilihan pada semester dua. Pilihannya sesuai minat siswa yang bersangkutan yaitu IPA dan IPS. Berdasarkan informasi Bapak Nursyamsuddin selaku Tim Pengembang Kurikulum Dikdasmen, Depdiknas menyatakan bahwa dengan menerapkan kurikulum SKS siswa dapat menyelesaikan studinya dalam waktu dua tahun atau empat semester sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi akademik rendah memungkinkan memerlukan waktu hingga lima tahun atau sepuluh semester untuk menyelesaikan studinya. Data yang peneliti peroleh di lapangan bahwa SMA Negeri 78 Jakarta sejak kurikulum SKS diterapkan, sekolah ini telah berhasil meluluskan sebanyak 70 siswa dalam masa studi dua tahun atau empat semester. Siswa akan mempersepsikan kurikulum SKS ini. Siswa yang mempersepsikan kurikulum SKS dengan positif, siswa akan lebih aktif mencari informasi akademik sekolah, aktif bertanya dalam kelas, dan adanya persaingan prestasi antar siswa. Siswa yang mempersepsikan kurikulum SKS dengan negatif, mungkin tidak akan membawa pengaruh, baik dalam hal motivasi berprestasi akademik maupun perubahan perilaku yang timbul dalam diri siswa. Hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu siswa SMA Negeri 78 Jakarta, diketahui bahwa disekolah siswa-siswa berusaha untuk saling mengungguli satu sama lain setelah diterapkannya kurikulum SKS. Mereka bersaing untuk meraih prestasi yang terbaik misalnya mendapatkan Indeks Prestasi (IP) yang tinggi agar dapat mengambil mata pelajaran sebanyak-

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 87 banyaknya sehingga siswa akan lebih cepat menyelesaikan tugas belajarnya di sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingi. Penelitian ini akan dilakukan pada remaja yang sedang menempuh pendidikan formal di SMA mengingat bahwa salah satu tugas perkembangan remaja menurut Winkel, 1996 adalah mengembangkan kompetensi untuk mencapai sukses guna memperkaya diri secara optimal melalui prestasi dalam hal akademik. LANDASAN TEORITIS A. Definisi Motivasi Berprestasi Akademik Dorongan kuat pada individu yang mengarahkan pada usaha untuk meningkatkan prestasi di bidang akademik setinggi-tingginya. B. Definisi Persepsi terhadap Kurikulum SKS Penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap sistem pendidikan nasional yang memungkinkan peserta didik memilih sendiri mata pelajaran yang akan ia ambil dalam satu semester. HIPOTESIS Ada hubungan positif antara persepsi terhadap kurikulum SKS dengan motivasi berprestasi akademik. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel kriterium : motivasi berprestasi akademik 2. Variabel prediktor : persepsi terhadap kurikulum SKS B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Motivasi Berprestasi Akademik Motivasi berprestasi akademik adalah dorongan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik secara tekun dengan hasil yang lebih baik dari masa lalu dan lebih unggul dari orang lain. 2. Persepsi terhadap Kurikulum SKS Persepsi terhadap Kurikulum SKS adalah penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian yang didasari dengan adanya pemahaman, keyakinan, pengalaman serta perasaan individu terhadap sistem pendidikan nasional yang memungkinkan peserta didik untuk memilih sendiri mata pelajaran yang akan ia ambil dalam satu semester. C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini ditentukan dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Siswa-siswi SMA Negeri 78 Jakarta. 2. Siswa kelas XI.

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 88 3. Bukan siswa pindahan dari sekolah lain. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Prosedur teknik cluster random sampling adalah pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan skala motivasi berprestasi akademik sebanyak 35 item (α= 0,855) dan skala persepsi terhadap kurikulum SKS sebanyak 33 item (α=0, 858). E. Metode Analisa Data Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik berupa analisis regresi sederhana yang merupakan salah satu teknik statistik parametrik. Analisis data dibantu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Packages for Social Science) for Windows versi 17.00. HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas pada variabel motivasi berprestasi akademik diperoleh koefisien sebesar 1,223 dengan p= 0,101 (p>0,05), yang berarti sebaran datanya berbentuk normal. Sedangkan, hasil uji normalitas pada variabel persepsi terhadap kurikulum SKS diperoleh koefisien sebesar 0,740 dengan p= 0,644 (p>0,05), yang berarti sebaran data pada variabel ini juga berbentuk normal. 2. Uji Linearitas Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variable prediktor dan variabel kriterium. Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada variabel prediktor akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel kriterium dengan membentuk garis linear. Uji linearitas menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel adalah linear F Lin = 25,036 dengan nilai signifikansi 0,0000 (p<0,05). Uji linearitas menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel penelitian adalah linear. B. Uji Hipotesis Persamaan garis regresi pada hubungan kedua variabel adalah: Y = 58,869 + 0,400X Persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa setiap penambahan satu nilai persepsi terhadap kurikulum SKS akan meningkatkan motivasi berprestasi akademik sebesar 0,400. Nilai koefisien determinasi r= 0,125 memiliki arti bahwa persepsi terhadap kurikulum SKS memberikan sumbangan efektif sebesar 12,5% terhadap motivasi berprestasi akademik. Angka tersebut menunjukkan bahwa variabel motivasi berprestasi akademik dapat dijelaskan oleh persepsi

