PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) WALIKOTA DENPASAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN PERDAGANGAN DI KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN KOTA BATAM

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 75 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun : 2005 Serie : E Nomor : 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2004

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI ( IUI ) WALIKOTA DENPASAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 74 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA INDUSTRI

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBAHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH BESAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 591/MPP/Kep/10/1999

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI USAHA DI BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2008 NOMOR 1 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BERITA KOTA SERI : E NOMOR PERATURAN TENTANG. memperkuat. struktur. Peraturan. No. DAG/PER/9/ Penerbitann Perdagangan. 2. Undang-U. tentang.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN USAHA BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 127 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG IZIN DI BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK RUMAH BOLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

Walikota Cilegon KEPUTUSAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) WALIKOTA CILEGON,

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan perekonomian rakyat yang perlu dibina, dikembangkan dan dikendalikan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengendalian usahanya sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi pertumbuhan perekonomian Daerah; b. bahwa berhubung dengan hal sebagaimana dimaksud huruf a maka kegiatan usaha perdagangan perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Badung. Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonantie 1934 (Stbl 1938 Nomor 86); 2. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655); 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3206); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

2 6. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta (HAKI) (Lembaran Negara Nomor 29 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3679); 7. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Merk (Lembaran Negara Nomor 31 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3681); 8. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Paten (Lembaran Negara Nomor 30 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3680); 9. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 289/MPP/Kep/10/2001 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 4 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Badung. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Badung; b. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; c. Kepala Daerah adalah Bupati Badung; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung;

3 e. Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung yang berwenang di bidang perindustrian dan perdagangan; f. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung; g. Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi; h. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba; i. Surat Ijin Usaha Perdagangan yang disingkat SIUP adalah Surat Ijin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan; j. Surat Permintaan Surat Ijin Usaha Perdagangan yang disingkat SP-SIUP adalah formulir yang diisi oleh pengusaha yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP Kecil/Menengah/Besar; k. Perubahan Perusahaan adalah dalam perusahaan yang meliputi perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik/penanggung jawab, alamat pemilik/penanggung jawab, NPWP, Modal dan kekayaan bersih (Netto), kelembagaan, bidang usaha, jenis barang/jasa dagangan utama; l. Cabang Perusahaan adalah perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari perusahaan induknya yang dapat berkedudukan di tempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya; m. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang bertindak mewakili "Kantor Pusat" perusahaan untuk melakukan kegiatan dan/atau pengurusnya ditentukan sesuai wewenang yang diberikan; n. Perwakilan Perusahaan yang ditunjuk adalah perusahaan yang diberi kewenangan bertindak untuk mewakili "Kantor Pusat"perusahaan; o. Hak atas Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HAKI adalah Hak Paten, Hak Cipta, Hak Merk. BAB II SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) Pasal 2 (1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai alat legalitas;

4 (2) Surat Ijin Usaha Perdagangan dikeluarkan dan ditanda tangani oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk; (3) Surat Ijin Usaha Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilklasifikasikan menjadi 3 yaitu : a. SIUP Kecil b. SIUP Menengah c. SIUP Besar (4) Penentuan klasifikasi SIUP sebagaimana dimaksud ayat (2) ditentukan berdasarkan : a. Perusahaan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (Netto) sampai dengan nilai Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP Kecil; b. Perusahaan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (Netto) diatas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, wajib memperoleh SIUP Menengah; c. Perusahaan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (Netto) seluruhnya diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, wajib memperoleh SIUP Besar; (5) SIUP berlaku selama perusahaan masih menjalankan usahanya dan wajib didaftar ulang setiap 5 (lima) tahun sekali; (6) Atas pengeluaran SIUP sebagaimana dimaksud ayat (1) dan pendaftaran ulang sebagaimana ayat (5) dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini; (7) SIUP tidak berlaku untuk melakukan kegiatan perdagangan berjangka komoditi, kecuali apabila telah memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan untuk dapat melakukan kegiatan perdagangan berjangka komoditi sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-undangan yang berlaku; Pasal 3 Perusahaan yang melakukan perubahan modal dan kekayaan bersih (Netto) baik karena peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan akte perubahan dan/atau neraca perusahaan, wajib memperoleh SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3).

