MENYOAL KELEMAHAN DPD. Oleh: Muchamad Ali Safa at 1. DPD kembali mengalami gesekan dengan saudara tuanya, yaitu DPR.

dokumen-dokumen yang mirip
Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPD, Hak dan Kewajiban Anggotanya Serta Kelemahan dari DPD Dalam UUD 1945

Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Sebagai Salah Satu Lembaga Legislatif Dalam Membuat Suatu Peraturan Perundang-Undangan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam BAB VIIA Pasal 22C dan Pasal 22D UUD NRI Berdasarkan

DPD SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN DAERAH DAN PROSES PENYERAPAN ASPIRASI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

BAB V. Kesimpulan. lahir dalam amandemen ketiga. Secara de facto DPD RI baru ada pada tanggal 1

BAB III PENUTUP. dimaksudkan sebagai jalan untuk mewujudkan gagasan meniadakan. kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.

Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran kamar kedua dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN KAJIAN NORMATIF

LEMBAR PERSETUJUAN REVITALISASI PERANAN DPD DALAM SISTEM PARLEMEN DI. INDONESIA (Kajian Yuridis UUD NRI Tahun 1945 Pasal 22C Dan 22D

Prinsip Checks And Balances Dalam Struktur Lembaga Perwakilan Rakyat Di Indonesia (Studi Terhadap Usulan Perubahan Kelima UUD NRI Tahun 1945)

PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM SISTEM BIKAMERAL

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Adrian Fiski Oday 2

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

: Abdul Qadir Amir Hartono, SE.,SH., MH. : Abdul Qadir / Gus Anton (Panggilan di Daerah)

Kontroversi UU Tanpa Pengesahan Presiden: Tinjauan Hukum dan Politik

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

KEWENANGAN MPR UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Jurnal Independent Vol. 2 No. 1 Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Pembentukan Undang-Undang menurut Undang-Undang Dasar 1945

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

MAKALAH. Kedudukan dan Fungsi DPD dalam Kerangka Kelembagaan Legislatif Indonesia. Oleh : Dinoroy Marganda Aritonang

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

PERAN DAN FUNGSI DPD RI DALAM RANGKA MENUJU SISTEM BIKAMERAL YANG EFEKTIF MELALUI AMANDEMEN

JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA!

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

BAB I PENDAHULUAN. lain. Amandemen tersebut berpengaruh besar terhadap Sistem Ketatanegaraan

KEWENANGAN DPD DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

PERAN DPD SEBAGAI LEMBAGA NEGARA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA (UUD 1945 PASCA AMANDEMEN)

BIKAMERALISME SETENGAH HATI

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

FORMAT KELEMBAGAAN DAN POLA HUBUNGAN MPR DENGAN DPR DAN DPD PASCA AMANDEMEN UUD TAHUN 1945

PERAN DPD DALAM PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DI DAERAH. ( H.Harpani Matnuh * )

FUNGSI LEGISLASI DPD-RI BERDASARKAN PASAL 22D UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FORMAT KELEMBAGAAN DAN POLA HUBUNGAN MPR DENGAN DPR DAN DPD PASCA AMANDEMEN UUD TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DISUSUN OLEH RUDY SASMITA,

BAB III. A. Urgensi Amandemen Undang Undang Dasar tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NRI

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

HUBUNGAN DPD DAN DPR DALAM FUNGSI LEGISLASI MENURUT SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh Luse Lusmiaty ABSTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD Sunarto 1

INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM SISTEM KETATANEGARAAN RI (PASCA AMANDEMEN UUD 1945)

Dewan Perwakilan Daerah Dalam Perspektif Ketatanegaraan Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DPD DAN DPR MENUJU BIKAMERAL YANG SETARA SULARDI

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Firman Manan 62 ABSTRAK

BAB III PROFIL LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DAN HUBUNGANNYA DENGAN LEMBAGA NEGARA LAINNYA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN DI INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

Ketentuan DPR, Alokasi Anggaran dan Kendala Implementasinya

KEWENANGAN LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM REFORMASI KELEMBAGAAN PERWAKILAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa transisi Indonesia menuju demokrasi merupakan salah satu tahapan