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 89 terhadap kurikulum SKS sebesar 12,5%. Sisanya sebesar 87,5% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. C. Kategorisasi Motivasi Berprestasi Akademik Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi 10 subjek 24 subjek 115 subjek 28 subjek 5,65 % 13,56 % 64, 97% 15,82% 35 70 87,5 105 140 Berdasarkan kategorisasi motivasi berprestasi akademik, rata-rata sampel penelitian berada dalam kategori cenderung tinggi, ditunjukkan dengan mean empirik yang diperoleh sebesar 95,7006, berada pada rentang antara skor 87,5 hingga 105. Skor ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian, motivasi berprestasi akademik sampel penelitian, rata-rata berada pada kategori kecenderungan tinggi. Persepsi terhadap Kurikulum SKS Sangat Negatif Negatif Positif Sangat Positif 2 subjek 29 subjek 105 subjek 41 subjek 1,13 % 16,38 % 59, 32 % 23,16 % 33 66 82,5 99 132 Berdasarkan kategorisasi persepsi terhadap kurikulum SKS, rata-rata sampel penelitian berada dalam kategori cenderung positif, ditunjukkan dengan mean empirik yang diperoleh sebesar 91,9887, berada pada rentang antara skor 82,5 hingga 99. Skor ini mengindikasikan persepsi terhadap kurikulum SKS sampel penelitian rata-rata berada pada kategori cenderung positif. PEMBAHASAN Pengujian hipotesis dengan teknik analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel persepsi terhadap kurikulum SKS dengan motivasi berprestasi akademik sebagaimana ditunjukkan oleh angka korelasi r xy = 0,354 dengan tingkat signifikansi korelasi sebesar p= 0,000 (p<0,05). Nilai r xy yang memiliki tanda positif menunjukkan semakin positif persepsi terhadap kurikulum SKS maka semakin tinggi motivasi berprestasi akademik, begitu pula sebaliknya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Terujinya hipotesis ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap kurikulum SKS merupakan salah satu faktor yang menentukan motivasi berprestasi akademik. Berdasarkan data yang diperoleh, motivasi berprestasi akademik sampel penelitian rata-rata berada pada kategori cenderung tinggi dengan jumlah sampel yang berada dalam kategori ini sebanyak 115 orang atau 64,97%. Kondisi tersebut berdasarkan gambaran umum skor variabel yang

