Kemajuan suatu bangsa salah

dokumen-dokumen yang mirip
Bulan Oktober ini adalah bulan

Memastikan Ketercapaian, Meneguhkan Cita-cita

Membeli Masa Depan dengan Harga Sekarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI. Assalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua

Kurikulum Kurikulum 2013

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Siswa-siswi SMKN 10 Bandung, belajar memainkan alat musik tradisional. Menumbuhkan cinta Tanah Air.

Mengubah Pola Pikir Guru

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi Tahun 2017

Kawal Implementasi Kurikulum 2013

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

Petunjuk Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Masyarakat Melalui Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PENDIDlKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PE~INGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN Oleh:

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA DIES NATALIS KE-49 UNTAN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR ACEH. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama. Kabupaten/Kota;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA MALANG SAMBUTAN UPACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL DAN HARI OTONOMI DAERAH KE-18 TAHUN 2014 TANGGAL, 2 MEI 2014

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN IZIN AKADEMI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M)

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2013, tgl.23 Juli 2013, di Jakarta Selasa, 23 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN PADA UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 22 AGUSTUS Senin, 22 Agustus 2016

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

KILAS BALIK DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

Peminatan Siswa dalam Kurikulum 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DUKUNGAN PENGANGGARAN UNTUK KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI RINTO SUBEKTI, S.E., M.M. ANGGOTA KOMISI X DPR-RI

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

Olimpiade Sains Nasional

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

Beri Acungan Jempol pada Pengajar SM3T. Hardiknas dan Masyarakat ASEAN

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN PRAKTIK SISWA SMK TAHUN 2016

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN

Laporan Kinerja Tahun 2017 Universitas Negeri Malang (UM)

PIDATO REKTOR PADAA WISUDA GELOMBANG I TAHUN AKADEMIK 2008/2009 Bandung, 23 April 2009

Transkripsi:

Pesan Menteri Kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh pendidikan. Maka, yakinlah bahwa pendidikan berperan penting dalam membangun daya saing bangsa, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran penting pendidikan dalam pengembangan ekonomi, terutama dalam menyediakan tenaga kerja terampil. Jika apa yang diramalkan oleh McKinsey Global Institute, bahwa pada tahun 2030 dibutuhkan sebanyak 113 juta tenaga kerja terampil, untuk menempatkan Indonesia di tujuh besar ekonomi dunia. Maka, salah satu jawabannya adalah pendidikan. Penyediaan tenaga terampil bukan perkara mudah. Perlu kerja keras dan komitmen seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Ini merupakan tantangan dunia pendidikan, yang tiap saat dipastikan tingkat kesulitannya makin kompleks. Tentu kita tidak boleh menyerah dengan kondisi itu, untuk ini pemerintah telah memformulasikan sejumlah kebijakan strategis untuk menjawab tantangan tersebut. Kebijakan pertama, meningkatkan wajib belajar dari sembilan tahun menjadi 12 tahun melalui program Pendidikan Menengah Universal (PMU). Targetnya, meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) sekolah menengah menjadi tidak kurang dari Tiga Kebijakan untuk Dunia Pendidikan 97 persen pada tahun 2020. Tanpa program PMU, maka APK yang diharapkan mencapai 97 persen baru terwujud pada 2040. Capaian yang dari sisi tahun sudah terlambat. Kenapa terlambat? Populasi usia produktif yang melimpah seperti kondisi sekarang ini hanya berlangsung hingga 2035. Artinya, kita akan kehilangan momentum. Dari situlah kita bertekad, harus dilakukan percepatan pencapaian APK. Jika momentum usia produktif ini tidak dimanfaatkan dengan baik, potensi itu bisa jadi justru menimbulkan bencana demografi. Tentu kita semua sepakat ingin menjadikan populasi usia produktif itu menjadi bonus demografi. Kebijakan kedua,meningkatkan akses kependidikan tinggi yang mengacu pada Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Undang-undang itu menyatakan, pemerintah wajib menyelenggarakan sedikitnya satu akademi komunitas di tiap kabupaten. Selain itu, setidaknya ada satu universitas dan politeknik di tiap provinsi. Pemerintah menargetkan membangun 850 akademi komunitas hingga tahun 2025. UU itu juga menyebutkan, pemerintah mempunyai kewajiban menyediakan bantuan operasional bagi perguruan tinggi negeri (BOPTN) untuk meringankan beban mahasiswa. Dengan program BOPTN, kita berharap APK pendidikan tinggi mencapai 53 persen pada 2025. Dan, sedikitnya 20 persen mahasiswa baru di PTN berasal dari keluarga tidak mampu. Dana BOPTN yang bertujuan untuk meringankan biaya pendidikan mahasiswa tersebut, pada tahun 2013 ini mencapai Rp 2,7 triliun. Dana Sikap kreatif dan inovatif yang dibentuk di tingkat pendidikan dasar dan menengah akan dibawa ketika peserta didik melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi. itu rencananya akan dialokasikan bagi 92 PTN. Alokasi penggunaan BOPTN telah diatur untuk membiayai penelitian dosen, serta membiayai atau mensubsi di biaya operasional terutama untuk SPP, uang gedung, uang praktikum, uang wisuda, serta biaya-biaya lain yang dibayar oleh mahasiswa. Dengan demikian, masyarakat dapat mengenyam pendidikan tinggi tanpa harus dibebani biaya perkuliahan tinggi. Kebijakan ketiga, pengembangan kurikulum untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK. Alhamdulillah, Kurikulum 2013 telah berhasil diimplementasikan pada tahun ajaran baru 2013-2014, walau masih bertahap dan terbatas. Kurikulum 2013 disusun untuk menyiapkan peserta didik menguasai keterampilan di abad 21, dimana kreativitas dan inovasi menjadi aset utama bagi seseorang untuk meraih kemajuan. Sikap kreatif dan inovatif yang dibentuk di tingkat pendidikan dasar dan menengah itu niscaya akan dibawa pula ketika peserta didik melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi. Dengan demikian, tenaga terampil di Indonesia pada masanya nanti akan benar-benar mampu bersaing secara global. Maka, Indonesia akan makin jaya. Semoga. Amiin. (*) No. 05 Tahun IV September 2013 DikbuD 1

