BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah:

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa defenisi ketahanan pangan, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS WONGKADITI KOTA GORONTALO. Heni PanaI. Polteknik Kesehatan Provinsi Gorontalo

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

BAB II TINJAUAN TEORITIS. fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang akhir-akhir ini muncul di dunia. Di seluruh dunia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya. Hurlock (1998) menyatakan dari beberapa studi perkembangan motorik yang diamatinya, ada lima prinsip perkembangan motorik kasar. Adapun lima prinsip perkembangan motorik kasar yaitu : 1) Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang baik. 2) Perkembangan yang berlangsung terus menerus. Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan. Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik, pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki. Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama sampai gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan. 3) Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan. Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika anak mulai berjalan konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya, anak yang duduknya lebih awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang duduknya terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup teliti untuk memperkirakan pada 8

9 umur berapa anak akan mulai berjalan yakni dengan mengalikan umur anak mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2. 4) Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari. Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari. 5) Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya. Wong (2003) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-5 tahun dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Perkembangan motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Sukarmin (2009) menyatakan bahwa keterampilan motorik kasar anak usia 3 tahun terdiri atas kemampuan : 1) berdiri pada satu kaki selama 5-10 detik, 2) berjalan mundur lebih dari tiga langkah, berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1 m, 3) berjalan dengan berjinjit, 4) menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan, 5) berlari dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berhenti secara mendadak, berlari tanpa jatuh, 6) mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat, 7) mendorong, 8) menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga, melompat dari langkah dasar atau tempat pijakan, 9) Melompat panjang, 10) Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki, 11) Melompat ke depan 2-5 kali dengan satu kaki, 12) membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk lututnya saat mendarat, 13) melompati halangan setinggi 7,5-10 cm, 14Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki, dan 14) menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada. Keterampilan motorik kasar anak usia usia 4 tahun adalah meliputi kemampuan : 1) berdiri di atas satu kaki selama 10 detik, 2) berjalan maju dan mundur dengan berjinjit sejauh 6 kaki, berjalan maju sejauh 2,5 m di atas

10 balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1,5 m, 3) menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan, 4) mulai mengendalikan awal, berhenti, dan berbelok saat berlari, 5) lomba lari, bersalto atau berguling ke depan, 6) melompat dan meloncat dengan satu kaki, 7) melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki, 8) melompat ke belakang sekali, 9) melompat ke depan 5 kali dengan lebih seimbang tapi dengan banyak gerakan lengan, melompat dari ketinggian sekitar 80 cm, 10) menangkap bola dengan dua tangan yang dilemparkan dari jarak 3 kaki, 11) melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang berjarak 4-6 kaki (1-2 m) darinya, 12) melempar bola bergantian tangan, dan 13) menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan. Keterampilan motorik kasar anak usia usia 5 tahun adalah meliputi kemampuan : 1) berdiri di atas satu kaki selama 10 detik, 2) Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki, 3) berjalan maju sejauh 2,5-3 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 2 m, 4) menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan, 5) dapat berbelok saat berlari, 6) dapat berlari dan berhenti sesuai keinginan, 7) berlari sambil meloncat sejauh 60 84 cm, 8) berlari melompati halangan sejauh 23 cm, 9) lomba lari, 10) bermain skate atau papan seluncur dengan keseimbangan yang baik, 11) melompat dan meloncat pada kaki bergantian, 12) melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki, 13) melompat ke depan 7-9 kali dengan dua kaki secara seimbang, 14) melompat ke belakang dua kali berturut-turut, 15) melompat dari ketinggian 12 inci, 16) melompat sejauh 20 25 cm, 17) meloncat ke atas, 18) melempar dan menangkap bola dengan baik, 18) melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan, 19) mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola. Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar pada anak antara lain adalah (Soetjiningsih, 2002):

11 1) Gizi ibu pada waktu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadi kehamilan maupun pada waktu sedang hamil lebih sering menghasilkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan perkembangan otak janin yang mempengaruhi kecerdasan dan emosi. 2) Status Gizi Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, status gizi yang kurang akan mempengaruhi kekuaan dan kemampuan motorik kasar anak. 3) Stimulasi Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang terutama dalam perkembangan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan naik turun tangga. 4) Pengetahuan ibu Faktor pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam tumbuh kembag anaknya, dengan terbatasnya kemampuan ibu dalam pengetahuan sehingga memungkinkan terhambatnya perkembangan anak. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap perkembangan motorik kasar anak pada periode tertentu. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak adalah gizi ibu pada waktu hamil, status gizi anak, stimulasi dan pengetahuan ibu. Cara mengukur perkembangan motorik kasar pada anak usia 3 5 tahun adalah dengan menggunakan instrumen Denver II. B. Status gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dari bentuk