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

Kedudukan dan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan (check and balances) antara Pemerintah dan DPR RI. Ketiga fungsi

ara urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM LEGISLASI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 92/PUU-X/2012

BAB II TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KEKUASAAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF DI INDONESIA

HUBUNGAN KEWENANGAN PRESIDEN DENGAN DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG PASCA PERUBAHAN UUD RADJIJO, SH. MH Dosen Fakultas Hukum UNISRI

PENTINGNYA KEBERADAAN DPD RI SEBAGAI LEMBAGA PENYEIMBANG DI REPUBLIK INDONESIA

KEDUDUKAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM KELEMBAGAAN LEGISLATIF MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MOH. DERMAWAN / D

PENGUJIAN UU NO. 27 TAHUN 2009 DAN UU NO

CATATAN KRITIS REVISI UNDANG-UNDANG MD3 Oleh : Aji Bagus Pramukti * Naskah diterima: 7 Maret 2018; disetujui: 9 Maret 2018

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI BIDANG LEGISLASI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Perubahan Undang-undang Dasar Tahun 1945

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

MENYOAL KELEMAHAN DPD Oleh: Muchamad Ali Safa at 1 DPD kembali mengalami gesekan dengan saudara tuanya, yaitu DPR. Setelah berselisih tentang pemilihan anggota BPK, kini DPD kembali berselisih tentang forum pidato presiden tanggal 16 Agustus dan tentang RUU Perubahan APBN. Persinggungan antara DPD dan DPR memang tidak dapat dihindari karena keduanya secara esensial merupakan lembaga perwakilan namun dengan kewenangan yang jauh berbeda. DPR cukup kuat sedangkan DPD sangat lemah. Bagi DPD hanya ada dua pilihan, selalu bersinggungan dengan DPR atau tidak pernah dianggap ada. Latar Belakang DPD Keberadaan DPD merupakan pertemuan gagasan demokratisasi dan akomodasi kepentingan daerah. Awalnya, konsep DPD yang berkembang adalah membuat sistem bikameral. DPD akan mendampingi DPR. Parlemen Indonesia, yaitu MPR, mirip dengan Kongres Amerika yang terdiri atas House of Representatives dan Senate, atau kalau di Inggris House of Commons dan House of Lords. Namun BP MPR menghasilkan rumusan yang berbeda. Kekuasaan DPD yang kemudian disahkan menjadi Perubahan Ketiga UUD 1945, jauh lebih lemah 1 Pengajar Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

dibanding dengan kosep yang diajukan beberapa ahli. Dalam buku Panduan Dalam Memasyarakatkan UUD 1945 yang diterbitkan oleh Sekjen MPR, disebutkan bahwa DPD merupakan penyalur aspirasi daerah. Sistem perwakilan yang dianut merupakan sistem khas Indonesia sebagai perwujudan kebutuhan, kepentingan, dan tantangan bangsa dan negara Indonesia. Pembatasan kewenangan DPD merupakan hasil kompromi dari beberapa pendapat, dari yang menginginkan strong bicameralism hingga yang tidak menyetujui adanya DPD. DPD bukan merupakan sistem bikameral yang dikhawatirkan akan memperkuat gaya sentrifugal yang mendorong daerah semakin jauh dari pusat. Kelemahan DPD Pasal 22D ayat (1) UUD 1945 memberi hak DPD untuk mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah. Bagaimana cara DPD mengajukan RUU kepada DPR? Apakah harus dilakukan secara kelembagaan atau dapat dilakukan oleh sejumlah anggota DPD? Apakah DPR harus menindaklanjuti RUU yang diajukan oleh DPD? Berdasarkan ketentuan Pasal 48 UU No. 22 Tahun 2003, yang berhak mengajukan RUU adalah DPD, bukan anggota DPD. Pasal 42 UU No. 12 Tahun 2003 menyatakan bahwa setelah DPD mengajukan RUU, DPR mengundang DPD untuk membahasnya sebelum DPR membahas RUU dengan pemerintah. Pada saat RUU dibahas DPR dan Pemerintah, DPD diundang untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya pada awal pembicaraan tingkat I.