5 Pasal 4 Pengecualian perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah : a. Cabang/Perwakilan perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan mempergunakan SIUP Perusahaan Pusat; b. Perusahaan kecil perorangan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Tidak terbentuk badan hukum atau persekutuan; 2. Diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarga/kerabat terdekat. c. Pedagang keliling, pedagang asongan atau pedagang kaki lima. Pasal 5 Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan SIUP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar Perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku. BAB III TATA CARA DAN SYARAT PERMOHONAN SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) Pasal 6 (1) Permohonan SIUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) wajib diajukan kepada Bupati melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan; (2) Pemohon SIUP sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1), wajib menyampaikan copy surat keputusan pengesahan badan hukum dari Menteri Kehakiman kepada Bupati melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal diterbitkannya surat pengesahan tersebut; (3) Terhadap permohonan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang permohonannya untuk mendapatkan pengesahan badan hukum ditolak, maka permohonan SIUP adalah gugur dan dianggap tidak ada.

6 Pasal 7 Syarat-syarat permohonan SIUP ditetapkan antara lain : a. Copy akte pendirian perusahaan. b. Copy keputusan pengesahan badan hukum dari Menteri Kehakiman atau copy surat keterangan akte masih dalam proses pengesahan badan hukum pada Departemen Kehakiman. c. Copy KTP pemilik/dirut/penanggung jawab perusahaan. d. Copy NPWP perusahaan. e. Copy SITU/HO/Surat Keterangan Domisili Usaha dari Desa/Kelurahan diketahui Camat setempat. f. Neraca perusahaan. g. Pas photo 4x6 cm (2 lembar). h. Copy Kartu Keluarga bagi penanggung jawab perusahaan wanita. i. Rekomendasi dari instansi terkait. j. Surat kuasa bermeterai bagi pengurusan SIUP diluar Pemilik/Direktur/Penanggung jawab. Pasal 8 Perusahaan yang dikecualikan dari kewajiban memperoleh SIUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a dan b dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki oleh pengusaha. Pasal 9 Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan SIUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 secara lengkap dan benar Bupati/Pejabat yang ditunjuk wajib menerbitkan SIUP. BAB IV PEMBUKAAN CABANG/PERWAKILAN PERUSAHAAN Pasal 10 (1) Perusahaan pemegang SIUP yang akan membuka cabang/perwakilan perusahaan di Kabupaten Badung, wajib melapor secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan melampirkan antara lain :

7 a. Copy SIUP pusat yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP tersebut; b. Copy akte pendirian atau bukti lainnya tentang pembukaan kantor cabang perusahaan; c. Copy KTP penanggung jawab kantor cabang perusahaan; d. Copy TDP kantor pusat; e. Copy SITU/HO atau surat keterangan domisili perusahaan dari Desa/Lurah yang diketahui Camat setempat; f. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar; (2) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara lengkap dan benar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan mencatat/mendaftarkan dalam buku laporan pembukuan kantor cabang/perwakilan perusahaan dan membubuhkan tanda tangan, cap/stempel pada copy SIUP perusahaan pusat sebagai bukti bahwa SIUP tersebut juga bagi kantor cabang/perwakilan perusahaan. BAB V PERUBAHAN PERUSAHAAN Pasal 11 (1) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf k selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukan perubahan, wajib mengajukan permintaan perubahan SIUP kepada yang berwenang menerbitkan SIUP; (2) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf k sepanjang yang menyangkut modal dan kekayaan bersih (Netto) ditetapkan sebagai berikut : a. SIUP kecil yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya (Netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib melakukan perubahan SIUP; b. SIUP kecil, yang modal dan kekayaan bersih (Netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP kecil menjadi SIUP Menengah;