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 90 menunjukkan bahwa mean empirik variabel motivasi berprestasi akademik adalah sebesar 95,7006 yang berada dalam rentang nilai 87,5 sampai dengan 105 (kategori tinggi). Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi lebih menyukai tugas-tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Kurikulum SKS selain menggunakan sistem belajar Subject Based Classroom, juga dalam kegiatan belajarnya menggunakan sistem Student Learning Center meskipun pada pelaksanaan penerapannya tidak sepenuhnya proses pembelajaran di kelas bersumber dari siswa. Siswa dilatih untuk presentasi dan diskusi-diskusi di dalam kelas sehingga siswa diberi kesempatan untuk mencari, memahami dan menyiapkan bahan mata pelajaran. Bila menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas akademiknya, ia akan berusaha untuk mengatasinya dengan berbagai cara. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akadmik yang tinggi memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri, lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya sedang-sedang saja, berorintasi ke masa depan, sangat menghargai waktu, tabah, tekun dan gigih dalam mengerjakan tugas. Siswa tersebut menunjukkan usaha yang tinggi dalam meraih prstasi akademik, melakukan kegiatan dengan penuh semangat, termasuk kegiatan akademiknya yang mengarahkan dirinya mencapai prestasi akademik yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi akademik yang rendah lebih menyukai tugas-tugas sekolah yang mudah dan sangat tergantung pada pengarahan guru. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akademik rendah tidak berusaha mencari, memahami dan menyiapkan bahan pelajaran tetapi hanya menunggu penjelasan yang akan diberikan oleh guru saja. Siswa ini cendrung masa bodoh, spkulatif dan tidak berusaha mengatasi masalah dari tugas-tugas akademiknya. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akademik rendah gambaran dirinya cenderung negatif, pesimis, dan kurang percaya diri, lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya mudah, kurang berorientasi ke masa dpan, kurang menghargai waktu, dan mudah menyrah dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persepsi terhadap kurikulum SKS merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi akademik. Siswa yang memiliki persepsi yang positif terhadap kurikulum SKS merasa senang dengan diterapkannya kurikulum yang baru yang sebelumnya belum pernah siswa rasakan. Siswa memiliki harapan dapat menyelsaikan masa studi lebih cepat. Pengharapan mengenai diri akan menentukan bagaimana siswa bertindak. Apabila seorang siswa berpikir bahwa dirinya bisa, dalam hal ini mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi maka siswa tersebut cenderung sukses, dan bila siswa tersbut berpikir bahwa dirinya akan gagal, maka sebenarnya dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa harga diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu (Calhoum dan Acocella, 1990). Selanjutnya Hattie (1992) juga mengatkan bahwa harga diri merupakan

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 91 pedoman dalam bertingkah laku, dalam hal ini adalah perilaku untuk berprestasi dalam bidang akademik. Merujuk kepada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sriati (2002) terhadap siswa SDN Percontohan Menteng 01 bahwa persepsi seseorang tentang kemungkinan untuk sukses dalam berbagai tugas pada umumnya memiliki pengaruh penting pada penampilan, dalam hal ini prestasi akademik. Sedangkan menurut Rosen dkk (1959; dalam William Damon, 1997) menyatakan bahwa seseorang yang memotivasi berprestasinya rendah maka prestasi akademiknya juga rendah. Diungkapkan selanjutnya bahwa motivasi berpretsasi ternyata sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dan memiliki kecenderungan untuk meningkatkan preestasi akademik. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa persepsi terhadap kurikulum SKS sampel pada saat penelitian rata-rata berada pada kategori cenderung positif dengan jumlah sampel yang berada dalam kategori ini sebanyak 105 orang atau 59,32%. Kondisi tersebut berdasarkan gambaran umum skor variabel yang menunjukkan bahwa mean empirik variabel persepsi terhadap kurikulum SKS adalah sebesar 91,9887 yang berada dalam rentang nilai 82,5 hingga 99 (kategori cenderung positif). Siswa yang memiliki persepsi terhadap kurikulum SKS positif cenderung menyadari diterapkannya kurikulum SKS ini adalah untuk kebaikan dirinya sendiri agar siswa mampu mengembangkan prestasi sesuai dengan potensi, kebutuhan, dan kecepatan belajarnya, serta merasa nyaman dan senang dengan diberlakukannya kurikulum tersebut. Siswa yang memiliki persepsi positif terhadap kurikulum SKS akan terstimulasi dengan mudah terpacu dan bersemangat untuk belajar sungguh-sungguh agar di setiap semesternya bisa memperoleh IP yang tinggi sehingga memungkinkan dapat lulus kurang dari tiga tahun. Siswa menjadi lebih aktif, lebih rajin mengerjakan tugas, rajin belajar agar mampu mengerjakan soal ujian dan tidak mengalami remedial atau klinik belajar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan setelah penelitian, ada beberapa fakta di lapangan yang dapat menjelaskan kondisi persepsi terhadap kurikulum SKS sampel penelitian pada yang berada pada kategori positif. Kondisi sampel penelitian sebagian besar berada pada kategori positif dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa merasa bersyukur dan nyaman bersekolah di SMA Negeri 78 Jakarta karena telah menyadari bahwa dengan diterapkannya kurikulum SKS dapat memacu kecepatan belajar untuk mengukir prestasi. Siswa merasa senang berada di SMA Negeri 78 Jakarta dengan penerapan kurikulum SKS yang memberikan peluang untuk dapat lulus lebih cepat. Sebaliknya, siswa yang memiliki persespsi yang negatif terhadap kurikulum SKS yang diterapkan tidak bisa menerima dan memahami tujuan diberlakukannya kurikulum tersebut. Siswa yang memiliki persepsi negatif merasa tidak nyaman dan tidak setuju dengan ketentuan dalam penerapan kurikulum SKS sehingga menganggapnya sebagai suatu ketentuan yang memberatkan dan menakutkan. Siswa yang tidak memahami dan tidak

