PENERAPAN MEDIA GAMBAR DAN KATA BANTU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III TAHUN AJARAN 2012/2013 SDN 3 BUDUAN KECAMATAN SUBOH KABUPATEN SITUBONDO Eni Kurniawati 1 Hasan Muchtar Fauzi, S.Sos., M.Si. 2 Abstract: Learning to write poetry is considered very difficult for thirdgrade students of SD Negeri 3 Buduan District of Suboh Situbondo. The value of learning achieved by students in the writing of poetry has not met the minimum criteria in SD Negeri 3 Buduan is 60. The number of students who have not experienced a 60% mastery learning and mastery learning which has undergone only 6 children. This study aims to describe the application of media images and words to help improve students' ability to write poetry class III Elementary School 3 Buduan District of Suboh Situbondo and to determine the increase in the ability to write poetry Elementary School third-grade students 3 Buduan District of Suboh Situbondo through the application of media images and said auxiliary. This study used a design of Classroom Action Research (CAR) with a qualitative approach. This study used the draft TOD because of the ability of third grade students of SDN 3 Buduan in writing poetry and yet still not achieve mastery learning. Data were collected by observation, field notes, interviews, tests and documentation. The results obtained in this study indicate that the number of students who experienced prasiklus completeness study only 33.3%. In prasiklus stage, the teacher has not given action on learning to write poetry. But after being given the action in the first cycle, students who received 60value reached 61.1%. While the results of the ability to write poetry in the second cycle shows the number of students who achieve a minimum completeness criteria reached 77.7%. The act of learning to write poetry using media images and helpers managed to improve the ability of thirdgrade students to write poetry SDN 3 Buduan. It can be seen on the control aspect of the content suitability for using media images and words to help students be able to write poetry in accordance with drawings and words that help exists. Keywords: Media Images, Word Help, Writing Poetry 11 Alumni PGSD UNARS Situbondo 2 Dosen FKIP PGSD UNARS Situbondo 1
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu kunci bagi seseorang dalam mencapai kehidupan yang sukses. Pendidikan bukan sekadar proses membekali siswa dengan ilmu pengetahuan tetapi juga membekali siswa dengan budi pekerti yang luhur serta tutur kata yang baik. Hal inilah yang mendorong diberikannya pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis (Depdiknas, 2006:66). Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling menunjang. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sebutkan bahwa menulis merupakan keterampilan yang harus dibelajarkan dan di kuasai oleh siswa. Dengan menulis, siswa dapat menuangkan ide, pikiran, dan perasaan ke dalam bahasa tulis. Penuangan ide, pikiran, dan perasaan ini dimaksudkan agar siswa mampu dan terbiasa mengekspresikan apa yang ada di dalam pikirannya, sekaligus mengurangi beban pikiran yang menjadi gangguan psikologis bagi perkembangan. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan Bahasa Indonesia yang bersifat aktif dan harus dimiliki siswa. Salah satu keterampilan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah menulis puisi. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan srtuktur batin (Waluyo, 1991: 25). Tarigan (1994:1) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: a. Keterampilan menyimak b. Keterampilan berbicara c. Keterampilan membaca d. Keterampilan menulis Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan 2
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan catur tunggal. Khalik (dalam Sutriasih, 2005:7) mengartikan menulis sebagai proses berfikir untuk mengembangkan gagasan atau pikiran secara logis dan sistematis dalam bentuk tulisan. Pengertian puisi itu sendiri menurut Wordsworth (dalam Pradopo, 2002:6) adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Dunton (dalam Pradopo, 2002:6) berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret, dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Puisi merupakan bentuk ekspresi yang dominan dalam sastra. Dominasinya bukan hanya karena bentuk syairnya yang mudah dihafal, tetapi juga karena penuh arti dan sangat digemari oleh mereka yang berpikiran dalam (Rahmanto, 1988: 118). Saad (dalam Sayuti, 1985: 193) menyatakan bahwa sastra memberikan pengertian dalam tentang manusia dan memberikan interprestasi serta penilaian terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa puisi sebagai bagian sastra, tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan ilmu dan memasyarakatkan sastra khususnya puisi yaitu dengan memberikan pembelajaran puisi. Menurut Gagne & Briggs (dalam Arsyad, 1997: 4) bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam kurikulum 2006 ditegaskan bahwa salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki siswa kelas III semester ganjil dalam pembelajaran Bahasa Indonesia 3
adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk paragraf dan puisi. Berdasarkan observasi awal di lapangan, ditemukan bahwa pembelajaran menulis puisi dirasa sangat sulit bagi siswa kelas III SD Negeri 3 Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo. Nilai yang dicapai siswa dalam pembelajaran menulis puisi masih belum memenuhi kriteria minimal yang ada di SD Negeri 3 Buduan yaitu 60. Jumlah siswa yang belum mengalami ketuntasan belajar mencapai 12 anak, dan yang telah mengalami ketuntasan belajar hanya 6 anak. Hal ini disebabkan karena mayoritas siswa SD Negeri 3 Buduan ini berbahasa Madura, sehingga untuk berbahasa Indonesia diperlukan banyak latihan, yang ini berpengaruh pada pembelajaran menulis puisi siswa mengalami kesulitan dalam memilih kata-kata dan merangkainya. Selain itu, ketika guru menyampaikan materi puisi yakni pengertian puisi dan contoh puisi hanya dengan menggunakan metode ceramah tidak disertai dengan penggunaan media pembelajaran, yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak menarik minat siswa untuk aktif. Biasanya setelah menjelaskan, guru langsung memberi tugas untuk menulis puisi kepada siswa dengan tema bebas dan dikerjakan di dalam kelas. Setelah selesai menulis puisi, tugas langsung dikumpulkan tanpa dibahas. Dari hasil observasi tersebut diperoleh gambaran bahwa perlu diadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi. Untuk mengembangkan kemampuan menulis puisi, terdapat bermacammacam bentuk cara pengembangannya, di antaranya adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa adalah media gambar. Media gambar mudah dibuat dan tidak membutuhkan biaya besar sehingga setiap guru dapat menerapkannya di kelas. Media ini akan membantu guru dan siswa untuk bersikap kreatif, berpikir kritis, memiliki kepekaan, serta lebih 4
mempertajam daya pikir dan imajinasi siswa. Selain menggunakan media gambar peneliti mencoba menggunakan kata bantu untuk mempermudah para siswa dalam menulis puisi, terutama siswa yang belum lancar berbahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar para siswa dapat menemukan kata-kata dan merangkainya. Kata bantu merupakan kata-kata yang mendeskripsikan sebuah gambar. Dari uraian diatas perlu ditanggapi dan ditangani dengan suatu upaya pemecahan. Upaya untuk memecahkan masalah tersebut, dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul?penerapan Media Gambar Dan Kata Bantu Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas III Tahun Ajaran 2012/2013 SDN 3 Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo?. Rumusan masalah dalam penilitian ini adalah a) Bagaimanakah penerapan media gambar dan kata bantu untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas III SD Negeri 3 Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo? b) Apakah penerapan media gambar dan kata bantu dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas III SD Negeri 3 Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo? Tujuan penelitian ini adalah a) untuk mendeskripsikan penerapan media gambar dan kata bantu dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas III SD Negeri 3 Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo. b) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas III SD Negeri 3 Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo melalui penerapan media gambar dan kata bantu. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan rancangan PTK karena kemampuan siswa kelas III SDN 3 Buduan dalam menulis puisi masih kurang dan belum mencapai ketuntasan belajar. 5
