PENGARUH POLA PENATAAN RUANG RUMAH DERET TERHADAP PENGOPTIMALAN ANGIN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengoptimalan Sirkulasi Angin Pada Rumah Deret

PENEMPATAN POSISI JENDELA PADA RSS DAN RS TERHADAP SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI. Vippy Dharmawan, Zuraida, Rofi i

Simposium Nasional Teknologi Terapan(SNTT) PENGARUH POLA TATA RUANG RUMAH DERET TERHADAP KUANTITAS PENGGUNAAN RUANG

LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015 INFLUENCE OF PATTERN SPATIAL THE ROW HOUSE AGAINTS PATTERN CIRCULATION SPACE AND THE ARRANGEMENT OF FURNITURE

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

THE INFLUENCE OF POINT MEASURING INSTRUMENT THE FIELD OF WORK ON THE METHOD SPLI FLUX AGAINTS QUANTITY DAYLIGHT IN RS AND RSS

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Telaah Penghawaan Udara Alami Pada Ruang- Dalam Rumah Kuncen di Kampung Pulo

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

BABI PENIJAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. 5tudi Kenyamanan Thermal Bangunan Di Perumahan Griya Taman Asri Yogyakarta BABIPENDAHULUAN

KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

PERBAIKAN VENTILASI ALAMI PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK BENTUK DARI EKO-ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang akan dilakukan pada pemahaman judul Desain Arsitektur. Tropis dalam Kaitannya dengan Kenyamanan Thermal pada Rumah

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

APLIKASI PENGUKURAN VENTILASI ALAMI

MODEL VENTILASI ATAP PADA PENGEMBANGAN RUMAH SEDERHANA DI LINGKUNGAN BERKEPADATAN TINGGI

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

TATA RUANG DALAM RUMAH SEDERHANA T-54 PERUMAHAN KEDUNG BADAK BARU BOGOR DITINJAU DARI PENCAHAYAAN

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

ADAPTASI IKLIM PADA HUNIAN RUMAH TINGGAL YANG MENGHADAP MATAHARI

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

Sri Kurniasih Teknologi Bangunan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, Depok Abstrak

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persepsi Pemilik Rumah Sederhana Sehat (RSS) Menuju Rumah Sehat Nyaman Tipe 36

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

Pemilihan pohon pada areal lintas berupa pohon jenis palem sebagai pengarah, pohon peneduh diletakan pada area parkir pengunjung, sedangkan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

BAB V KONSEP PERENCANAAN

PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius,

Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema Bangkit

JURNAL TEODOLITA. VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN DAFTAR ISI

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Adaptasi Gedung Museum Kota Makassar Terhadap Iklim Tropis Lembab

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

Transkripsi:

