JURNAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIRIAN RUMAH SAKIT SWASTA DI INDONESIA KHUSUSNYA JAKARTA/ ESTABLISHMENT OF A PRIVATE HOSPITAL IN INDONESIA ESPECIALLY IN JAKARTA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT KELAS C DAN D

INVESTASI ASING PADA SEKTOR PARIWISATA DI BIDANG PERHOTELAN DI BALI

sebanyak 2 (dua) lembar

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT

HAK DAN KEWAJIBAN INVESTOR ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN BALAI KESEHATAN MASYARAKAT PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III TINJAUAN TEORITIS

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

STANDAR PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT UMUM DI KABUPATEN BUOL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UUD 36 thn 2009 ttg Kesehatan Pasal 4 Setiap orang berhak atas kesehatan. Pasal 5 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

ANALISIS PEMBERIAN INSENTIF KEPADA INVESTOR ASING MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi. perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

PENDAFTARAN MEREK : I

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

BAB III PENUTUP. Dokter terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan Medis Dalam Bentuk Implied

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

2016, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran

2016, No Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 3, Tambahan Lembaran

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. (Permenkes No.56 th 2014)

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

KENDALA PERIZINAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tesebut diselenggarakan program pembangunan nasional

PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM YANG DILAKUKAN SECARA PINJAM NAMA. Oleh Ni Made Rai Manik Galih Sari I Gst.A. Mas Rwa Jayantiari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

JASA PELAYANAN KESEHATAN DAN EKSISTENSI YURIDISNYA TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN. Hasyim S. Lahilote 1. Abstrak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

HARMONISASI KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP BANK INDONESIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

HUBUNGAN DESENTRALISASI PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DENGAN OTONOMI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional. memperoleh dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

Gambar 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Bulanan ke Indonesia Tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2013)

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

SURAT IZIN MENGEMUDI SEMENTARA BAGI WISATAWAN ASING YANG BERKENDARA DI BALI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BENTUK KEBIJAKAN YANG DIPEROLEH INVESTORDALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam upayanya memperbaiki nasib atau membangun segala

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

Transkripsi:

JURNAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM IJIN PENDIRIAN RUMAH SAKIT OLEH MODAL ASING BERKAITAN DENGAN PENGGUNAAN BAHASA ASING DALAM PENAMAAN RUMAH SAKIT AYU PRILIA DIANTARI NIM : 1090561018 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 1

IJIN PENDIRIAN RUMAH SAKIT OLEH MODAL ASING BERKAITAN DENGAN PENGGUNAAN BAHASA ASING DALAM PENAMAAN RUMAH SAKIT The hospital construction licensing by foreign capital associated with the use of foreign languages in naming the hospital AYU PRILIA DIANTARI Faculty of Law, Udayana University ABSTRACT The establishment of the hospital takes no small amount of capital and therefore the establishment of the hospital does not relu out the possibility of the cooperation between foreign investors with local investors, the establishment of hospital procedures by foreign investors is regulated in health minister 147/MENKES/PER/2010 about the hospital licensing. The parties will establish a hospital must comply with the regulations contained in the articles of ministerial regulation 147/MENKES/PER/2010. Regulation of the minister of healty in the attachment 147/MENKES/PER/2010 number 6 mentioned for naming the hospital may not use language/foreign terms such as : an international, world-class, global, but the reality in Bali and more hospital are using language/foreign terms in the naming of the hospital. Key words hospital, licensing, foreign terms. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pendirian suatu rumah sakit dibutuhkan modal yang tidak sedikit jumlahnya, untuk dapat mendirikan suatu rumah sakit tidak menutup kemungkinan adanya kerjasama antara para investor asing maupun lokal. Penanaman modal yang sumber modalnya berasal dari luar negeri merupakan 2 suatu upaya untuk meningkatkan nilai penanaman modal. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4724 (yang selanjutnya disebut UU No. 25 tahun 2007) Pasal 1 angka 1 menyebutkan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik

oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Para penanam modal (investor) diundang masuk ke suatu negara dengan harapan agar modal yang masuk tersebut dapat menggerakkan roda perekonomian nasional sehingga mampu mempercepat proses pembangunan nasional. Tujuan dari para penanam modal dalam menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan (profit oriented), sehingga para penanam modal tersebut membutuhkan suatu kepastian hukum dan rasa aman dalam menempatkan modalnya dalam suatu negara. Sebagai negara berkembang, Indonesia memerlukan kepastian hukum yang lebih besar ketimbang negara-negara maju guna menjamin perdagangan internasional yang terbuka dan adil. Tujuannya adalah untuk menarik penanam modal agar mau menanamkan modalnya, maka pemerintah sudah siap terhadap hal-hal yang dibutuhkan bagi para penanam modal tersebut. Dengan demikian maka tugas dari pemerintah adalah mempersiapkan perencanaan yang matang, untuk memberi jaminan kepastian hukum bagi para penanam modal dengan jalan menetapkan kebijakan pelaksanaan dan pengawasan yang efektif pada kegiatan penanaman modal, sehingga dapat diarahkan pada prioritas pembangunan nasional. Salah satu penanaman modal yang sekarang banyak dilakukan adalah penanaman modal di bidang kesehatan, salh satunya adalah pada pendirian rumah sakit. Dengan adanya investasi dalam pembangunan rumah sakit asing di Indonesia menimbulkan daya saing antara rumah sakit asing dan rumah sakit lokal, hal ini akan membawa dampak positif dan juga dampak negatif. Masyarakat dimudahkan dalam hal kesehatan baik untuk chek up/kontrol maupun untuk melakukan perawatan ketika kualitas pelayanan rumah sakit sama dengan kemampuan rumah sakit asing atau adanya rumah sakit asing di Indonesia. hanya saja selain hal positif ada hal negatif yang timbul ketika adanya tuntutan mengenai kualitas pelayanan yang baik, maka akan ada biaya yang tidak sedikit dikeluarkan guna mendapatkan kualitas pelayanan yang baik, hal ini dapat meenimbulkan perbedaan sosial yang cukup jauh antara si kaya dan si miskin. Di Bali khususnya saat ini banyak berdiri rumah sakit swasta dengan penanam modal asing, pendirian rumah sakit ini harus memperhatikan ketentuan dari Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang Perijinan Rumah Sakit. Dari latar 3

belakang yang diuraikan dapat ditarik suatu rumusan masalah. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang dibahas adalah ijin pendirian rumah sakit oleh modal asing berkaitan dengan penggunaan bahasa asing dalam penanaman rumah sakit tersebut. 1.3. Tujuan Penulisan Penelitian tentang Ijin Pendirian Rumah Sakit Dengan Kaitan Penggunaan Bahasa Asing Dalam Penamaan Rumah Sakit 1. Tujuan Umum : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisa mengenai ijin pendirian rumah sakit 2. Tujuan Khusus : Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui permasalahan dari pendirian rumah sakit yang penamaannya menggunakan bahasa asing. II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : Asikin menyatakan penelitian hukum positif disebut juga penelitian hukum doctrinal dimana acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia. Sumber datanya adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. 1 2.2 Metode Pendekatan Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah : 1. Pendekatan Perundang- Undangan (Statute Approach) 2. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) 2.3 Sumber Bahan Hukum Sumber bahan hukum yang digunakan adalah : 2.1 Jenis Penelitian : Jenis penelitian hukum normatif, yang meneliti kaedah/norma hukum yang berkaitan dengan pendirian rumah sakit. Menurut Amiruddin dan Zainal 1 Amiruddin, dkk, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm 118. 4

