BAB II LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA MORATORIUM CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) A. Pengertian Moratorium CPNS Dalam suatu bidang hukum, moratorium (dari Latin, morari yang berarti penundan) otorisasi legal untuk menunda pembayaran utang atau kewajiban tertentu selama batas waktu yang ditentukan. Istilah ini juga sering digunakan untuk mengacu ke waktu penundaan pembayaran itu sendiri 28. Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil adalah bentuk kebijakan pemerintah untuk menata PNS dengan melakukan penundaan sementara penerimaan PNS di Indonesia. Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011,Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil. Bentuk moratorium atau penundaan sementara yang dilakukan adalah menunda melakukan penerimaan CPNS terhitung dari 1 September 2011 sampai 31 September 2012 sehingga pada jangka waktu tersebut setiap instansi baik pusat maupun daerah tidak dapat melakukan penambahan formasi PNS, namun dalam penundaan penambahan formasi PNS ini ada beberapa hal yang dikecualiakan, yaitu : 1. Bagi kementerian/lembaga yang membutuhkan PNS untuk melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik, tenaga dokter dan perawat pada UPT Kesehatan, jabatan yang bersifat khusus dan mendesak dan memiliki lulusan ikatan dinas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 28 https://id.wikipedia.org/wiki/moratorium diakses pada hari senin, 15 Agustus 2016
2. Pemerintahan daerah yang besaran anggaran belanja pegawai dibawah atau kurang dari 50% dari total Anggaran Pendapatan Belanja Daerah(APBD) Tahun 2011 untuk memenuhi kebutuhan pegawai yang melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik,tenaga dokter,bidan,perawat dan jabatan yang bersifat khusus dan mendesak. 3. Tenaga honorer yang telah bekerja dilembaga pemerintah pada atau sebelum tanggal 1 Januari 2005 dan telah diverifikasi dan divalidasi berdasarkan kriteria yang diatur dalam Peraturan Pemrintah Nomor 48 Thun 2005 jo Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2007 sesuai kebutuhan organisasi,redistribusi,dan kemampuan keuangan negara yang akan ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Moratorium CPNS ini tetap dapat dilakukan penerimaan PNS sesuai dengan pengecualian yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri,Menteri Keuangan Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil, yaitu untuk tenaga pendidik, tenaga kesehatan seperti dokter, bidan atau perawat,dan tenaga khusus dan mendesak baik di kementrian/lembaga maupun pemerintah daerah, tenaga honorer yang telah bekerja sebelum tanggal 1 Januari 2005 pun tetap dapat diangkat menjadi PNS. Oleh karena itu, penerimaan PNS hanya dapat dilakukan sebatas pengecualian yang telah ditetapkan oleh peraturan bersama tersebut. B. Dasar Hukum Moratorium CPNS Dasar hukum dalam moratorium CPNS adalah sebagai berikut:
Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok- Pokok Kepegawaian. Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipi. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calom Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 Tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 Tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 Tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 Tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Janda/Duda. C. Latar Belakang Diberlakukannya Moratorium CPNS
Beberapa daerah di Indonesia telah mengalami pembengkakan jumlah dalam pegawai negeri sipil yang tidak di ikuti dengan pelayanan yang efektif dan efisien. Sistem perekrutan CPNS yang tidak efisien, analisis jabatan dan kebutuhan pegawai negeri sipil tidak berjalan sebagaimana diinginkan. Peningkatan jumlah Pegawai Negeri Sipil di daerah yang begitu besar mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah Pegawai Negeri Sipil dengan ketersediaan anggaran, serta tidak seimbangnya jumlah Pegawai Negeri Sipil dengan kualitas pelayanan publik yang ada. Pemerintah, dalam rangka reformasi birokrasi telah mengeluarkan satu kebijakan yakni Kebijakan Moratorium penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Kebijakan Moratorium penerimaan CPNS ini merupakan upaya pemerintah dalam melakukan penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah. Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tertuang dalam peraturan bersama Menteri Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara sebagai sebuah kementrian negara, lembaga ini bertugas membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pendayagunaan aparatur negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut lembaga ini dibebani fungsi: 1. merumuskan kebijakan pemerintah dibidang pendayagunaan aparatur negara; 2. pengkoordinasian dan penigkatan keterpaduan rencana dan program, pemantauan, analisis, dan evaluasi dibidang pendayagunaan aparatur negara; 3. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan dibidang tugas dan fungsinya kepada Presiden 29. 29 Sri Hartini, Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajad, Op.cit,. Halaman 23
Kewenangan Kantor Menpan sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 101 Tahun 2001 khususnya yang berkaitan dengan dengan kepegawaian sering kali bersinggungan dengan lembaga lain yang juga memiliki tanggung jawab yang sama dengan pengembangan SDM aparatur negara, misalnya BKN. Namun demikian Keppres ini telah menempatkan Kantor Menpan sebagai lembaga yang berwenang membuat kebijakan pendayagunaan aparatur negara 30. Faktor yang melatarbelakangi adanya kebijakan moratorium yaitu: 1. Formasi Pegawai Negeri Sipil yang tidak seimbang Dalam pasal 15 ayat 2 Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, formasi ditetapkan untuk jangka waktu tertantu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja. Analisis kebutuhan merupakan suatu pedoman dalam penyusunan formasi pegawai negeri sipil. Sebagai bahan untuk menetapkan formasi, perlu disusun analisa kebutuhan Pegawai Negeri Sipil oleh Instansi yang bersangkutan. Analisa kebutuhan Pegawai Negeri Sipil adalah suatu proses analisa secara logis dan teratur dari segala dasardasar/faktor-faktor yang ditentukan untuk dapat menentukan jumlah dan susunan pangkat serta kualitas Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan oleh sesuatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugasnya secara berdayaguna, berhasil guna dan berkelanjutan. Analisa kebutuhan Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai salah satu usaha agar setiap Pegawai Negeri Sipil yang ada pada setiap satuan organisasi negara mempunyai pekerjaan tertentu 31. 14 30 Mitfah, Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2005, Halaman 11-31 Ahmad Ghufron, Sudarsono, Op.cit,. halaman 28-29.
Instansi yang menetapkan jumlah pegawai yang akan direkrut, yaitu Badan Kepegawaian Negara dan Menpan dengan memperhatikan pertimbangan dari Menteri Keuangan, karena terkait dengan anggaran yang masih menanggung semua gaji PNS. Instansi yang berwenang melakukan rekrutmen pada pemerintahan pusat adalah biro / bagian kepegawaian dari masing-masing instansi, sedang di daerah yang bertanggung jawab adalah Badan Kepegawaian Daerah 32. Penyusunan formasi harus dilakukan dengan tepat. Jika penyusunannya kurang tepat akan menyebabkan adanya ketidak akuratan database formasi pegawai dan berdampak pada pengambilan keputusan yang kurang tepat dalam menejemen kepegawaian. Ketidak akuratan dalam penyusunan formasi pegawai, akan berakibat pula pada kondisi kepegawaian saat ini, disatu sisi terjadi penumpukan tenaga administrasi. Untuk itu, perlunya pemahaman yang tepat dan tanggung jawab pada setiap jabatan, serta kontribusi hasil jabatan tersebut terhadap pencapaian hasil atau tujuan organisasi. Dengan pemahaman ini, analisis jabatan akan menjadi daftar tanggung jawab yang relevan dengan rancangan strategi dan struktur organisasi, termasuk kewenangan, tantangan dan hubungan kerja yang tercakup didalamnya. Prinsipprinsip ini penting untuk dipahami, pasalnya sering terjadi dibanyak organisasi, bahwa uraian jabatan dibuat tanpa batasan standar jabatan yang sebenarnya dibutuhkan oleh organisasi. Pemerintah diharapkan dapat secara profesional mengangkat, memindah, dan juga memberhentikan jumlah pegawai negeri agar menjadi rata di semua bidang. Perlu adanya pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil yang teratur dan terarah agar semuanya berjalan dengan seimbang. Dalam menempatkan seseorang dalam jabatan atau pengangkatan pegawai dalam suatu pekerjaan, pemerintah harus menggunakan 32 Sri Hartini, Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajad, Op.cit,. Halaman 92