Daftar Isi No. 05 Tahun IV September 2013 Hal. 1 PESAN MENTERI Hal. 2 DAFTAR ISI Hal. 3 DARI REDAKSI Hal.4 Pendidikan untuk Semua (Foto: Istimewa) Mendongkrak APK SMA/ SMK/Sederajat melalui PMU Mendikbud saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran PMU mengatakan, program ini sebelumnya telah dirintis sejak 2011 sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan keberhasilan pelaksanaan program Wajib Belajar 9 Tahun. Mengejar Jatuh Tempo Pendidikan untuk Semua Hal. 8 Peran Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Hal. 14 Keaksaraan untuk Hidup yang Lebih Layak Hal. 18 Hal.12 Hal.26 Akses Pendidikan Tinggi yang Berkeadilan Untuk memerdekakan masyarakat dari belenggu kemiskinan, pendidikan tinggi adalah cara yang paling tepat. Maka, pemerintah mengambil langkah untuk melepaskan anak-anak dari kemiskinan dengan cara membantu anak-anak yang kemampuan akademis yang bagus tetapi mereka tidak mempunyai biaya untuk menjalani pendidikan tinggi. Letakkan Roh Pelestarian Nilai Budaya pada Tempatnya Meraih Kemandirian Kebudayaan Hal. 23 Rumah Gadang Butuh Perlindungan Hal. 31 FOTO: WJ PIH 2 DikbuD No. 05 Tahun IV September 2013

Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim, Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti Penasihat: Sekretaris Jenderal, Ainun Na im Pengarah: Sukemi Penanggung Jawab: Ibnu Hamad Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih Dewan Redaksi: Setiono, Eka Nugrahini, Hawignyo Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati Staf Redaksi: Arifah, Ratih Anbarini, Agung SW, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Gloria Gracia, Nur Widianto Desain & Artistik: Susilo Widji P., Yus Pajarudin Fotografer: Arif Budiman, Ridwan Maulana Sekretaris Redaksi: Dina Ayu Mirta, Tri Susilawati, Mohtarom Redaktur Eksekutif: Priyoko Alamat Redaksi: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung C Lantai 4, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Telp. (021) 5711144 Pes. 2413, (021) 5701088 Laman: www.kemdikbud.go.id Dari Redaksi Mempersiapkan Siswa Hadapi Tantangan Global Lembaga riset internasional, McKinsey Global Institute, memperkirakan bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia pada tahun 2030 mendatang. Perkiraan ini berdasarkan pada tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai paling stabil di dunia. Taruhlah prediksi McKinsey itu terbukti benar. Lalu, apa yang mesti kita persiapkan untuk mengisi kemakmuran tersebut? Tentu saja membangun sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, berakhlak mulia, dan cinta Tanah Air. Untuk membentuk SDM dengan kriteria yang demikian ini, pendidikan memegang peran pertama dan utama. Pendidikan dimaksud di sini termasuk yang berhubungan dengan kualitas dan pemerataannya, sehingga anak di seluruh pelosok negeri memiliki kesempatan untuk berandil dalam membangun Indonesia di era kemakmuran tersebut. Untuk membentuk SDM yang berkualitas di seluruh Indonesia tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan berbagai upaya, di antaranya mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan Pendidikan Menengah Universal (PMU). Tentu saja termasuk di dalamnya adalah program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Bidikmisi, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), dan sejumlah program lainnya. Dalam acara peluncuran PMU pada Juli lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, menyatakan bahwa program PMU dirintis sejak 2011 sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan keberhasilan pelaksanaan program Wajib Belajar 9 Tahun. Selain itu program tersebut juga untuk menyiapkan generasi emas Indonesia 2045, yang dalam kurun waktu 2010-2035 dikaruniai dengan populasi usia produktif yang melimpah. Apa dan bagaimana PMU itu? Simak saja terus artikel-artikel di majalah Dikbud edisi ini. Selain itu, kami menyajikan tulisan lain yang juga sayang jika dilewatkan begitu saja. Tulisan Kepala Pusat Informasi dan Humas, Ibnu Hamad, contohnya, menyebutkan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah banyak melakukan terobosan dalam melakukan pembenahan masalah pendidikan, sekaligus mempersiapkan generasi muda menyambut arus globalisasi pada masa mendatang. Dengan berbagai upaya itu, kita berharap dunia pendidikan kita akan kian terbebas dari beragam masalah yang membelenggunya. Itu sangat penting demi masa depan Indonesia. Lebih penting lagi kita seyogyanya menjadi orang yang memerdekakan pendidikan: setiap ada masalah yang menggelayuti sistem pendidikan kita, sedapat mungkin kita berupaya mencari pemecahan masalahnya. Majalah DIKBUD Edisi No. 05 Tahun IV - September 2013 Desain Sampul: Susilo Widji P. Foto: WJ - Peserta OSN 2013 & Siswi SMKN 10 Bandung Pembaca yang budiman, tak lupa kami pun menyertakan berita mengenai kebudayaan. Kali ini kami menampilkan seputar perjuangan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang, Provinsi Sumatera Barat, dalam melakukan upaya pelestarian kebudayaan. Inventarisasi rumah gadang adalah salah satu contoh upaya yang telah dilakukannya. Selamat membaca. Salam. (*) Redaksi No. 05 Tahun IV September 2013 DikbuD 3

