Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteristik Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer) Nofrita 1 ; Dahelmi 2 ; Hafrijal Syandri 3 dan Djong Hon Tjong 2 1;2 Jurusan Biologi FMIPA Unand; 3 Universitas Bung Hatta Padang 1 Email: nofrita_wijaya@yahoo.co.id Abstract. Growth performance of Mystacoleucus padangensis from three lakes in Sumatera were studied from Januari to November 2012. This study aimed to investigate the growth performance and their correlation with selected physical and chemical water characteristics of M. padangensis from Singkarak Lake, Dibawah Lake, and Toba Lake. The results showed that M. padangensis has bvalues within the suggested range (3.00453.2247). The fishes collected from Singkarak has isometric growth, while the fishes from Dibawah and Toba have positive allometric growth performance. This study found that fish growth performance were significantly correlated with air and water temperature and hardness. Key words: Growth performance, Mystacoleucus padangensis, Singkarak Dibawah Lake, Toba Lake Lake, PENDAHULUAN Pertumbuhan dapat didefenisikan sebagai perubahan ukuran panjang, berat dan volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya ditunjukkan dari penambahan panjang dan berat yang biasanya bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan ikan di alam. Pola pertumbuhan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam penentuan selektivitas alat tangkap agar ikanikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, analisa hubungan panjangberat dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya. Tampilan pertumbuhan diperoleh berdasarkan nilai b yang merupakan slope regresi antara logaritma hubungan panjang dan berat. Mystacoleucus padangensis Blekeer di Sumatera Barat biasa di sebut dengan ikan bilih. Penyebaran ikan bilih ini terbatas di Danau Singkarak, namun dari hasil beberapa penelitian yang telah di lakukan ternyata ikan bilih juga di temukan pada beberapa tempat di Sumatera, yaitu Danau Dibawah, di Sungai Batang Anai dan Danau Toba. Populasi ikan bilih di Sungai Batang Anai ditemukan sejak dibukanya terowongan PLTA Singkarak, sedangkan di Danau Toba ikan bilih merupakan hasil introduksi yang dilakukan pada tahun 2003. Sejarah pembentukan danau, luas permukaan, kedalaman serta ketinggian tempat yang berbeda akan memberikan kondisi lingkungan yang spesifik bagi ikanikan yang hidup didalamnya. Perbedaan ekotipik tersebut akan memicu perubahanperubahan fisik individu ikan maupun pertumbuhan populasi ikan di alam. Perbedaan ekotipik akan memberi kontribusi pada pola perkembangan ikan selama ontogeninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tampilan pertumbuhan ikan bilih yang berasal dari tiga danau serta kaitannya dengan karakteristik habitat. Semirata 2013 FMIPA Unila 179
Nofrita, dkk: Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteristik Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey lapangan. Lokasi pengambilan sampel ikan meliputi Nagari Guguak Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan (Danau Singkarak), Nagari Kampung Batu Dalam, Kecamatan Danau Kembar (Danau Dibawah), dan Kecamatan Ajibata (Danau Toba) dengan menggunakan jala. Sampling dilakukan pada bulan Januari, Mei, Juli dan November 2012. Total sebanyak 1600 ekor ikan telah dikumpulkan dengan masingmasing lokasi sebanyak 400 ekor. Selanjutnya sampel ikan disimpan dalam wadah yang telah diisi dengan formalin 5% untuk kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang total dengan menggunakan kalifer digital dengan akurasi 0,01 mm dan berat masingmasing individu ikan dengan menggunakan timbangan analitik dengan akurasi 0,01 gram. Bersamaan dengan pengambilan sampel ikan juga dilakukan pengukuran terhadap karakteristik habitat, yaitu suhu udara, suhu air, kekeruhan, residu terlarut, daya hantar listrik, ph, BOD, DO, CO 2 bebas, nitrit, nitrat, amoniak, posfat, sulfat, alkalinitas, dan kesadahan. Untuk menentukan pola pertumbuhan ikan menggunakan rumus W = a.l b (W = bobot ikan dalam gram, L = panjang total ikan dalam mm, a dan b = konstanta regresi hubungan panjangbobot). Jika nilai b=3, berarti pola pertumbuhan ikan adalah isometrik, jika nilai b<3, pertumbuhan ikan bilih bersifat alometrik negatif, sedangkan jika nilai b>3, pertumbuhan ikan bersifat alometrik positif. Untuk mengetahui apakah nilai b yang diperoleh sama, lebih besar atau lebih kecil dari 3 dilakukan ujit. Analisis karakteristik habitat antar lokasi dilakukan dengan menggunakan Kruskal Wallis Test dan dilanjutkan dengan Mann Whitney U Test. Korelasi antara pola pertumbuhan dengan karakteristik habitat dianalisa dengan menggunakan Analisis Korelasi Pearson dengan bantuan program SPPS 16. