HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

PARADIGMA SAKIT VS. PARADIGMA SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

Kerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN, SOSIAL EKONOMI DAN JARAK TEMPAT PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (PKD) DI KECAMATAN COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

II. TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB I PENDAHULUAN. berbasis lingkungan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011). Menurut Depkes RI (2012) bahwa rumah sehat merupakan rumah yang

PENDIDIKAN, PENDAPATAN KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan Diajukan oleh: IKA YULIANA J 210 050 046 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki millenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2004). Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan 1

2 kesehatan. Mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya (Dinkes, 2005). Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30-35 % terhadap derajat kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi Kesehatan. Sebagai daerah model atau laboratoriumnya adalah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Jawa Barat. Program ini dijalankan dengan kesadaran bahwa dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, dengan demikian diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat (Depkes RI, 2004).

3 Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Namun demikian Indonesia saat ini menghadapi permasalahan masih tingginya angka penyakit infeksi juga peningkatan penyakit degeneratif. Buruknya kondisi lingkungan serta belum baiknya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Dinkes, 2005). Dalam era otonomi daerah, pemberdayaan dan kemandirian merupakan salah satu setrategi dalam pembangunan kesehatan. Artinya bahwa setiap orang-orang dan masyarakat bersama-sama pemerintah berperan, berkewajiban, dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkunganya. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Namun dalam praktiknya, penerapan PHBS yang kesanya sederhana tidak selalu mudah dilakukan. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang PHBS bagi keluarga (Nadesul, 2008). Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tatanan tempat-tempat umum. Masing-masing tatanan mempunyai indikator sendiri. Peran petugas kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan yang ada di masyarakat perlu

4 memberikan manifestasi agar program PHBS bisa berjalan (Sinaga, 2003). Pada kenyataannya, kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat masih belum seperti yang diharapkan, walaupun beberapa kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku yang sehat telah dilaksanakan dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga tatanan yang menjadi utama sasaran PHBS adalah tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan tatanan TTU (Tempat-tempat Umum). PHBS tatanan rumah tangga mempunyai daya ungkit yang paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara umum. Berdasarkan laporan Kabupaten/ Kota untuk persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, dari 35 Kabupaten/ Kota ternyata hanya 3 Kabupaten/ Kota yang tidak melaporkan. Jawa Tengah, angka capaian data tersebut adalah 52,03%. Kabupaten yang mempunyai angka capaian rumah tangga ber-phbs yang paling rendah adalah Kabupaten Sukoharjo = 21,91% (Dinkes, 2004). Di Jawa Tengah selama tahun 2003 kecamatan yang terkena KLB sebanyak 297 sedangkan desa/ kelurahan terkena sebanyak 623, bila dibanding tahun 2002 sebanyak 334 Kecamatan sedangkan desa/ kelurahan terkena sebanyak 885 jumlah tersebut nampak menurun pada tahun 2003. Kejadian KLB tahun 2003 mengancam penduduk sejumlah 8.204.650 terdiri dari 14 macam penyakit menular dan keracunan. Penyakit yang resiko ancaman terbanyak yaitu DBD sejumlah 3.620.332 lalu berturut-turut penyakit Hepatitis sejumlah 1.444.108, dan Difteri sejumlah 1.430.306. Total kasus penyakit selama tahun 2002 sebanyak 40.227 jiwa keadaannya