PENGARUH POLA PENATAAN RUANG RUMAH DERET TERHADAP PENGOPTIMALAN ANGIN Zuraida, Umul Latiefa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya email: daizza.zura@gmail.com, ulatiefa@ymail.com Abstrak Rumah yang berdempetan/ berderet adalah rumah yang bersambung antara rumah yang satu dengan rumah lainnya. Jarak antara rumah yang satu dengan sampingnya tidak ada. Dinding rumah antara yang satu dengan lainnya berdempetan. Tidak ada lahan sisa atau kosong antara rumah yang satu dengan rumah sebelahnya. Rumah deret ini banyak ditemukan pada rumah-rumah yang dibangun oleh masyarakat di kampung dengan luasan yang minimal. Sedangkan yang dibangun oleh pemerintah atau swasta biasanya RSS atau RS dengan tipe kecil. Rumah deret yang menjadi fokus penelitian ini adalah rumah yang memiliki luasan maksimal 70 m2 yang berada di Kota Surabaya. Metode penelitian ini didasarkan pada metode penelitian kualittif deskriptif. Penelitian ini juga bersifat komparatif antara rumah kampung, RSS dan PS. Pola tatanan ruang rumah menjadi variabel utama dalam penelitian ini walaupun variabel-variabellain juga ikut dimasukkanndan ikut mempengaruhi sistem penganginan dalam rumah deret. Penelitian diharapkan menemukan penyelesaian bagi Rumah Deret (berdempetan) terutama dalam poal tatanan ruang rumah baik yang dibangun oleh masyarakat secara individu maupun yang dibangun oleh pemerintah atau swasta di Kota Surabaya dalam mengoptimalkan penganginan/ penghawaan alami di dalam rumah. Kata Kunci: rumah, deret,pola,penataan, pengoptimalan, 1. PENDAHULUAN Harga lahan yang semakin mahal merupakan masalah bagi masyarakat untuk mendapatkan lahan untuk perumahan. Sebagian masyarakat hanya dapat menjangkau lahan yang murah yang biasanya berada di pinggiran kota dengan luasan yang minim atau perumahan-perumahan bertipe kecil yang dibangun swasta atau pemerintah melalui RSS atau RS dengan cara kredit. Pengkaplingan lahan-lahan yang kecil ini menghasilkan perumahan yang berdempetan (deret). Perumahan kampung yang ada di Kota Surabaya ini padat dan berdesakan/berdempetan. Rumahrumah dengan luasan minim dan berdempetan/deret yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri (rumah kampung) atau RSS dan RS ini merupakan solusi bagi masyarakat menengah ke bawah di perkotaan agar dapat memiliki rumah sendiri walaupun harus hidup berdesakan. Dengan luasan rumah yang minim dan berdempetan di Kota Surabaya yang memiliki temperatur dan kelembaban udara yang cukup tinggi, merupakan suatu permasalahan dalam kenyamanan di dalam rumah. Permasalahan yang terjadi pada rumah-rumah di perkotaan khususnya Kota Surabaya adalah sulitnya mendapatkan penghawaan alami yang optimal. Hal ini terkait dengan tidak memungkinkan lagi ada ruang terbuka terutama didalam rumah yang memiliki luasan yang sangat kecil dan berdempetan (deret) antar rumah. Hembusan angin tidak dapat masuk ke dalam rumah secara keseluruhan. Tidak adanya pelubangan angin atau jendela yang dapat mengalirkan angin secara silang. Kondisi di dalam rumah menjadi panas, lembab, dan pengap. Kondisi inilah yang terjadi pada rumah-rumah yang dibangun masyarakat secara individu yang memiliki luasan kecil atau rumah yang dibangun pemerintah atau swasta bertipe kecil yang dibangun dengan berdempetan/berderet. 2. KAJIAN PUSTAKA Menurut Lippsmeir (1980), gerakan udara di dalam rumah dapat dihasilkan dengan memanfaatkan angin atau melalui kontras antara bidang fasade yang terkena dan tidak terkena cahaya. Kedua gaya ini bisa saling mendukung dan bertentangan, tergantung pada orientasi bangunan dan pengaturan lobang-lobang udara dan jendela. Suatu saat, derajat efektifitas tergantung pada perbedaan tekanan udara antara kedua sisi bangunan dan pada saat lain tergantung perbedaan temperatur. Karena itu untuk mendapatkan ventilasi silang, lobang-lobang harus dibuat A-13

pada sisi-sisi bangunan yang berlawanan. Arah angin sangat menentukan orientasi bangunan. Jika di daerah lembab diperlukan sirkulasi udara yang terus menerus, didaerah kering orang cenderung membiarkan sirkulasi udara hanya pada waktu dingin atau pada malam hari. Karena itu di daerah tropika basah dinding-dinding luar sebuah bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk pencahayaan. Menurut Liddament (1996), ventilasi adalah proses dimana udara bersih dari luar ruang secara sengaja dialirkan ke dalam ruang dan udara yang buruk dari dalam ruang dikeluarkan (Liddament,1996). Ventilasi ini dapat berlangsung secara alami maupun secara mekanik. Untuk ventilasi alami, diperlukan lubang-lubang ventilasi guna memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam ruang. Ventilasi dibutuhkan untuk menyediakan oksigen dalam metabolisme dan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Hal ini tergantung dipengaruhi oleh terjaganya udara segar dalam ruangan dan pergantian udara yang kotor.ventilasi diperoleh dengan memanfaatkan perbedaan bagian-bagian ruangan yang berbeda suhunya dan karena itu berbeda tekanan udaranya. Dalam pembangunan di daerah tropik lembab harus selalu mengupayakan pengaliran hawa udara yang menembus seluruh ruangan dan sebanyak mungkin unsur-unsur bangunan secara terus menerus agar kelembaban hawa tidak terlalu merusak (Mangunwijaya,1980) Menurut Pudjiastuti dkk. (1999),lubang ventilasi harus diletakkan berhadap-hadapan atau pada dua sisi yang berbeda, sehingga udara dari luar yang masuk ke dalam ruang dapat mengalir secara menerus. Proses aliran udara ini masih tergantung pada kecepatan angin dan temperatur. Ada keterbatasan pengaliran udara ke dalam ruang secara alamiah yaitu tidak dapat dikontrol secara maksimal, sehingga bila kecepatan angin tidak memadai maka udara tidak dapat mengalir dengan baik. Sebaliknya bila angin kencang, kondisi dalam ruangan akan terpengaruh. Desain atau rancangan penempatan pintu, jendela dan ventilasi yang baik dapat memungkinkan orang dalam ruang untuk mengatur udara sesuai dengan yang dikehendaki. Walaupun kualitas udara sulit dikontrol, namun ventilasi secara alamiah masih tetap dipakai sebagai andalan untuk mengalirkan udara segar dari luar ke dalam ruang. Menurut Lippsmeier (1994), ventilasi silang merupakan faktor yang sangat penting bagi kenyamanan ruangan, karena itu untuk daerah tropika basah, posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin utama lebih penting dibandingkan dengan perlidungan terhadap radiasi matahari. Orientasi terbaik adalah posisi yang memungkinkan terjadinya ventilasi silang selama mungkin bila mungkin 24 jam tanpa bantuan peralatan mekanis bebas. Jenis posisi dan ukuran lobang jendela pada sisi atas dan bawah angindari bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang. 3. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif ini bersifat penelaahan masalah yang tidak didasarkan pada pengolahan data terukur. Penentuan populasi dalam penelitian ini meliputi wilayah yang sangat luas yaitu rumah kampung dan Rumah Sederhana (RS) yang berada di Kota Surabaya sehingga penentuan sampling diambil dari sampling yang mewakili (representatif). Populasi ditentukan pada rumah kampung di wilayah kampung Tambak Wedi Baru yang termasuk Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Surabaya, sebagai pilihan yang mewakili populasi rumah kampung. Sedangkan untuk populasi Rumah Sederhana diambil wilayah perumahan sederhana Wonosari yang termasuk dalam Kelurahan Ujung Kecamatan semampir Surabaya. Adapun teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Dalam penelitian ini, akan dibandingkan hasil dari sistem penganginan pada rumah kampung, rumah sederhana dan rumah sangat sederhana. Oleh karena itu penelitian deskriptif ini sesuai digunakan dalam penelitian ini. 4. PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan lapangan diperoleh klasifikasi pola tatanan ruang rumah deret dari rumah kampung, RSS dan RS yang berbeda dan menunjukkan bahwpada rumah-rumah deret tipetipe tersebut memiliki pola tatanan ruang yang standar namun tidak memiliki keleluasaan dalam menata pola perletakan ruang yang bervariatif dan terbatas. Terbatas dalam arti tidak ada ruang- A-14