8 c. SIUP kecil, yang modal dan kekayaan bersih (Netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP kecil menjadi SIUP Menengah; d. SIUP Menengah yang modal dan kekayaan bersih (Netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tidak mengajukan perubahan SIUP; e. SIUP Menengah yang modal dan kekayaan bersih (Netto) turun menjadi dibawah Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Kecil; f. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (Netto) menjadi besar diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan penyesuaian menjadi SIUP Besar; g. SIUP Besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (Netto) turun menjadi sampai dengan dibawah RP 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan diatas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Menengah; h. SIUP Besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (Netto) turun menjadi sampai dengan dibawah RP 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Kecil; (3) Bupati selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib mengeluarkan SIUP; (4) Perubahan perusahaan yang tidak termasuk dalam pasal 1 huruf k wajib dilaporkan secara tertulis kepada Bupati tanpa mengganti atau mengubah SIUP yang telah diperoleh; (5) Bupati selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan perubahan sebagimana dimaksud pada pasal 1 huruf (k) wajib mengeluarkan Persetujuan Perubahan SIUP, dengan mengadakan penggantian terhadap SIUP yang telah diperoleh.

9 Pasal 12 (1) Apabila SIUP yang telah diperoleh perusahaan hilang atau rusak tidak terbaca, perusahaan yang bersangkutan harus mengajukan permintaan penggantian SIUP secara tertulis kepada Bupati melaui Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk memperoleh SIUP pengganti; (2) Permintaan penggantian SIUP yang hilang atau rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Melampirkan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 6; b. Melampirkan surat keterangan hilang dari kepolisian setempat bagi SIUP yang hilang; c. Melampirkan SIUP Asli bagi yang rusak; (3) Selambat-lambatnya 5(lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat penggantian SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati wajib mengeluarkan SIUP. BAB VI LAPORAN PERUSAHAAN Pasal 13 (1) Perusahaan pemegang SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih (Netto) dibawah Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dibebaskan dari kewajiban menyampaikan laporan/informasi perusahaan; (2) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf a yang telah memperoleh SIUP kecil dengan modal dan kekayaan bersih diatas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengenai kegiatan usahanya setiap 1 (satu) tahun sekali selambat-lambatnya tanggal 31 Januari berikutnya; (3) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf b yang telah memperoleh SIUP Menengah wajib menyampaikan laporan Kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun;

10 (4) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf c yang telah memperoleh SIUP besar wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas yang bersangkutan mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun; (5) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) dilakukan dengan jadwal sebagai berikut : a. semester pertama selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Juli; b. semester kedua selambat-lambatnya setiap tanggal 31 januari tahun berikutnya. Pasal 14 Perusahaan yang telah memperoleh SIUP wajib memberikan data informasi mengenai kegiatan usahanya apabila diminta sewaktu-waktu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 15 (1) Setiap perusahaan yang sudah tidak lagi melakukan kegiatan usaha perdagangan atau menutup perusahaannya wajib melaporkan secara tertulis kepada Bupati disertai alasan penutupan dan mengembalikan SIUP asli; (2) Bupati/Pejabat yang mengeluarkan SIUP perusahaan yang ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengeluarkan Keputusan Penutupan Perusahaan. BAB VII BIAYA Pasal 16 (1) Atas pengeluaran SIUP sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) dan (5) dikenakan biaya. (2) Besarnya biaya dimaksud ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. 1) SIUP Kecil Rp 50.000,- 2) SIUP Menengah Rp 100.000,- 3) SIUP Besar Rp 200.000,- b. Pengesahan pembukaan kantor cabang/perwakilan baru 1) SIUP Kecil Rp 50.000,-