12 variabel tertentu (Supariasa dkk, 2002). Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Zat-zat gizi merupakan senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan tubuh kita. Terdapat sejumlah besar zat gizi yang sebagian diantaranya, bersifat esensial yang artinya tidak dapat disintesis (dibentuk) sendiri oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan kita. Zat-zat esensial tersebut meliputi vitamin, mineral, asam amino, asam lemak dan sejumlah karbohidrat sebagai energi. (Supariasa dkk, 2002). 2. Klasifikasi status gizi Klasifikasi status gizi sesuai buku rujukan Standar Deviasi (SD). Menurut WHO (Supariasa, 2002:73) yaitu: a). BB/U ( Berat bada menurut Umur berdasarkan Z-Score ) 1. Gizi buruk : <- 3 SD 2. Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD 3. Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD 4. Gizi lebih ; > +3 SD b). TB/U ( Tinggi badan menurut Umur berdasarkan Z-Score) 1. Normal : > -2 SD 2. Rendah : <-2 SD c). Paremeter BB/TB berdasarkan Z-Score diklasifikasikan menjadi : 1. Gizi Buruk (Sangat Kurus) ; <-3 SD 2. Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD 3. Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD 4. Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD Klasifikasi lain menunjukkan tingkat status gizi berdasarkan indeks antropometri yang dijelaskan dalam tabel 2.1.

13 Status Gizi Gizi baik Gizi Kurang Gizi Buruk Sumber : Supariasa (2002 ) Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Indeks BB/U TB/U BB/TB > 80% > 85% > 90% 61% - 80% 71% - 85% 81% - 90% < 60% < 70% < 80% 3. Penilaian status gizi a. Penilaian secara langsung 1) Penilaian secara Antropometri Antropometri berhubungan dengan pengukuran dimensi dan komposisitubuh pada berbagi tingkat umur. Digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik serta proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut umur (BB/U), tinggi Badan menurut umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). a) Berat Badan menurut umu (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya terserang infeksi penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dokonsumsi. Berat badan adalah paramemeter antopometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebalikya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik

14 berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. Standar antopometri untuk berat badan menurut umut (BB/U) dijelaskan sebagai berikut. Tabel 2.1 Antropometri berat badan menurut umur Umur (Bulan) Standar 90% Standar 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 14,5 14,7 14,85 15,0 15,2 15,35 15,5 15,7 18,85 16,0 16,2 16,35 16,5 16,65 16,8 16,95 17,1 17,25 17,4 17,6 17,7 17,9 18,05 18,25 18,4 Sumber : Suhardjo (1992) 13,1 13,2 13,4 13,5 13,6 13,75 13,9 14,0 14,2 14,4 14,6 14,7 14,8 15,0 15,2 15,3 15,45 15,6 15,7 15,85 16,0 15,15 16,3 16,4 16,5 Berat (Kg) 80% Standar 11,6 11,8 11,9 12,05 12,2 12,3 12,4 12,6 12,7 12,9 12,95 13,1 13,2 13,35 13,5 13,65 13,8 13,9 14,0 14,2 14,3 14,4 14,5 14,6 14,7 70% Standar 10,2 10,3 10,4 10,5 10,6 10,7 10,8 10,9 11,05 11,2 11,3 11,4 11,5 11,6 11,75 11,9 12,0 12,1 12,2 12,3 12,4 12,6 12,7 12,8 12,9 60% Standar 8,7 8,8 8,9 9,0 9,1 9,2 9,3 9,4 9,5 9,6 9,7 9,8 9,9 10,1 10,1 10,2 10,3 10,4 10,5 10,6 10,7 10,75 10,8 10,9 11,0

15 Kelebihan indeks BB/U yaitu : 1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum 2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis 3) Sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil 4) Dapat mendeteksi kegemukan Kekurangan indeks BB/U : 1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites 2) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak usia di bawah lima tahun. 3) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan. b) Tinggi badan Tinggi badan merupakan antopometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Standar antopometri untuk Tinggi Badan menurut umur dijelaskan sebagai beriku.

