QANUN KOTA LANGSA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN KAYU DAN HASIL HUTAN IKUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

dokumen-dokumen yang mirip
QANUN KOTA LANGSA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA DAN HASIL USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG SURAT TANDA KEBANGSAAN, PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN KAPAL < 7 GT DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN DAN RETRIBUSI HASIL HUTAN IKUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG DAERAH TINGKAT II BANTAENG PROPINSI DATI I SULAWESI SELATAN

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR: 10 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR: 17 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI HASIL USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAIHM

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENITIPAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN TEMPAT USAHA ( SITU ) BUKAN H.O BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN WALIKOTA TARAKAN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

QANUN KOTA L ANGSA NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA WALI KOTA LANGSA,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN BARANG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II ACEH TENGAH

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBAHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH BESAR

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 26 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 04 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

\ PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR : 8 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI NAGAN RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR : 9 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR : 3 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2005


QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2001 TENTA NG RETRIBUSI PEMAKAIAN PASAR HEWAN DAN PEMERIKSAAN HEWAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

Transkripsi:

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN KAYU DAN HASIL HUTAN IKUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA WALIKOTA LANGSA, Menimbang : a. bahwa pengambilan Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Ikutan merupakan salah satu kegiatan yang dapat di jadikan sumber penerimaan daerah sehingga dapat menambah peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pengaturan pengutipan retribusi daerah; b. bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur dalam suatu Qanun. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 156 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2104); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan; (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3892); 6. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 7. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Langsa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4110); 2

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134); 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 12. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4374); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Tehnis Penyusunan Peraturan Perundang Undangan dan Bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1989 Tentang Ketentuan Umum Penyidik mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Jo Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomur 4 Tahun 1977 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 Tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 Tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah; 19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah; 20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah; 21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama : DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LANGSA dan WALIKOTA LANGSA MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN KOTA LANGSA TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN KAYU DAN HASIL HUTAN IKUTAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Langsa; 2. Pemeritah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai penyelenggara Pemerintah Daerah; 3. Kepala Daerah adalah Walikota; 4. Walikota adalah Walikota Langsa; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kota Langsa; 6. Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Kelautan adalah Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Kelautan Kota Langsa; 7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Daerah yang berlaku; 8. Badan adalah suatu Bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan Nama dan Bentuk apapun persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Lembaga bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya; 9. Usaha pengambilan Hasil Hutan Ikutan adalah kegiatan guna memperoleh Hasil Hutan Ikutan yang meliputi usaha Pencarian, Pengumpulan, Penyaluran, dan Pemasaran ; 10. Retribusi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Ikutan pengambilan hasil Hutan Ikutan yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran atas jasa Penjualan Produksi Usaha Kehutanan kepada orang pribadi atau Badan untuk mengambil hasil Hutan Ikutan; 11. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Usaha yang menurut peraturan Perundang-undangan Retribusi di wajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;

12. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat di singkat SPORD adalah surat yang di gunakan oleh wajib Retribusi untuk melaporkan data objek Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terhutang menurut peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah; 13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat di singkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan jumlah Retribusi yang terhutang; 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan; 15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya dapat di singkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang; 16. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat di singkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi Administrasi berupa bunga atau denda; 17. Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRLDB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib Retribusi; 18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah; 19. Penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat di sebut Penyidik. Untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindakan pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya; BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama retribusi hasil hutan kayu dan hasil hutan ikutan di pungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan serta penyediaan fasilitas lainnya dari Pemerintah Kota. Pasal 3 (1) Objek Retribusi sebagai berikut : a. Rotan; b. Gaharu;

c. Getah Jelutung; d. Getah Karet Hutan; e. Kenari; f. Kemenyan; g. Minyak Kayu Putih; h. Kulit Kayu; i. Bambu; j. Tikar; k. Atap; l. Lilin Tawon; m. Nibung Bulat; n. Hasil Kayu Olahan o. Madu; p. Kayu Halim; q. Kayu Rambung; r. Kayu Limbah; s. Segala Jenis Bibit Tanaman Hutan. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi : a. Pengambilan kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga; b. Pengambilan Hasil Hutan untuk kepentingan penelitian. Pasal 4 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Usaha yang memperoleh Izin untuk mengambil Hasil HutanKayu dan Hasil Hutan Ikutan. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Hasil HutanKayu dan Hasil Hutan Ikutan di golongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan volume Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Ikutan yang di ambil dalam wilayah Kota Langsa.

BAB V STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 (1) Struktur Tarif digolongan berdasarkan Satuan dan Jenis Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Ikutan yang diambil. (2) Sruktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut : No. JENIS HASIL HUTAN SATUAN TARIF / SATUAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Rotan Gaharu Getah Jelutung Getah Karet Hutan Gando Rukem Kenari Kemenyan Minyak Kayu Putih Kulit Kayu Bambu Tikar Atap Lilin Tawon Nibung Bulat Hasil Kayu Olahan Madu Kayu Halim Kayu Rambung Kayu Limbah Segala Jenis Bibit Tanaman Hutan 1 Kg 1 Batang 1 Lembar 1 Lembar 1 Kg 1 Batang 1 M 3 1 Liter 1 Kg 1 M 3 1 M 3 1 Batang Rp. 1.000,- / Ton Rp. 5.000,- / Ton Rp. 5.000,- / Ton Rp. 5.000,- / Ton Rp. 10.000,- / Ton Rp. 3.000,- / Ton Rp. 5.000,- / Ton Rp. 10,- / Kg Rp. 5.000,- / Ton Rp. 30,- / Batang Rp. 250,- / Lembar Rp. 5,- / Lembar Rp. 100,- / Kg Rp. 100,- / Batang Rp. 15.000,- / M 3 Rp. 500,- / Liter Rp. 5.000,- / Kg Rp. 2.500,- / M 3 Rp. 2.500,- / M 3 Rp. 10,- / Batang BAB VI BENTUK TANDA TERIMA RETRIBUSI Pasal 8 Bentuk dan Tanda Terima Retribusi atau Dokumen lainnya yang di persamakan memuat antara lain : a. Dasar Hukum Pungutan; b. Nomor Seri; c. Nama Pengusaha/Perusahaan; d. Alamat Pengusaha/Perusahaan; e. Jenis Barang; f. Jumlah Barang g. Jumlah Pungutan h. Masa Berlaku i. Nama Pemungut j. Jenis / NoPol Kendaraan k. Tanda Terima Retribusi tidak atau bukan legalitas barang