5 menurun selama tahun 2003 sebanyak 6.489 jiwa, namun jumlah kematian karena kasus penyakit tahun 2002 hanya 75 (CFR = 0,19), keadaanya meningkat pada tahun 2003 sebanyak 96 kematian (CFR = 1,48) (Dinkes, 2005). Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Baki 1 Sukoharjo yang melayani 9 desa, pada tahun 2008 jumlah penderita ISPA tercatat sebanyak 2341 kasus. Dan lagi, jamban umum yang diberikan dari pemerintah tidak dimanfaatkan oleh warga, dan warga masih sering membuang air besar di sungai dekat rumahnya dan banyak terjadi diare. Jumlah penderita Diare pada tahun 2008 sebanyak 1190 kasus. Pelaksanaan 3M sudah dilaksanakan tetapi yang terjadi jumlah kasus DBD terus meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan PHBS masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk. Jumlah penderita Demam Berdarah tahun 2007 sebanyak 38 kasus, dengan kasus terbanyak di Desa Mancasan yaitu 8 orang dibandingkan dengan desa lain yang rata-rata kasusnya ditemukan 3 orang. Sedangkan jumlah kasus DBD yang tercatat hingga Desember 2008 adalah 42 orang. Di desa Baki sendiri, jumlah kasus tahun 2008 dua kali lebih banyak dibandingkan pada tahun 2007. Selama tiga tahun ini masyarakat di desa Mancasan wilayah Puskesmas Baki I Sukoharjo sudah melaksanakan evaluasi PHBS yang

6 dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Masyarakat sudah mendapatkan pengarahan dan penyuluhan tentang PHBS dari puskemas, tetapi yang terjadi saat ini warga setempat belum dapat menerapkan program PHBS dengan benar. Dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih kurang, terlihat dari keadaan sanitasi dan ventilalasi rumah kurang, lantai rumah bukan dari tanah, dan banyak anak-anak menderita ISPA. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga. Dalam keluarga, ibu merupakan anggota masyarakat yang salah satu perannya adalah mengurus rumah tangganya sehingga terciptanya lingkungan sehat dalam rumah tangga. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat, maka dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan angka kematian akibat kurangnya kesadaran dalam pelaksaan hidup bersih dan sehat serta dapat meningkatkan kesadaran dan kemauan bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahauan keluarga dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Mancasan wilayah Puskesmas Baki 1 Sukoharjo?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Mancasan wilayah Puskesmas Baki 1 Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. b. Mengetahui indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Mancasan wilayah Puskesmas Baki 1 Sukoharjo. c. Mengetahui hubungan yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan keluarga dengan penerapan PHBS di Desa Mancasan wilayah Puskesmas Baki I Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan mengenai pencegahan penyakit dan sebagai bahan informasi dalam mengoptimalkan program-program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2. Bagi Masyarakat Setempat Memberikan informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sehingga masyarakat dapat mengetahui dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari.

8 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup jelas bagi peneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Mancasan wilayah Puskesmas Baki 1 Sukoharjo dan pengalaman khususnya dalam mengadakan penelitian ilmiah. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian seperti yang dilakukan penulis saat ini, namun ada penelitian yang serupa antara lain yang dilakukan oleh: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wantiyah (2004), Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokeran Universitas Gajah Mada dengan judul Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Rumah Tangga di RW 04 Kelurahan Terban Wilayah Kerja Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarta. Penelitian tersebut merupakan penelitian survey yang dilakukan di RW 04 Kelurahan Terban yang merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Gondokusuman II yang dilaksanakan pada bulan Febuari-Maret 2004. Subjek penelitiannya adalah keluarga yang tinggal di RW 04 Keluarga Terban. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan dengan wawancara tidak tersruktur. Hasil penelitian didapatkan rata-rata pelaksanaan perilaku hidup bersih dan

9 sehat pada tatanan rumah tangga di RW 04 berada pada tingkat baik. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis saat ini adalah penulis menitik beratkan pada hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, variabel dan tempat penelitian berbeda dengan yang dilakukan penelitian saat ini. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ari Purwanti (2008), Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada dengan judul Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Rumah Tangga terhadap angka kejadian Diare di Masyarakat Dusun Watu Desa Panjang Rejo Kecamatan Pundang Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Cross Sectional Survey. Subjek penelitiannya adalah keluarga yang tinggal di dusun Watu. Tehnik sampling yang digunakan adalah Cluster Proportional Random Sampling dan Accidental Sampling yaitu sebanyak 97 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Rumah Tangga terhadap kejadian diare pada masyarakat di dusun Watu. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah penulis menitik beratkan pada hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, variabel dan tempat penelitian berbeda dengan yang dilakukan penelitian saat ini.