III. 1. Bahan Hukum Primer yang berasal dari peraturan perundangundangan 2. Bahan Hukum Sekunder yang berasal dari buku-buku dan pendapat sarjana 3. Bahan Hukum Tersier berasal dari internet. 2.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum melalui studi kepustakaan. 2.5 Teknik Analisa Bahan Hukum Bahan hukum dianalisis melalui langkahlangkah deskripsi, interpretasi, sistematisasi evaluasi, argumentasi. Hasil dan Pembahasan Ijin Pendirian Rumah Sakit Oleh Penanam Modal Asing Negara berkembang membutuhkan modal asing untuk meningkatkan keuangan daerahnya, keuangan daerah menurut penjelasan Pasal 156 ayat 1 UU No.32 Tahun 2004 menyatakan semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban 2. 2 Muhamad Djumhana, 2007, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 1. 5 Investasi sangat berperan dalam pembanguna negara. Kehadiran investor asing tidak mungkin dihindari. Pemerintah harus memperhatikan keamanan negara agar kenyamanan investasi dapat dijaga, karena keamanan suatu negara adalah sarana penting untuk menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan agar para investor datang untuk menanamkan modalnya di Indonesia, faktor keamanan adalah syarat utama dari kepercayaan investor asing mau menanamkan modalnya di Indonesia. Banyak keuntungan yang diperoleh oleh suatu negara jika ada penanam modal yang mempercayakan modalnya di investasi di negara tersebut, selain meningkatkan kepercayaan pada negara yang menerima investasi juga meningkatkan pendapatan negara itu sendiri. Dalam bidang kesehatan penanaman modal oleh pihak asing juga sudah mulai berkembang pesat, ini dapat dilihat mulai banyaknya berdiri rumah sakit yang bertaraf internasional dengan tenaga-tenaga medis yang tidak sedikit berasal dari luar negeri, berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072 (selanjutnya disebut UU No. 44 Tahun 2009) pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pemerintah mendukung adanya globalisasi di bidang kesehatan ini karena diharapkan pembangunan di bidang kesehatan semakin baik dengan adanya modal asing yang masuk ke Indonesia, pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan di masyarakat agar tercipta masyarakat yang sehat sehingga tingkat kesejahteraan penduduk dapat ditingkatkan, dengan banyaknya rumah sakit yang berdiri akan mempermudah masyarakat untuk cepat mendapatkan pelayanan kesehatan, selain itu pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan dalam bidang investasi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 (yang selanjutnya disebut UU No. 36 Tahun 2009) tentang tanggung jawab pemerintah dalam bidang kesehatan adalah : 1. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. 2. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya. 3. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 4. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggitingginya. 5. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. 6. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau. 7. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan 6

masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan. Hukum Kesehatan menurut Van Der Mijn adalah hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang meliputi penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha Negara. Leenen mengatakan hukum kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum di bidang kesehatan serta study ilmiah 3. Sedangkan yang dimaksud dengan hukum kedokteran (medical law) adalah bagian dari hukum kesehatan yang menyangkut pelayanan medis/praktik yang dilakukan dokter, menurut Satjipto Raharjo hukum kedokteran adalah peraturan dan keputusan hukum yang mengatur pengelolaan praktik kedokteran 4. Setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan wajib memiliki ijin dari pemerintah, baik itu pemerintah Propinsi maupun Kabupaten/Kota, berdasarkan Pasal 23 ayat (5) UU No. 36 Tahun 2009 menyebutkan ketentuan mengenai perijinan diatur dalam Peraturan 3 Triana Ohoiwutun, 2007, Bunga Rampai Hukum Kedotekran,Bayumedia Publising, Malang, hlm 3. 4 Amri Amir, 1997, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta, hlm5 7 Menteri. Perijinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh masyarakat 5. Ini artinya bahwa dengan dimilikinya ijin maka seseorang/badan hukum perdata dapat melakukan tindaka-tindakan tertentu tetapi tetap dalam pengawasan dari pemerintah. Mengenai pendirian rumah sakit diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang Perijinan Rumah Sakit, dalam peraturan ini mengatur mengenai tata cara mendirikan rumah sakit baik itu oleh pemodal dalam negeri maupun pemodal asing. Rumah sakit yang akan didirikan harus mendapatkan ijin mendirikan rumah sakit dan ijin operasional, seperti yang dinyatakan oleh Richard Burton bahwa setiap kegiatan usaha diperlukan adanya izin sehingga seseorang atau badan hukum dapat mempunyai serangkaian hak dan kewajiban yang membuatnya dapat menikmati dan mengambil manfaat untuk keuntungan usahanya 6. permohonan ijin ini diajukan berdasarkan klasifikasi rumah sakit yang akan didirikan. Untuk mengajukan permohonan mendirikan rumah sakit syaratsyaratnya dapat dilihat pada pasal 4 ayat (1) yaitu harus memperhatikan tentang : study 5 Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perijinan Dalam Sektor Pelayanan Publik,Sinar Grafika,Jakarta,hlm 168. 6 Richard Burton Simatupang, 2003, Aspek Hukum Dalam Bisnis,Rineka Cipta,Jakarta,hlm 146