11 2) SIUP Menengah Rp 100.000,- 3) SIUP Besar Rp 200.000,- c. Legalisasi SIUP per lembar Rp 2.500,- d. Daftar ulang SIUP : 1) SIUP Kecil Rp 25.000,- 2) SIUP Menengah Rp 50.000,- 3) SIUP Besar Rp 100.000,- e. Persetujuan dan rekomendasi sesuai dengan klasifikasi SIUP yaitu : 1) SIUP Kecil Rp 25.000,- 2) SIUP Menengah Rp 50.000,- 3) SIUP Besar Rp 100.000,- BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 17 Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Bupati dapat memberikan tindakan berupa peringatan tertulis, pembekuan SIUP dan pencabutan SIUP. Pasal 18 (1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada pasal 17 diberikan apabila : a. Tidak melakukan kewajiban sesuai ketentuan dalam pasal 10 ayat (1) pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) pasal 13 ayat (2), (3) dan (4) serta pasal 14 Peraturan Daerah ini; b. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan jenis barang/jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh; c. Belum mendaftarkan perusahaan dalam daftar perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5; d. Adanya laporan/pengaduan dari pejabat yang berwenang ataupun pemilik dan/atau pemegang hak atas kekayaan intelektual (HAKI) bahwa perusahaan yang bersangkutan melakukan pelanggaran HAKI seperti antara lain HAK Cipta, Paten, dan Merk.

12 (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan oleh Bupati melalui Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pasal 19 (1) Pembekuan SIUP sebagaimana dimaksud pasal 18 dilakukan apabila : a. tidak mengindahkan peringatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2); b. sedang diperiksa di sidang Pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran HAKI, dan/atau melakukan tindak pidana lainnya; (2) Selama SIUP Perusahaan bersangkutan dibekukan, perusahaan tersebut dilarang untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan; (3) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkan penetapan pembekuan SIUP; (4) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku sampai dengan adanya keputusan badan peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap; (5) SIUP yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan : a. telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melakukan kewajibannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini; b. dinyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran HAKI dan/atau tidak melakukan tindak pidana sesuai Keputusan Badan Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap; Pasal 20 Pencabutan SIUP dilakukan apabila : a. SIUP yang diperoleh berdasarkan keterangan/data yang tidak benar atau palsu dari perusahaan yang bersangkutan atau tidak sesuai dalam ketentuan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 11;

13 b. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampui batas waktu pembekuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3); c. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran HAKI dan/atau pidana berdasarkan Keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; d. Perusahaan yang bersangkutan melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 21 (1) Perusahaan yang telah dicabut SIUP-nya dapat mengajukan keberatan kepada Bupati selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pencabutan SIUP; (2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya keberatan dapat menerima atau menolak permohonan keberatan secara tertulis disertai dengan alasan-alasan; (3) Dalam hal permohonan keberatan diterima, SIUP yang telah dicabut dapat diterbitkan kembali. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 22 (1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang pengangkatannya ditetapkan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melakukan tugas penyidikan, penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

14 b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 23 (1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan diatur dalam pasal 2, pasal 5, pasal 10 ayat (1), pasal 11 dan pasal 24 diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 (1) Perusahaan yang telah memiliki SIUP 6 (enam) bulan sejak ditetapkan Peraturan Daerah ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini.

15 BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati Badung. Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Badung. ` Disahkan di : Badung Pada tanggal : 18 Juni 2004 BUPATI BADUNG ttd. A.A. NGURAH OKA RATMADI DIUNDANGKAN DALAM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG Nomor : 11 Tanggal : 21 Juni 2004 Seri : C Nomor : 10 Sekretaris Daerah Kabupaten Badung, ttd. I WAYAN SUBAWA, SH Pembina Utama Muda NIP. 600006201

16 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) I. UMUM Bahwa kegiatan usaha perdagangan merupakan salah satu sektor kehidupan dalam perekonomian rakyat yang perlu dibina, dikembangkan dan dikendalikan baik dalam perencanaan maupun dalam kegiatannya sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi pembangunan di Kabupaten Badung. Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 sampai dengan Pasal 26 : Cukup jelas.