Pendidikan Menengah Universal Mendongkrak APK SMA/SMK/Sederajat melalui PMU Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) telah diluncurkan. Melalui program ini, diharapkan angka putus sekolah di kalangan lulusan sekolah menengah pertama (SMP) dapat berkurang dan Angka Partisipasi Kasar (APK) sekolah menengah atas (SMA) meningkat signifikan. Agar PMU sukses dan memiliki efek positif, dibutuhkan komitmen dan kerja keras dari pemangku kepentingan pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meluncurkan dua program baru yang pelaksanaannya diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia mulai tahun ajaran baru 2013/2014 ini. Kedua program tersebut adalah Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang telah diluncurkan secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh di Jakarta, akhir Juni lalu. Satu lagi, Kurikulum 2013 yang tahun ini pelaksanaannya dilakukan secara terbatas dan bertahap. Mendikbud saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran PMU mengatakan, program ini sebelumnya telah dirintis sejak 2011 sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan keberhasilan pelaksanaan program Wajib Belajar 9 Tahun. Selain itu program ini juga untuk menyiapkan generasi emas Indonesia 2045, yang dalam kurun waktu 2010-2035 dikaruniai dengan populasi usia produktif yang melimpah. Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Hamid Muhammad, menjelaskan, rintisan PMU pada 2011 lalu dilakukan dengan mulai memberikan bantuan operasional sekolah (BOS) untuk sekolah menengah yang nilainya Rp 120.000 per siswa per tahun. Jumlah tersebut diakui masih sangat minim untuk 4 DikbuD No. 05 Tahun IV September 2013

membantu membiayai kebutuhan operasional sekolah. Untuk itu mulai tahun ini, BOS diberikan Rp 1 juta per siswa per tahun. Harapannya, orangtua dapat lebih ringan dalam membayar biaya pendidikan di sekolah menengah, ujarnya. Peluncuran PMU secara resmi oleh Mendikbud menandai dimulainya pelaksanaan program tersebut di seluruh provinsi dan kabupaten/ kota di seluruh Indonesia. Program PMU merupakan salah satu strategi menghadapi penambahan jumlah penduduk usia produktif di Indonesia. Melalui program PMU, pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga negara untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu dengan memfasilitasi penduduk usia 16-18 tahun agar tertampung di sekolah jenjang pendidikan menengah. Kebijakan PMU diyakini dapat mempercepat kenaikan Angka Partisipasi Kasar (APK) sekolah menengah yang saat ini baru mencapai 78,8 persen menjadi sekitar 97 persen pada tahun 2020. Jika tidak dilakukan upaya percepatan, capaian APK yang ditargetkan tersebut diperkirakan baru akan tercapai pada tahun 2040. Kita jangan sampai kehilangan momentum populasi usia produktif yang hanya berlangsung hingga 2035. Mereka akan menjadi bonus kalau kualitas orangnya juga bagus. Dan akan menjadi bencana kalau kualitasnya tidak bagus, papar Mendikbud. jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan lulusan SMK/MAK diharapkan siap untuk memasuki dunia kerja, berwirausaha atau melanjutkan ke jenjang vokasi lebih tinggi, imbuhnya. Dalam keterangannya, Mendikbud menambahkan, untuk mencapai target APK 97 persen hingga tahun 2020, maka setidaknya APK pendidikan menengah setiap tahun harus tercapai 2,5 hingga tiga persen. Setiap kenaikan itu ekuivalen dengan 400.000 siswa baru setiap tahunnya yang tertampung di sekolah menengah. Artinya, kapasitas sekolah-sekolah menengah di Indonesia harus dinaikkan hingga mampu menambah jumlah siswa baru tersebut setiap tahunnya. Dua Skenario Setidaknya ada dua skenario yang dilakukan Kemdikbud untuk dapat menampung tambahan siswa baru setiap tahunnya itu. Pertama, mengoptimalkan sumber daya yang ada, misalnya dengan membuka dua waktu sekolah dalam satu hari, sehingga tidak perlu menambah infrastruktur. Sementara skenario kedua adalah menambah unit sekolah baru (USB) atau menambah kapasitas melalui pembangunan ruang kelas baru (RKB). Tetapi yang tidak boleh ditinggalkan adalah guru. Guru juga harus ditambah. Oleh karena itu, kami dorong Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk memproduksi atau mempersiapkan calon-calon guru yang ada di SMA/ Lebih lanjut ia menuturkan, target pencapaian APK 97 persen pada tahun 2020 ini mengandung makna, bahwa seluruh siswa lulusa SMP dan sederajat dapat melanjutkan dan lulus pendidikan menengah. Ini sesuai dengan prinsip pendidikan untuk semua (education for all) bahwa layanan pendidikan harus dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan asal-usul, status sosial, ekonomi, dan kewilayahan. Melalui program PMU, lulusan SMA/ MA diharapkan dapat melanjutkan ke Mendikbud, Mohammad Nuh, menyerahkan bantuan kepada guru dan siswa di acara Peluncuran Pendidikan Menengah Universal (PMU) di Gedung Kemdikbud, Jakarta (25/6). Peluncuran PMU menandai dimulainya pelaksanaan program di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. FOTO: Pendhi PIH No. 05 Tahun IV September 2013 DikbuD 5