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 92 menyetujui ketentuan yang berlaku dalam penerapan kurikulum SKS cenderung akan melakukan penolakan dengan melakukan protes terhadap kurikulum SKS (Wantah, 2005, h.154). siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap kurikulum SKS tidak memiliki semangat untuk belajar. Siswa menjadi malas belajar karena siswa merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam kurikulum SKS. Siswa yang malas dalam belajar akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap kurikulum SKS mempengaruhi tingkat motivasi berprestasi akademik siswa dengan angka korelasi sebesar 0,354. Hasil penelitian ini mengungkapkan sumbangan efektif variabel persepsi terhadap kurikulum SKS sebesar 12,5% terhadap variabel motivasi berprestasi akademik, dan 87,5% motivasi berprestasi akademik dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur pada penelitian ini. Siswa SMA Negeri 78 Jakarta sebenarnya belum begitu memahami segala ketentuan yang berlaku dalam kurikulum SKS. Siswa hanya mengikuti ketentuan yang berlaku saja. Siswa merasa kebingungan ketika dihadapi pada mata pelajaran pilihan yang harus mereka pilih untuk mereka ambil di semester tersebut. Kebanyakan dari mereka mengambil mata pelajaran yang sama dengan pilihan kebanyakan teman, atau memilih mata pelajaran yang memungkinkan pulang cepat setiap harinya. Data ini didapat dari hasil wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah bidang akademik. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat motivasi berprestasi siswa pada saat dilakukan penelitian sebagian besar pada kategori tinggi dan persepsi siswa terhadap kurikulum SKS berada pada kategori positif. Penelitian ini tak luput dari adanya keterbatasan dan kelemahan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah waktu penggalian informasi yang relatif singkat seperti wawancara dan observasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap kurikulum SKS dengan motivasi berptestasi akademik yang ditunjukkan dengan angka koefisien r xy = 0,354 dengan tingkat signifikansi korelasi sebesar p = 0,000 (p<0,05). SARAN 1. Bagi Siswa Siswa diharapakan lebih aktif mencari informasi akademik yang berkaitan dengan penerapan kurikulum SKS sehingga siswa memiliki persepsi yang semakin positif terhadap penerapan kurikulum SKS. Jika persepsi siswa terhadap kurikulum SKS semakin positif maka akan meningkatkan motivasi berprestasi akademik siswa.

JURNAL PSIKOLOGI, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 93 2. Bagi Pihak Sekolah Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa motivasi berprestasi akademik siswa sudah tinggi, akan tetapi pihak sekolah tetap memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa terutama memahamkan pentingnya kurikulum SKS yang diterapkan agar siswa tidak merasa terbebani dengan ketentuan yang berlaku sehingga siswa dapat lebih mengembangkan potensi yang dimiliki yang menjadi tujuan kurikulum SKS dapat tercapai. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti yang tertarik mneliti variabel motivasi berprestasi akademik dapat meneliti hubungannya dengan variabel-variabel lain yang diduga turut mempengaruhi yang tidak terungkap dalam penelitian ini. Bagi peneliti yang ingin menelliti variabel-variabel yang sama dengan penelitian ini dapat menggunakan sampel penelitian siswa dari sekolah yang berbeda, misalnya sekolah yang berstatus swasta. DAFTAR PUSTAKA Cutrona, C. E., et. al. 1994. Perceived Parental Social Support and Academic Achievement. An Attachment Theory Perspective. Journal of Personality and Social Psychology, 66 (2), 369-378) Djaali, H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djiwandono, S. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Dyer, J.E., & Roberts, G.T. 2005. The Relationship of Self-Efifacy, Motivation and Critical Thinking Disposition to Achievement and Attitudes When An Illustrated Web Lecture is Used in An Online Learning Environment. Journal of Agricultural Education. Volume 46. No. 2 Harter, S., 2003. The Development of Self-Representation. Dalam Damon, W. (editor). Handbook of Child Psychology, hlm 553-617, 5 th.ed. New York: John Willy and Sons. Hawadi, A. dan Reni, 2001. Psikologi Perkembangan, Mengenal Sifat, Bakat dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Gramedia Hawadi, R. E., dan Santoso, D. S. 2008. Hubungan antara Penerimaan Peer Group dan Prestasi Akademik pada Siswa Program Akselerasi Tingkat SLTP. Gifted Review Vol. 02. No. 02 Wantah, M. J. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.