ruang tambahan selain ruang-ruang standar yang terdapat pada sebuah rumah yang terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, ruang makan/ruang keluarga, KM/WC dan dapur. Sedangkan tempat cuci dan jemuran jadi satu dengan ruang-ruang service (seperti dapur dan ruang perantara KM/WC). 4.1 Rumah Kampung 4.1.1 Pola Tatanan Ruang Rumah (denah rumah) Pola tatanan ruang rumah kampung tidak terlalu bervariatif karena luasan rumah kampung dibatasi sekitar 70 m2. Lahan yang kecil tidak memungkinkan adanya keleluasaan menata ruang dan pemenuhan jumlah ruang. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1,2 dan 3. Gb. 1. Denah rumah Gb. 2. Tampilan depan rumah Gb.3. Kondisi ruang keluarga Kampung yang menggunakan kipas Angin 4.1.2 Ruang terbuka Maksud dari ruang terbuka adalah adanya ruang kosong yang tidak terbangun (tidak beratap) baik yang berada di bagian teras rumah, di samping rumah atau di belakang rumah. Pada umumnya, rumah kampung tidak memiliki ruang terbuka di depan rumah, di samping rumah dan di belakang rumah. Namun dari hasil pengamatan, ada beberapa rumah yang memiliki ruang terbuka pada bagian-bagian tertentu dari rumah 4.2 Rumah Sederhana 4.2.1 Pola Tatanan Ruang rumah Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa rumah sederhana memiliki pola penataan ruang rumah yang lebih bervariatif walaupun tidak keseluruhan. Kondisi ini terjadi terutama pada rumah sederhana yang telah mengalami renovasi dan pengembangan lahan karena proses menambah lahan atau lahan yang berada di pinggir blok perumahan. Jumlah ruangan yang ditemukan pada rumah sederhana mayoritas terdapat 7-9 ruangan yang terdiri dari ruang tamu, 2 ruang tidur, ruang makan, ruang keluarga, dapur, KM/WC, tempat cuci dan jemur, gudang dan teras. Pola tatanan ruang rumah sederhana dapat dilihat pada Gambar 4,5 dan 6 di bawah ini. Gb.4. Denah rumah sederhana Gb.5. Tampilan depan rumah Gb.6. Kondisi dapur yang tidak berjendela A-15