SMK/MA, tandas Mendikbud. Hamid menambahkan, konsekuensi logis dari diluncurkannya PMU ini, pemerintah mulai tahun ajaran baru ini mulai menyalurkan BOS senilai Rp 1 juta per siswa per tahun untuk seluruh siswa sekolah menengah, baik negeri maupun swasta dan diberikan langsung ke sekolah. Selain itu, pihaknya juga memberikan Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebesar Rp 1 juta per siswa bagi 1,7 juta siswa sekolah menengah dari keluarga tidak mampu dan diberikan langsung kepada mereka. FOTO: WJ PIH Hal lain yang dilakukan adalah memperbanyak pembangunan sarana dan prasarana pendidikan menengah, seperti USB, RKB, rehabilitasi ruang kelas, penyediaan peralatan pendidikan, dan lainlain. Peningkatan kualifikasi dan kompetensi, serta kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan juga menjadi hal yang tidak dilupakan untuk dilakukan seiring dengan pelaksanaan PMU secara utuh. Demikian pula dengan penyiapan sistem pembelajaran yang baik untuk memberikan bekal yang terbaik pula bagi siswa melalui pelaksanaan Kurikulum 2013. Hamid mengakui, pelaksanaan PMU membawa konsekuensi pada dukungan anggaran yang cukup besar, sehingga diperlukan komitmen dan tanggung jawab, tidak hanya dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah, pimpinan sekolah, hingga masyarakat dan orangtua. Oleh karena itu pada kesempatan peluncuran PMU tersebut, dilakukan penandatangan sejumlah nota kesepahaman antara Mendikbud dengan 7 Gubernur dan 11 Bupati/ Wali Kota. Selain itu ditandatangani pula nota kesepahaman program afirmasi Papua dan Papua Barat antara Mendikbud dengan Gubernur dari kedua provinsi tersebut. Program afirmasi Papua dan Papua Barat ini diwujudkan dengan mengirimkan 500 siswa lulusan SMP/ MTs dari kedua provinsi tersebut ke 178 sekolah yang ada di enam provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Bukan Wajar 12 Tahun yang dipilih Kemdikbud untuk penggunaan istilah PMU, hal ini karena sejumlah alasan. Istilah Wajib Belajar atau Wajar harus berlandaskan dasar hukum yang kuat. Sementara, dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional hanya menyebut tentang Wajar 9 Tahun, sedangkan untuk Wajar 12 Tahun tidak dikenal. Istilah pendidikan universal pertama kali diperkenalkan UNESCO. Untuk menyebut Wajar 9 tahun, UNESCO tidak menggunakan istilah compulsory basic education melainkan universal basic education. Selain itu, istilah Wajar juga mengandung unsur pemaksaan dan konsekuensinya ada sanksi bagi yang tidak melakukannya. Tidak demikian dengan PMU. Menurut Hamid, PMU esensinya seperti Wajar tetapi tidak ada sanksi, dan tidak mengenal istilah memaksa. Kata yang digunakan adalah mendorong agar seluruh lulusan SMP sederajat dapat menempuh pendidikan ke jenjang menengah. Mendikbud juga menuturkan, pihaknya sengaja tidak menggunakan kata wajib belajar yang seolah-olah memberi kesan bahwa pemerintah pusat saja yang harus menanggung biaya pendidikan tingkat menengah itu. Padahal, menyukseskan program ini menjadi kewajiban bersama. Dengan istilah universal, biaya pendidikan untuk program ini bisa dibagi dengan pemerintah kota, masyarakat, dan pemerintah pusat, ujarnya. 6 DikbuD No. 05 Tahun IV September 2013