Ini menunjukkan bahwa RUU yang diajukan DPD kepada DPR akhirnya menjadi kekuasaan DPR untuk menentukan apakah melanjutkannya atau tidak. Jika dilanjutkan, maka DPR-lah yang mengajukannya untuk dibahas bersama pemerintah. Pasal 22D ayat (2) UUD 1945 juga memberikan hak DPD untuk memberikan pertimbangan atas RUU APBN, dan yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. Pertimbangan diberikan dalam bentuk tertulis sebelum memasuki tahapan pembahasan antara DPR dan Pemerintah. Pertimbangan tersebut menjadi bahan masukan DPR dalam melakukan pembahasan dengan pemerintah. Pasal 22D ayat (3) memberikan kekuasaan DPD melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam ekonomi, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama. Hasil pengawasan disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan penjelasan Pasal 46 ayat ( 2) UU No. 22 Tahun 2003, pengawasan DPD tidak dapat dilakukan dengan meminta keterangan secara langsung, mengajukan pertanyaan secara langsung dengan memanggil ke sidang DPD, atau mengadakan penyelidikan. Pengawasan tersebut dilaksanakan berdasarkan laporan dari BPK, atau meminta keterangan secara tertulis, dan berdasarkan pengaduan masyarakat atau temuan di lapangan. Hasil pengawasan tidak dapat secara langsung disampaikan kepada pemerintah, tetapi harus disampaikan terlebih dahulu kepada DPR, yang akan menindaklanjutinya.

*** Dasar perlunya kamar kedua adalah; 1) untuk mencegah kesalahan legislasi yang dilakukan oleh satu kamar, (2) untuk menciptakan prinsip saling mengontrol dalam parlemen, dan (3) agar kebijakan atau keputusan yang dibuat memperoleh dukungan mayoritas (supermajority) sehingga lebih dapat diterima dan stabil. Dasar argumentasi tersebut apabila digabungkan dengan konteks Indonesia maka bertambah dengan, (4) penyederhanaan sistem perwakilan dengan menghilangkan unsur Utusan Golongan, (5) int egrasi kepentingan daerah dan (6) legislasi lebih produktif karena dapat dilakukan oleh setiap unsur. Diantara keenam dasar argumentasi perlunya bikameralisme tersebut, DPD hanya dapat menjawab dasar ke-4, yaitu menyederhanakan sistem perwakilan dengan menghilangkan Utusan Golongan dan Daerah. Sedangkan dasar yang lain tidak terjawab mengingat kekuasaan DPD yang lebih bersifat konsultatif atau pertimbangan serta selalu terkait dan bergantung pada kekuasaan DPR. Kekuasaan DPD mendekati kekuasaan Bundesrat di Austria dalam hal bahwa semua kekuasaan yang dimiliki berujung pada Kamar Pertama. Namun Bundesrat dapat mengajukan keberatan terhadap RUU yang telah disetujui oleh Nationalrat walaupun keberatan tersebut dapat ditolak melalui persyaratan persidangan khusus. Bagaimana sebaiknya DPD menghadapi kekuasaan yang lemah tersebut? Selayaknya anggota DPD menjalankan kekuasaan terutama untuk mengartikulasikan kepentingan daerah sesuai dengan dasar pemikiran pembentukan DPD. Walaupun kekuasaannya lemah, namun jika anggota DPD bekerja dengan baik, dengan

sendirinya akan memperoleh legitimasi dan dukungan masyarakat, termasuk jika menghendaki kekuasaan yang lebih besar. DPD agaknya harus lebih menunjukkan kekuatan yang bersifat argumentatif terhadap suatu permasalah sehingga dapat diterima oleh publik, bukan dengan argumen kewenangan yang serba terbatas. Di masa mendatang, DPD sebaiknya memiliki kekuasaan sebagai revising chamber yang dapat menunda sebuah RUU agar mendapat pertimbangan yang lebih mendalam, terutama untuk mengetahui pendapat masyarakat. Hal ini sekaligus sebagai instrumen checks and balances serta mengurangi kecenderungan legislative heavy yang ada pada DPR.