z BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 10 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2002 tentang Tata Bangunan, perlu pengaturan Garis Sempadan Bangunan dengan Peraturan Bupati Agam. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 No. 25); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Pemukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4441); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 ); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838 ); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 3). 15. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2002 tentang Tata Bangunan (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 12). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI AGAM TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Agam. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Agam. 3. Bupati Adalah Bupati Agam. 4. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan atau melayang dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya di atas atau di bawah permukaan tanah dan atau perairan yang berupa bangunan gedung dan atau bukan gedung. 5. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 6. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 7. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. 8. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 9. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
10. Daerah Manfaat Jalan selanjutnya disingkat Damaja adalah meliputi daerah badan jalan saluran tepi jalan dan ambang pengamanannya. 11. Daerah Milik Jalan selanjutnya disingkat Damija adalah meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar daerah manfaat jalan. 12. Daerah Pengawasan Jalan selanjutnya disingkat Dawasja adalah merupakan sejalur tanah tertentu diluar daerah milik jalan yang ada di bawah pengawasan pembina jalan. 13. Garis Sempadan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, as sungai, atau as pagar yang merupakan batas antara bagian kapling atau pekarangan yang tidak boleh dibangun. 14. Jaringan Jalan Negara adalah jaringan jalan yang menghubungkan kota dengan jenjang kota kedua atau kota jenjang kedua Jalan menurut statusnya terdiri dari: 1. Jalan Nasional; 2. Jalan Propinsi; 3. Jalan Kabupaten. Jalan terdiri dari beberapa bagian: 1. Daerah Manfaat Jalan; 2. Daerah Milik Jalan; 3. Daerah Pengawasan Jalan. BAB II JALAN Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 (1) Ukuran bagian-bagian jalan sesuai dengan statusnya adalah: NO. STATUS JALAN DAMAJA DAMIJA DAWASJA 1. Jalan Nasional 18,00 m 40,00 m 54,00 m 2. Jalan Propinsi 13,00 m 25,00 m 50,00 m 3. Jalan Kabupaten 11,00 m 15,00 m 21,00 m (2) Bagian dan ukuran jalan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran I Peraturan ini. BAB III GARIS SEMPADAN BANGUNAN Pasal 5 Bangunan yang berbatasan dengan jalan, garis Sempadan Bangunan tidak boleh dilampaui.
Pasal 6 (1) Garis sempadan Bangunan merupakan jarak antara as jalan dengan sempadan bangunan yang besarnya sama dengan setengah Damija ditambah dengan Dawasja yang diukur dengan meter. (2) Jarak garis sempadan bangunan menurut status jalan adalah: a. Jalan Nasional, 27 m dari as jalan; b. Jalan Propinsi, 17,5 m dari as jalan; c. Jalan Kabupaten, 10,5 m dari as jalan. Pasal 7 (1) Pagar Bangunan yang berbatasan dengan jalan, garis Sempadan Bangunan tidak boleh dilampaui oleh dinding pagar bangunan. (2) Jarak sempadan Pagar Bangunan merupakan jarak antara as jalan sampai dengan garis Daerah Milik Jalan atau batas terluar Daerah Milik Jalan. (3) Jarak Sempadan Pagar bangunan menurut status jalan adalah: a. Jalan Nasional berjarak 20 m dari as jalan; b. Jalan Propinsi berjarak 12,5 m dari as jalan; c. Jalan Kabupaten berjarak 7,5 m dari as jalan. Pasal 8 Bagian dan ukuran sempadan bangunan adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran II Peraturan ini. Pasal 9 Khusus bagi jalan Protokol/Utama Kota penetapan garis sempadan ditentukan dengan ukuran ½ X Damaja + 1 Meter dibagi 2, yang diukur dari Daerah Milik Jalan (Damija). BAB IV SEMPADAN SUNGAI, PANTAI DAN DANAU / WADUK Pasal 10 Sempadan Sungai yang bertanggul jaraknya dihitung dari sebelah luar sepanjang dasar tanggul, yaitu : a. dalam kawasan Kota minimal 6 ( enam ) meter; b. luar kawasan kota minimal 3 ( tiga ) meter. Pasal 11 (1) Sempadan sungai yang tidak bertanggul dikawasan perkotaan, yaitu: a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 ( tiga ) meter, sempadan minimal 10 ( sepuluh ) meter dari tepi sungai; b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 ( tiga ) meter, sempadan minimal 20 ( dua puluh ) meter dari tepi sungai; c. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 ( dua puluh ) meter, sempadan minimal 30 ( tiga puluh ) meter dari tepi sungai; (2) Sempadan sungai untuk sungai besar yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan minimal 100 ( seratus ) meter dari tepi sungai.
(3) Sempadan sungai untuk sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan minimal 50 ( lima puluh ) meter dari tepi sungai. Pasal 12 Jarak Sempadan pantai meliputi dataran sepanjang tepian pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Pasal 13 Jarak Sempadan danau/waduk meliputi dataran sepanjang tepian danau/waduk minimal 50 ( lima puluh ) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan ini mulai perlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Agam. Ditetapkan di Lubuk Basung pada tanggal 22 Oktober 2005 BUPATI AGAM, Dto. Ditetapkan di Lubuk Basung pada tanggal 22 Oktober 2005 ARISTO MUNANDAR SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN AGAM, Dto. Drs. MUCHSIS MALIK NIP. 010081886. BERITA DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 2005 NOMOR 16