Data dikumpulkan dengan cara observasi, catatan lapangan, wawancara, tes dan dokumentasi. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun menurut Arikunto (2008:16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pengukuran keberhasilan individu pembelajaran kemampuan menulis puisi dianalisis dengan rumus : P = R N 100 Keterangan: P = ketuntasan belajar individu R = nilai tercapai N = jumlah nilai penuh Pengukuran keberhasilan klasikal pembelajaran kemampuan menulis puisi dirumuskan dengan: P = n N 100 % Keterangan : P = persentase ketuntasan belajar siswa n = jumlah siswa yang tuntas belajar N = jumlah seluruh siswa Sementara untuk menghitung persentase aktivitas siswa dengan menggunakan rumus: Pa = A N 100 % Keterangan : Pa = persentase aktivitas siswa A = jumlah siswa yang aktif N = jumlah seluruh siswa Adapun kriteria aktivitas siswa seperti pada tabel 1 dibawah ini Tabel 1. Kriteria aktivitas siswa Persentase aktivitas Kriteria 86 % < Pa < 100 % Sangat Aktif 68 % < Pa < 85 % Aktif 51% < Pa < 67 % Kurang Aktif Pa < 50 % Sangat Kurang aktif (sumber, Slameto: 1999) 6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus I tingkat keberhasilan yang dicapai dapat dilihat dari hasil kemampuan siswa dalam menulis puisi. Sebelumnya pada saat prasiklus jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar hanya terdapat 6 siswa atau 33,3%, karena pada tahap ini guru belum memberikan tindakan pada pembelajaran menulis puisi. Tabel 2. Penilaian Tes Menulis Puisi Prasiklus No. Nama Siswa Kriteria Penilaian Ketuntasan Jumlah Kesesu Diksi Nilai Belum Rima Tuntas aian Isi Tuntas 1 Moh. Horsil 20 20 15 55 2 Samsul. A 20 20 10 50 3 Moh. Sofyan 20 20 15 55 4 Desi Indahsari 40 40 15 95 5 Devitasari 20 10 15 45 6 Ega Susanti 20 40 10 75 7 Fitri Mardiyah 20 20 15 55 8 Frengki 20 20 15 55 9 Hendayana 40 40 10 90 10 Holili 20 20 15 55 11 Joti 20 20 10 50 12 Lukman Hakim 20 40 15 75 13 Lukman. H 20 20 10 50 14 Reni. A 20 20 15 55 15 Reni. I 20 20 10 50 16 Rika Irawan 20 40 15 75 17 Roki 20 40 15 75 18 Samsudi P 20 20 15 55 Jumlah 6 12 Prosentase 33,3% 66,7% Setelah diberi tindakan yaitu dengan penggunaan media gambar dan kata bantu dalam pembelajaran menulis puisi siswa yang mengalami 7
ketuntasan belajar meningkat menjadi 11 siswa atau 61,1% (Tabel 3). Hasil belajar berupa menulis puisi pada siklus I sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan prasiklus, akan tetapi hal ini belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, karena siswa masih kurang paham tentang penggunaan rima dan pada saat memberikan tugas guru hanya memberikan bimbingan secara klasikal, sehingga siswa banyak yang kurang paham bagaimana cara menulis puisi dan menjadikan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Tabel 3. Penilaian Tes Menulis Puisi Siklus I No. Nama Siswa Kriteria Penilaian Ketuntasan Jumlah Kesesu Diksi Nilai Belum Rima Tuntas aian Isi Tuntas 1 Moh. Horsil 20 40 15 75 2 Samsul. A 20 20 15 55 3 Moh. Sofyan 20 20 20 60 4 Desi Indahsari 40 40 15 95 5 Devitasari 20 40 15 75 6 Ega Susanti 20 40 10 75 7 Fitri Mardiyah 20 40 10 70 8 Frengki 20 20 15 55 9 Hendayana 40 40 10 90 10 Holili 20 20 15 55 11 Joti 20 20 10 50 12 Lukman Hakim 20 40 15 75 13 Lukman. H 20 20 10 50 14 Reni. A 20 20 15 55 15 Reni. I 20 40 15 75 16 Rika Irawan 20 40 15 75 17 Roki 20 40 15 75 18 Samsudi P 20 20 15 55 Jumlah 11 7 Prosentase 61,1% 38,9% Pada siklus II tingkat keberhasilan yang dicapai dapat dilihat dari hasil kemampuan siswa dalam menulis puisi. Setelah diberi tindakan perbaikan yaitu dengan penjelasan tentang penggunaan rima lebih ditekankan dan pemberian bimbingan secara individu saat memberikan tugas menulis puisi ketuntasan belajar meningkat 8
menjadi 14 siswa atau 77,7% (Tabel 4). Tabel 4. Penilaian Tes Menulis Puisi Siklus II No. Nama Siswa Kriteria Penilaian Ketuntasan Jumlah Kesesu Diksi Nilai Belum Rima Tuntas aian Isi Tuntas 1 Moh. Horsil 20 40 15 75 2 Samsul. A 20 20 15 55 3 Moh. Sofyan 20 20 20 60 4 Desi Indahsari 40 40 15 95 5 Devitasari 20 40 15 75 6 Ega Susanti 20 40 10 75 7 Fitri Mardiyah 20 40 10 70 8 Frengki 20 20 20 60 9 Hendayana 40 40 10 90 10 Holili 20 20 15 55 11 Joti 20 20 10 50 12 Lukman Hakim 20 40 15 75 13 Lukman. H 20 20 10 50 14 Reni. A 20 20 20 60 15 Reni. I 20 40 15 75 16 Rika Irawan 20 40 15 75 17 Roki 20 40 15 75 18 Samsudi P 40 20 15 75 Jumlah 14 4 Prosentase 77,7% 22,3% 9
Pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal, karena pada saat memberikan tugas guru memberikan bimbingan secara individu, sehingga siswa lebih mudah memahami materi menulis puisi. Akan tetapi hasil ketuntasan minimal klasikal yaitu 65%. Oleh karena itu perlu dilakukan siklus II sebagai tindakan perbaikan. Secara umum, kegiatan yang dilakukan pada siklus II sama seperti pada siklus I. Hanya saja proses pembelajarannya lebih dioptimalkan evaluasi siswa pada siklus II setelah dalam hal penjelasan tentang diamati penguasaan diksi menurun, penggunaan rima dan pemberian penguasaan rima tetap, dan bimbingan secara individu saat penguasaan kesesuaian isi naik. Hal memberikan tugas menulis puisi ini disebabkan karena siswa masih sehingga dapat meningkatkan ada yang mengalami kesulitan aktivitas siswa dan hasil kemampuan menemukan dan merangkai kata-kata dalam menulis puisi. siswa dalam menulis puisi mencapai kriteria ketuntasan minimal secara Tingkat keberhasilan klasikal. Hasil kemampuan menulis tindakan dapat terlihat dari puisi pada siklus II menunjukkan perubahan kemampuan siswa dalam menulis puisi dari tiap siklusnya. jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal mencapai 14 Peningkatan kemampuan siswa siswa (77,7%), sehingga tidak perlu dalam menulis puisi ditunjukkan dari diadakan siklus selanjutnya. hasil evaluasi siswa. Pada prasiklus Berdasarkan uraian diatas jumlah siswa yang mengalami maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar hanya 6 siswa (33,3%). Pada tahap prasiklus, guru tindakan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media gambar belum memberikan tindakan pada dan kata bantu berhasil pembelajaran menulis puisi. Tetapi setelah diberi tindakan pada siklus I, meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas III SDN 3 Buduan. siswa yang memperoleh nilai Hal ini 60 dapat dilihat pada aspek mencapai 11 siswa (61,1%). Hal ini penguasaan kesesuaian isi karena masih belum mencapai kriteria dengan menggunakan media gambar 14
dan kata bantu siswa dapat menulis 8 siswa (27%). Tetapi setelah diberi puisi yang sesuai dengan gambar dan tindakan pada siklus I yaitu kata bantu yang ada. penggunaan media gambar dan kata bantu dalam pembelajaran menulis KESIMPULAN puisi, siswa yang mempe Proses peningkatan 60 mencapai 15 siswa (50%). Hal ini kemampuan menulis puisi melalui masih belum mencapai kriteria media gambar dan kata bantu pada ketuntasan minimal klasikal yaitu siswa kelas III SDN 3 Buduan 65%. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan langkah penjelasan tentang unsur-unsur pembentuk puisi dilakukan siklus II sebagai tindakan perbaikan. Pada siklus II dilakukan terutama pada penggunaan rima dan perbaikan yaitu ketika guru diksi dengan menggunakan media memberikan tugas, guru memberikan gambar dan contoh puisi serta bimbingan secara individu. Dilihat pemberian bimbingan secara dari hasil penilaian kemampuan individu saat pemberian tugas menulis puisi pada siklus II, siswa menulis puisi. yang memperoleh nilai Setelah menggunakan media mencapai 29 siswa (97%). Pada gambar dan kata bantu dalam siklus II hasil yang diperoleh sudah pembelajaran menulis puisi dapat mencapai kriteria ketuntasan meningkatkan kemampuan siswa minimal klasikal. kelas III SDN 3 Buduan dalam Adapun saran yang menulis puisi. Peningkatan diharapkan berdasarkan hasil kemampuan siswa dalam menulis penelitian tentang meningkatkan puisi dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa mulai prasiklus sampai siklus kemampuan menulis puisi siswa kelas III SDN 3 Buduan, a) Bagi II. Pada saat prasiklus masih belum Guru, diharapkan menggunakan diberi tindakan yaitu pembelajaran menulis puisi menggunakan media gambar dan kata bantu. Jumlah siswa media pembelajaran pada waktu memberikan materi menulis puisi salah satunya menggunakan media yang memperoleh nilai gambar dan kata 60 bantu. hanya b) Bagi 15
Siswa, bagi siswa hendaknya dalam proses pembelajaran lebih bersemangat dan berpartisipasi aktif agar pengetahuan bertambah banyak. Tidak perlu ragu untuk bertanya bila mengalami kesulitan dalam pembelajaran. c) Bagi Peneliti Lain, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbaikkan untuk penelitian lebih lanjut sehingga kekurangan dalam penelitian ini dapat teratasi dalam hal tekhnik-tekhnik penguasaan diksi dan rima. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kansius. Sayuti, S. A. 1985. Puisi dan Pengajarannnya. Yogyakarta: IKIP Semarang Press. Slameto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Tarigan, H. G. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, A. 1997. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Depdiknas. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas Khalik, O. 1994. Media Pengajaran. Bandung: Citra Aditya Bakti Pradopo, R. D. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 16
17