4.2.2 Ruang terbuka Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ruang terbuka pada rumah sederhana hanya terdapat di bagian teras dan halaman depan. Sedangkan di bagian belakang rumah tidak adan ruang terbuka kecuali rumah yang belum mengalami perubahan atau belum mengalami renovasi pengembangan. 4.3 Rumah Sangat Sederhana Berdasarkan data yang telah diperoleh dilapangan maka untuk rumah sangat sederhana : 4.3.1 Pola Tatanan Ruang Rumah Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa rumah sangat sederhana tidak dapat melakukan pola penataan ruang rumah yang bervariatif karena luas lahan yang kecil sehingga tidak memiliki keleluasaan untuk menata ruang dan penambahan jumlah ruang. Jumlah ruangan yang ditemukan pada rumah sederhana mayoritas terdapat 4-6 ruangan yang terdiri dari ruang tamu, 2 ruang tidur, ruang makan/ruang keluarga, dapur, KM/WC, tempat cuci, dan teras. Teras ini bisanya dimanfaatkan sebagai tempat menjemur pakaian. Pola tatanan ruang rumah sangat sederhana dapat dilihat pada Gambar 7,8,9 di bawah ini. Gb.7. Denah rumah Gb.8. Tampilan depan teras Gb.9. Kondisi ruang tamu yang Sangat sederhana dan ruang tamu masih menggunakan kipas angin 4.3.2 Ruang Terbuka Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ruang terbuka pada rumah sederhana hanya terdapat di bagian teras. Teras yang ada biasanya dimanfaatkan sebagai ruang tamu dan tempat jemur pakaian sehingga ruang ini biasanya di tutup dengan dinding hingga atap sehingga membentuk ruang tertutup. Sedangkan di bagian belakang rumah tidak ada ruang terbuka. 5. KESIMPULAN Rumah deret adalah rumah yang berdempetan antara rumah yang bersebelahan samping kanan dan kiri (tetangga) dan tidak memiliki ruang kosong atau ruang terbuka diantaranya. Rumah deret ini terdapat pada rumah-rumah yang berukuran kecil (memiliki lebar bangunan atau lahan kecil. Rumah deret dapat dijumpai pada rumah kampung (masyarakat individu), Rumah sederhana (RS) dan dan rumah sangat sederhana (RSS). Keterbatasan luasan ini menimbulkan beberapa dampak antara lain tidak adanya keleluasaan dalam hal :penataan ruang rumah, perletakan jendela yang menghadap ke arah ruang terbuka (ruang tidur bagian dalam cenderung tidak adanya jendelanya), penempatan ruang terbuka (ruang yang tidak beratap) yang berfungsi sebagai lubang pengeluaran angin atau masuknya angin (sistem ventilasi silang). Oleh karena itu desain penataan ruang pada rumah deret perlu diperhatikan dan dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum membangun rumah. Hal ini berlaku bagi rumah yang dibangun oleh masyarakat secara individu maupun RSS dan RS yang dibangun oleh pemerintah. Rumah deret tidak memiliki peluang untuk mendapatkan penghawaan silang karena adanya lubang untuk memasukkan angin tidak diimbangi dengan lubang pengeluaran angin. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh penataan ruang rumah yang kurang tertata dengan detail. Hal ini karena kurangnya pertimbangan pemikiran dalam pemenuhan persyaratan penghawaan alami yang dapat memberi kenyamanan (sejuk/tidak panas/gerah ) tinggal di dalam rumah. A-16

DAFTAR PUSTAKA Bourne,, Larry S., (1981), The Geographic of Housing, V.H. Winston & Sons, London Broadbent, Geoffrey, (1973), Design in Architecture, John Willey & Sons, New York Ghony, Djuanidi, (2007), Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Bina Ilmu, Surabaya Koenigsberger, O.H., (1973), Manual of Tropical Housing and Building, Longman Group London Lippsmeier, Georg, Dr., Ing., (1980), Bangunan Tropis, diterjemahkan dari Tropenbau Building in the Tropics, oleh Syahmir Nasution, erlangga, Jakarta Mangunwijaya, (1981), Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan, Gramedia, Jakarta Narbuko, Cholid, Achmadi, Abu, (1997), Metodologi Penelitian, Bumi Aksara,Jakarta Newmark, Norma L., Thompson, Patricia J., (1977), Self, Space and Shelter: An Introduction to Housing, Canfield Press, New York Pudjiastutui,Lily, Rendra, Septa, Santosa, Happy Ratna, (1999), Kualitas Udara Dalam Ruang, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud Szokoloay, S.V., (1980), Environmental Science Handbook, The Construction Press Ltd, London Jurnal of Architecture & Environment REGOL, ISSN. 1412-937X, Vol. 5, No.1, April 2006, Department of Architecture Faculty of Civil Engineering and Planning Institute of Technology Sepuluh Nopember Surabaya Jurnal of Architecture & Environment REGOL, ISSN. 1412-937X, Vol. 5, No.2, April 2006, Department of Architecture Faculty of Civil Engineering and Planning Institute of Technology Sepuluh Nopember Surabaya Jurnal Teknik Arsitektur DIMENSI, ISSN. 0126-219X, Vo. 33, No. 2, Teknik Arsitektur Universitas Kristen Petra Surabaya A-17