kelayakan, master plan, status kepemilikan, 7. Besarnya modal asing maksimal rekomendasi ijin mendirikan, ijin Undang- 67% Undang Gangguan (HO), Persyaratan 8. Direktur rumah sakit harus warga pengolahan limbah. Luas tanah dan Negara Indonesia. sertifikatnya, penamaan, ijin mendirikan Pengajuan permohonan ini disampaikan bangunan (IMB), Ijin penggunaan bangunan (IPB), surat ijin tempat usaha (SITU) sedangkan kepada Departemen Kesehatan c.q Jenderal Bina Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal Pelayanan untuk ijin operasional diatur pada Pasal 6 ayat Medik inilah yang akan mengeluarkan (1) Peraturan Menteri Kesehatan yaitu harus rekomendasi yang disampaikan kepada Badan memperhatikan : sarana dan prasarana, koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau peralatan, sumber daya manusia, administrasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah dan manajemen. Untuk rumah sakit yang (BKPMD) setelah disetujui maka pemohon penanaman modalnya oleh pihak asing ijin wajib mengajukan ijin mendirikan dan rumah sakit diberikan oleh Menteri dengan operasional rumah sakit. memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada Pada lampiran Peraturan Menteri Pasal 11 ayat (2) yaitu : Kesehatan nomor 147/MENKES/PER/2010 1. Harus berbentuk badan hukum tentang Persyaratan Ijin Mendirikan Rumah Perseroan Terbatas (PT). Sakit nomor 6 disebutkan untuk penamaan 2. Mengadakan kerjasama dengan rumah sakit harus menggunakan bahasa badan hukum Indonesia yang Indonesia, tidak boleh menambah kata bergerak di bidang perumahsakitan. Internasional, kelas dunia, world class, 3. Hanya untuk menyelenggarakan global dan/atau kata lain yang dapat rumah sakit menimbulkan penafsiran yang menyesatkan 4. Pelayanan yang diberikan adalah masyarakat, pada kenyataannya yang ada pelayanan spesialistik dan/atau dilapangan, ada beberapa rumah sakit yang subspesialistik modalnya dari asing maupun yang tidak 5. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah untuk PMA yang berasal dari Negara ASEAN dan 300 buah untuk menggunakan kata internasional dan berbahasa Inggris dalam penamaan rumah sakitnya, tentu saja ini bertentangan dengan Peraturan Menteri PMA yang berasal dari Negaranegara Kesehatan tentang ijin mendirikan rumah sakit non ASEAN. tetapi sampai sekarang belum ada tindakan 6. Lokasi diseluruh wilayah Indonesia pemerintah dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran tersebut. 8