16 Tabel 2.2 Antropometri tinggi badan menurut umur Umur (Bulan) 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Standar 96.0 96.6 97.3 97.9 98.4 99.1 99.7 100.3 101.0 101.6 102.1 102.7 103.3 103.8 104.5 105.2 105.7 106.2 106.8 107.3 107.9 108.2 108.5 108.7 109.0 Sumber : Suhardjo (1992) Panjang (cm) 90% 80% 70% Standar Standar Standar 86.4 76.8 67.2 87.0 77.3 67.6 87.5 78.0 68.1 88.0 78.4 68.6 88.5 78.9 69.0 89.1 79.3 69.4 89.7 79.7 69.8 90.3 80.2 70.3 90.9 80.7 70.7 91.5 81.3 71.1 92.0 81.7 71.5 92.6 81.7 71.5 93.0 82.6 72.3 93.6 83.2 72.7 94.0 83.6 73.1 94.5 84.0 73.4 95.1 84.4 73.8 95.6 84.9 74.3 96.1 85.4 74.7 96.5 85.7 75.0 96.8 86.0 75.3 97.2 86.3 75.7 97.5 86.7 75.9 97.7 86.9 76.1 98.0 87.1 76.2 60% Standar 57.6 58.0 58.3 58.7 59.2 59.5 59.8 60.5 60.2 60.9 61.2 61.2 62.0 62.3 62.7 63.1 63.5 63.8 64.1 64.4 64.7 64.9 65.1 65.2 65.3 Kelebihan TB/U yaitu : 1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau 2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa Kekurangan TB/U yaitu : 1) Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun 2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak.

17 c) Tinggi Badan menurut Berat Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan berat badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indeks yang independent terhadap umur. Status gizi berdasarkan indeks antropometri nilai tengah dari suatu populasi untuk pengukuran BB/TB adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Status gizi berdasarkan indeks antropometri (BB/TB) Status Gizi Gizi Baik Gizi Sedang Gizi Kurang Gizi Buruk Sumber : Supariasa (2002) Indeks BB/TB > 90% 81% - 90% 71% - 80% < 70% Kelebihan BB/TB yaitu : 1) Tidak memerlukan data umur 2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus) Kekurangan BB/TB yaitu : 1) Membutuhkan dua macam alat ukur 2) Pengukuran relatif lebih lama 3) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya 4) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non profesional. 2) Penilaian secara Klinis Metode penilitian klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut, dan mukosa. Penggunaan metode klinis dirancang untuk mendeteksi secara

18 cepat tanda-tanda kekurangan zat gizi, dengan melakukan antara lain pemeriksaan riwayat penyakit. 3) Penilaian secara Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan secara laboratorium untuk berbagai macam jaringan tubuh,misalnya; darah, urine, feses, hati, otot. Banyak gejala klinis yang tidak spesifik sehingga diperlukan pemeriksaankimia saat yang diharapkan dapat menentukan kekurangan gizi yang lebih tepat. 4) Penilaian secara Biofisik Penilaian status gizi dengan biofisik adalah penggunaan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan perubahan struktur jaringan. b. Penilaian secara tidak langsung 1) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. 2) Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 3) Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain (Supariasa dkk, 2002).

19 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi a. Faktor internal ( secara langsung ) 1) Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalama yang dimliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita. 2) Kondisi fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat. 3) Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. b. Faktor eksternal (secara tidak langsung) Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain: 1) Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonoki keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut. 2) Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudakan dengan status gizi yang baik. 3) Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

20 4) Budaya Budaya adalah salah satu ciri khas,akan mempemgaruhi tingkah laku dan kebisaan. C. Kerangka teori Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik : Gizi ibu saat hamil Status gizi Stimulus Pengetahuan ibu Motorik kasar Faktor yang mempengaruhi status gizi : Faktor Internal : 1. Usia 2. Kondisi fisik 3. Infeksi Faktor Eksternal : 1. Pendapatan 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Budaya D. Kerangka Konsep Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Soetjiningsih (2002) Status Gizi Perkembangan Motorik Kasar Gambar 2.2 Kerangka Konsep

21 E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah status gizi. 2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik kasar. F. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan yang bermakna antara antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 3 5 tahun di Posyandu Mukti Asih Genuksari Semarang.