BAB VII CARA PERHITUNGAN RETRIBUSI Pasal 9 (1) Besarnya Retribusi yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 2 ) antara patokan dan volume. (2) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota setiap tahun berdasarkan harga pasar setempat. BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10 Retribusi yang terhutang dipungut pada sentra produksi, Pos Perbatasan dan Pos Pelabuhan Laut. BAB IX MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG Pasal 11 Masa Retribusi adalah jangka waktu lamanya 1 (satu) tahun. Pasal 12 Saat Retribusi terhutang pada saat di tetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB X SURAT PENDAFTARAN Pasal 13 (1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPORD : (2) SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus di isi dengan jelas, benar dan lengkap serta di tanda tangani oleh wajib Retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di tetapkan oleh Walikota. BAB XI PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 14 (1) Berdasarkan SPORD sebagaimana di maksud dalam pasal 13 ayat (1) ditetapkan Retribusi dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang di persamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan di temukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusi yang terhutang maka di keluarkan SKRDKBT.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di tetapkan oleh Walikota. BAB XII TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 15 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat di borongkan. (2) Retribusi di pungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang di persamakan dan SKRDKBT. BAB XIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 16 Dalam Hal Wajib Retribusi tidak dibayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan Sanksi Administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang Terhutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XIV TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 17 (1) Pembayaran Retribusi yang Terhutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang Terhutang dilunasi paling lambat 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD. (3) Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Walikota Langsa. BAB XV TATA CARA PENAGIHAN Pasal 18 (1) Retribusi Terhutang berdasarkan SKRD atau Dokumen yang lain yang dipersamakan, SKRDKBT, STRD dan STRD dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan Jumlah Retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang di Lelang Negara ( BUPLN). (2) Penagihan Retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan PerUndang Undangan yang berlaku.

BAB XVI KEBERATAN Pasal 19 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang di persamakan SKRDKBT dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut. (4) Keberatan harus di ajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang di persamakan. SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat di penuhi karena keadaan diluar kekuasaanya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak di pertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi. Pasal 20 (1) Walikota Langsa dalam jangka paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal di terima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. BAB XVII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 21 (1) Atas Kelebihan Pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan Permohonan Pengembalian kepada Walikota. (2) Walikota dalam jangka paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Permohonan kelebihan Pembayaran Retribusi sebagai mana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan Keputusan. (3) Apabila Jangka Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan Suatu Keputusan Permohonan Pengembalian

Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi Mempunyai utang Retribusi lainnya, Kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu Utang Retribusi tersebut. (5) Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilkukan pada jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak ditetapkannya SKRDLB. (6) Apabila Pengembalian Kelebihan Pembayaran retribusi dilakukan setelah jangka waktu 2(dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi. Pasal 22 (1) Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi Diajukan secara tertulis kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya menyebutkan : a. Nama dan Alamat Wajib Retribusi b. Masa Retribusi c. Besarnya Kelebihan Pembayaran d. Alasan yang singkat dan jelas (2) Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi disampaikan secara Langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti Penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti Pengiriman Pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota. Pasal 23 (1) Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah membayar Kelebihan Retribusi. (2) Apabila Kelebihan Pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan hutang Retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) Pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan yang berlaku sebagai bukti pembayaran. BAB XVIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 24 (1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Pemberian Pengurangan atau keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan Wajib Retribusi. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi di tetapkan oleh Walikota. BAB XIX KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 25 (1) Hak untuk melakukan Penagihan Retribusi, Kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat Terutangnya Retribusi melakukan Tindak Pidana dibidang Retribusi. (2) Kadaluwarsa Penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran atau b. Ada Pengakuan Utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam Pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi Terutang. (2) Tindak Pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah Pelanggaran. BAB XXI PENYIDIKAN Pasal 27 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan dan laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap atau jelas. b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana Retribusi Daerah. 23

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi ataupun badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah. d. Memeriksa bukti-bukti catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah. e. Melakukan Penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan Dokumen-dokumen lain,serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah. g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e. h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah. i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. Menghentikan Penyidikan k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana. BAB XXII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Dengan berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 29 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 30 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Langsa.

Diundangkan di Langsa pada tanggal 12 Desember 2005 M 11 Dzulqa idah 1426 H SEKRETARIS DAERAH, Cap/Dto. Drs. H. AZZUBAIDI A. GANI, MM PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 130 526 015 Disahkan di Langsa pada tanggal 12 Desember 2005 M 11 Dzulqa idah 1426 H Pj. WALIKOTA LANGSA, Cap/Dto. MUCHTAR ACHMADY LEMBARAN DAERAH KOTA LANGSA TAHUN 2005 NOMOR 17 SERI C