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi panjang dan berat ikan bilih pada masingmasing danau dapat dilihat dalam Tabel 1. Populasi ikan bilih di Danau Singkarak mempunyai ukuran panjang berkisar 57,54112,08 mm dengan berat berkisar 1,7214,30 g. Ukuran ikan bilih pada lokasi ini paling kecil jika dibandingkan dengan populasi Danau Dibawah dan Danau Toba, sedangkan populasi ikan bilih Danau Toba mempunyai ukuran paling besar. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa populasi ikan bilih di Danau Toba yang merupakan hasil introduksi dapat beradaptasi dengan maksimal terhadap faktor lingkungan baru dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Sementara itu, kecilnya ukuran ikan bilih di habitat aslinya yaitu di Danau Singkarak diduga bukan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang cocok tapi lebih disebabkan oleh faktor eksploitasi yang tidak memberikan kesempatan kepada ikan tersebut untuk tumbuh besar. Tabel 1. Distribusi ukuran ikan bilih pada tiga danau Lokasi Danau Singkarak Danau Dibawah Danau Toba Min (mm) 57,54 76,67 62,95 Panjang Maks Ratarata (mm) ±SD 112,08 82,57±8,76 147,36 99,06±15,42 151,78 104,26±18,11 Min (g) 1,72 3,55 2,41 Berat Maks (g) 14,30 35,13 36,47 Ratarata±SD 5,69±2,06 9,79±5,03 12,38±6,73 180 Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Tabel 2. Hubungan panjangberat ikan bilih dan hasil pengujian nilai b Lokasi a b r R 2 Hasil Pengujian Pola Pertumbuhan Danau Singkarak 5,0201 3,0045 0,9678 0,9367 b = 3 Isometrik Danau Dibawah 5,2505 3,1091 0,9854 0,9711 b > 3 Alometrik positif Danau Toba 5,4616 3,2247 0,9908 0,9817 b > 3 Alometrik positif Keterangan: a: intercept b: slope r: koefisien korelasi R 2 : koefisien determinasi Hasil analisis hubungan panjangberat populasi ikan bilih disajikan dalam Tabel 2. Nilai koefisien korelasi hubungan panjang berat (r) berkisar 0,96780,9908. Nilai koefisien korelasi yang didapat termasuk tinggi, hal ini menunjukkan hubungan yang erat antara pertambahan berat dengan pertambahan panjang dan sebaliknya. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) berkisar 0,9367 0,9817, hal ini bermakna bahwa 93%98% dari total varian pertambahan berat dapat dijelaskan oleh grafik hubungan panjangberat tersebut. Hasil penelitian juga memperlihatkan adanya perbedaan nilai b ikan bilih antar lokasi penelitian (p<0,05). Hasil pengujian nilainilai b yang diperoleh terhadap nilai tiga menunjukkan bahwa tampilan pertumbuhan populasi ikan bilih Danau Singkarak menunjukkan pola pertumbuhan isometris, sedangkan populasi Danau Dibawah dan Danau Toba menunjukkan pola pertumbuhan alometrik positif (Tabel 3). Hasil ini memperlihatkan bahwa populasi ikan bilih Danau Dibawah dan Danau Toba mempunyai ukuran tubuh relatif lebih gemuk, sedangkan ukuran tubuh populasi Danau Singkarak lebih stabil yaitu pertambahan panjang selalu diikuti dengan pertambahan berat. Perbedaan tampilan pertumbuhan yang didapatkan disebabkan oleh kondisi lingkungan serta kondisi biologis masingmasing individu ikan. Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, ph, salinitas, letak geografis dan teknik sampling dan juga kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan. Identifikasi karakteristik habitat yang memperlihatkan signifikansi pada ketiga lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis multivariat Kruskall Wallis. Hasil analisis tersebut memperlihatkan adanya signifikansi antar lokasi penelitian untuk parameter suhu udara, suhu air, TDS, DHL, kesadahan dan ketinggian tempat (Tabel 3). Tabel 3. Karakteristik habitat yang signifikan berbeda berdasarkan analisis Kruskal Wallis Parameter X2 df p 6,562 2 9,894 2 8,000 2 8,000 2 9,846 2 11.000 2 Suhu udara Suhu air TDS DHL Kesadahan Ketinggian tempat Keterangan: p signifikansi 0,05; *: signifikan 0,038* 0,007* 0,018* 0,018* 0,007* 0,004* Semirata 2013 FMIPA Unila 181
Nofrita, dkk: Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteristik Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer) Tabel 4. Parameter fisika kimia yang signifikan berbeda antar lokasi berdasarkan hasil analisis MannWhitney U Test Parameter Suhu udara Suhu air TDS DO BOD DHL Kesadahan Alkalinitas Ketinggian Lokasi DS vs DD DS vs DT DD vs DT Total 5 5 7 Keterangan: () parameter signifikan berbeda, () parameter non signifikan Perbedaan yang didapatkan dari analisis Kruskal Wallis tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan MannWhitney U test untuk mengetahui parameter fisika kimia apa saja yang berbeda antar lokasi. Dari Tabel 4 tersebut diketahui bahwa lokasi Danau Singkarak, Danau Dibawah dan Danau Toba menunjukkan tiga parameter fisika kimia yang signifikan berbeda, yaitu suhu air, kesadahan dan ketinggian tempat. Lokasi yang memperlihatkan signifikansi yang tinggi adalah antara Danau Dibawah dengan Danau Toba, yaitu tujuh parameter lingkungan. Berdasarkan hasil analisa Korelasi Pearson antara tampilan pertumbuhan dengan karakteristik habitat didapatkan bahwa parameter fisika kimia yang berkorelasi dengan tampilan pertumbuhan adalah suhu udara, suhu air dan kesadahan (p 0,05). Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap suhu. Danau Dibawah terletak pada ketinggian yang paling tinggi (1462 m dpl) dengan suhu air paling rendah (23,25 C), kemudian diikuti Danau Toba (905 m dpl) dengan suhu air 25,00 C, sedangkan Danau Singkarak terletak pada ketinggian paling rendah (362 m dpl) dengan suhu air paling tinggi (29,25 C). Perbedaan suhu memainkan peranan penting dalam laju pertumbuhan individu ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah suhu tampilan pertumbuhan yang didapat berpola alometrik positif, sedangkan lokasi yang bersuhu tinggi berpola isometrik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mendapatkan korelasi negatif parameter suhu terhadap tampilan pertumbuhan. Parameter suhu sangat mempengaruhi ikan selama perkembangan ontogeninya. Nilai kesadahan juga memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada semua lokasi. Danau Singkarak mempunyai nilai kesadahan paling tinggi (67,00 mg/l), diikuti oleh Danau Toba (25,63 mg/l) dan yang paling rendah nilai kesadahannya adalah Danau Dibawah (7,73 mg/l). Parameter kesadahan berkorelasi negatif dengan tampilan pertumbuhan. Artinya bahwa Danau Singkarak yang mengandung kadar kesadahan tinggi mempunyai tampilan pertumbuhan isometrik, sedangkan Danau Dibawah dan Danau Toba dengan kesadahan relatif lebih rendah mempunyai tampilan pertumbuhan alometik positif. Hasil ini bertolak belakang dengan teori yang ada, bahwa air yang lebih sadah akan lebih baik bagi kesehatan ikan karena dapat menyediakan kalsium dan ionion lain yang ada di 182 Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 perairan. Namun secara umum nilai kesadahan yang diperoleh masih dalam kisaran yang masih sangat mendukung pertumbuhan ikan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tampilan pertumbuhan ikan bilih di Danau Singkarak, Danau Dibawah dan Danau Toba secara signifikan berbeda. Populasi ikan bilih di Danau Singkarak mempunyai tampilan pertumbuhan isometrik (b=3,0045), sedangkan untuk Danau Dibawah (b=3,1091) dan Danau Toba (b=3,2247) adalah alometrik positif. Karakteristik habitat yang berkorelasi dengan tampilan pertumbuhan ikan bilih adalah suhu udara, suhu air dan kesadahan (p 0,05). DAFTAR PUSTAKA Effendie, M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor. Merta, I. G. S. 1993. Hubungan panjangberat dan faktor kondisi ikan lemuru, Sardinella lemuru Bleeker, 1853 dari perairan Selat Bali. Jurnal Penelitian Perairan Laut. 73: 3544. Richter, T.J. 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries Management. 27: 936939. Ali, M., A. Salam., F. Iqbal and B. Ali Khan. 2002. Growth Performance of Channa punctata from Two Ecological Regimes of Punjab, Pakistan. Pakistan Journal of Biological Sciences 5 (10) : 11231125. Kotellat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Eds. (HK) Ltd. And EMDI. Indonesia. Roesma, D.I. 2010. Diversitas Spesies dan Kekerabatan Genetik IkanIkan Cyprinidae di DanauDanau dan SungaiSungai di Sekitarnya di Kawasan Sumatera Barat. Disertasi. Pascasarjana Unand (Tidak Dipublikasikan). Nofrita, Afrizal, Izmiarti dan R. Putra, 2011. Keanekaragaman Ikan di Sungai Batang Anai Bagian Hilir Pasca Operasional PLTA Singkarak. Biospectrum. 2 (2): 131136 Kartamihardja, E.S. dan K. Purnomo. 2006. Keberhasilan introduksi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) ke habitatnya yang baru di Danau Toba, Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Jatiluhur. Stiassny, M. L. J., A. Meyer. 1999. Cichlids of the Rift Lakes: the extraordinary diversity of Cichlid fishes challenges entranched ideas of how quickly new speceis can arise. Scientific American Publishers. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.H. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley & Sons. Inc. Toronto. Jennings, S., M.J. Kaiser, J.D. Reynolds. 2001. Marine fishery ecology. Blackwell Sciences. Oxford. Froese, R. 2006. Cube law, condition factor and weight length relationship: history, metaanalysis and recommendations. Journal of Applied Ichthyology. 22: 241 253 Kassam, D.D. et al., 2003. Body shape variation in relation to resource partitioning within cichlid trophic guilds coexisting along the rocky shore of Lake Malawi. Animal Biol. 53 (1): 5970 Semirata 2013 FMIPA Unila 183
184 Semirata 2013 FMIPA Unila