Permasalahan ini harus segera diselesaikan oleh Pemerintah agar kedepannya kerjasama yang dilakukan pihak asing di Indonesia tidak menimbulkan kerugian bagi bangsa Indonesia sendiri, untuk mengatasi permasalahan yang nantinya dapat timbul dari kerjasama dengan pihak asing pemerintah hendaknya lebih memperketat persyaratan pendirian Rumas Sakit yang penanaman modal dari pihak asing serta memperketat persyaratan tenaga asing yang akan bekerja di Indonesia seperti, misalnya : 1. Mewajibkan tenaga keperawatan asing yang akan bekerja di Indonesia mengikuti ujian profesi, yakni dalam rangka menilai kemampuan profesional yang dimiliki. Tenaga kesehatan yang tidak memiliki kemampuan profesional yang sesuai dengan standar Indonesia seyogianya tidak diizinkan untuk bekerja. 2. Mewajibkan tenaga medis asing di Indonesia untuk mengikuti ujian sosio-antropologi kesehatan termasuk ujian Bahasa Indonesia, yakni dalam rangka menilai pemahaman sosial budaya serta kemampuannya berkomunikasi dengan pasien. Tenaga kesehatan asing yang tidak dapat berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, apalagi yang akan bekerja di sarana pelayanan primer, seyogianya tidak diizinkan untuk bekerja. 3. Mewajibkan tenaga medis asing di Indonesia untuk menjadi anggota organisasi profesi Indonesia, mengucapkan sumpah profesi, serta mematuhi kode etik profesi kesehatan Indonesia. 4. Konsekwen memberlakukan asas timbal balik yang berlaku pada perdagangan bebas. Artinya tenaga kesehatan asing yang dibenarkan bekerja di Indonesia adalah yang berasal dari negara yang juga membenarkan tenaga kesehatan Indonesia bekerja di negara tersebut. 5. Konsekuen memberlakukan berbagai aturan yang tidak bersifat diskriminatif. Artinya memberlakukan pula semua ketentuan yang berlaku untuk tenaga kesehatan Indonesia, seperti program adaptasi, masa wajib kerja sarjana, dan/atau izin praktik. 9

IV. Penutup 4.1 Simpulan Zaman globalisasi yang inti pokoknya adalah perdagangan bebas telah dapat dipastikan akan berlangsung di Indonesia. Salah satu dari globalisasi ini adalah masuknya penanaman modal asing dalam bidang jasa, yaitu jasa kesehatan. Rumah sakit yang dibangun dengan modal asing harus memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan 147/MENKES/PER/2010 tentang Perijinan Rumah Sakit, Pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang Persyaratan Ijin Mendirikan Rumah Sakit nomor 6 disebutkan untuk penamaan rumah sakit harus menggunakan bahasa Indonesia, tidak boleh menambah kata Internasional, kelas dunia, world class, global dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan masyarakat. Pada kenyataannya yang ada beberapa rumah sakit yang menggunakan kata internasional dan berbahasa Inggris dalam penamaan rumah sakitnya, hal ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kesehatan dan sampai sekarang belum ada tindakan pemerintah dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran tersebut. 3.2 Saran Agar ada tindakan tegas dari pemerintah untuk menegakkan peraturan yang tidak dilaksanakan dengan baik di lapangan oleh para pemilik rumah sakit yang bertaraf internasional atau yang pemodalnya dari pihak asing, agar dalam pemberian nama untuk rumah sakit dipakai bahasa Indonesia bukan istilah atau bahasa asing agar sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan no. 147/MENKES/PER/2010 tentang Perijinan Rumah Sakit agar tercipta ketertiban dan kepastian hukum di masyarakat. 10

DAFTAR PUSTAKA Ahmad Yani dan Gunawan, 2000, Seri Hukum Bisnis,Perseroan Terbatas,PT.Rajagrafindo Persada,Jakarta Amir, Amri, 1997, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta. Amiruddin, dkk, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Aristeus, Syprianus, 2007, Penelitian Hukum Tentang Peranan Hukum Investasi Di Indonesia Dalam Era Globalisasi, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta. Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perijinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika,Jakarta. Djumhana,Muhamad, 2007, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Fuady, Munir,SH,MH,LLM,1999,Hukum Perusahaan,Paradigma Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung. Ohoiwutun, Triana,2007, Bunga Rampai Hukum Kedotekran,Bayumedia Publising, Malang. Rachmadi Usman, 2004,Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas,PT. Alumni,Bandung. Richard Burton Simatupang, 2003, Aspek Hukum Dalam Bisnis,Rineka Cipta,Jakarta Widjaya, I.G Rai,2000,Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas,Kesaint Blanc,Jakarta INTERNET http://wi-indonesia.blogspot.com/2011/08/penanaman-modal-asing-olehfirdaus_25.html http://intl.feedfury.com/content/16916678-penanaman-modal-asing-ditinjau-dari-segihukum.html http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=3407&coid=3&caid=22&gid=4 PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4724 11

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 Peraturan Menteri Kesehatan 147/MENKES/PER/2010 tentang Perijinan Rumah Sakit 12