prinsip the right man on the right place artinya orang yang tepat ditugaskan pada tempat yang tepat. 2. Besarnya anggaran negara untuk membiayai belanja pegawai Pertumbuhan jumlah Pegawai Negeri Sipil dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hal ini juga diiringi dengan peningkatan beban belanja pegawai yaitu membayar gaji Pegawai Negeri Sipil. Di Indonesia anggaran negara setiap tahun disusun dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). APBN pada dasarnya sebagai bentuk kepercayaan kepada rakyat kepada pemerintah untuk mengelola keuangan negara sehingga pengelolaan dapat diharapkan memenuhi syarat akuntabilitas, transparan, dan kewajaran. Belanja negara dalam APBN terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Belanja pemerintahan pusat meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, dan lainnya. Belanja pegawai adalah pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus Pegawai Negeri Sipil sebagai imbalan. Sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dari pemerintah kepada pegawai yang telah mengabdikan dirinya untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan, perlu diberikan gaji yang layak baginya 33. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menyatakan, moratorium pegawai negeri sipil (PNS) masih akan berlaku pada 2016. Alasannya, keterbatasan anggaran negara. Pemerintah tidak memiliki cukup uang untuk terus menerus menambah pegawainya. Anggaran belanja pegawai pemerintah pusat saat ini telah melebihi 42% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja 33 Sri Hartini, Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajad, Op.cit,. Halaman 102
Negara (APBN). Sementara, di tingkat daerah ada yang telah mencapai 80%, sehingga perlu dilakukan penghematan. Oleh karena itu harus penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) harus segera ditunda. Meski demikian, untuk pegawai pada sektor pendidikan dan kesehatan. Dua bidang kerja itu masih dapat dilakukan penerimaan karena meski dokter jumlahnya sudah banyak, di daerah-daerah terluar dokter masih dibutuhkan, sekaligus untuk menjaga kedaulatan negara kita, pengangkatan PNS di daerah tertentu juga masih memungkinkan jika ada formasi jabatan yang mendesak harus diisi untuk kepentingan masyarakat, dengan syarat anggaran pegawai di daerah masih memadai. Kebijakan moratorium atau penghentian sementara pengangkatan PNS, menurut Yuddy, ditempuh karena jumlah PNS telah mencapai kurang labih 4.517.000 pegawai. Dengan jumlah itu, rasio kepegawaian terhadap jumlah penduduk secara nasional ada pada angka 1,77. Sementara, banyak daerah yang rasio kepegawaiannya terhadap jumlah penduduk setempat tidak normal yakni mencapai angka 2,5-3. Dengan rasio yang tinggi, maka belanja anggaran pegawainya juga akan membengkak tinggi. Setiap pengadaan satu pegawai akan meningkatkan beban belanja barang dan modal yang terkait dengan pegawai. Tidak cuma gaji, pengadaan baju korpri, kertas, serta belanja barang lainnya ikut membengkak 34. Yuddy merinci, saat awal merekrut maka PNS akan menerima gaji sebesar Rp 2,8 juta plus tunjangan Rp 2,2 juta. Besaran biaya itu diakui tidak memberatkan negara. Tapi, negara juga harus mengeluarkan uang untuk memberikan baju Korpri dan kebutuhan lain seperti komputer. "Belanja barang beli baju Korpri, berapa juta orang dikasih. Sekretaris beli komputer. Jumlah belanja modal, belanja barang, plus belanja pegawai itu angkanya sudah mencapai di atas 80%. Uang negara yang tersedia dari APBN untuk program-program pembangunan kurang dari 20%. Ini postur APBN 34 http://nasional.kompas.com/read/2015/11/25/06421231/menteri.yuddy.moratorium.pns.masih.b erlaku.pada.2016 diakses pada hari rabu, 24 Agustus 2016
yang kurang sehat. Menurut pemerintah negara baru akan sehat bila belanja untuk PNS di kisaran 30%. Dengan moratorium, belanja barang kebutuhan PNS tentu akan berkurang 35. D. Tujuan Diberlakukannya Moratorium CPNS Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah saat ini sedang melaksanakan reformasi birokrasi. Proses reformasi birokrasi belum berjalan dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan, hal ini ditandai dengan pertumbuhan Pegawai Negeri Sipil yang tidak efektif. Sistem perekrutan CPNS yang tidak efisien, analisis jabatan dan kebutuhan PNS tidak berjalan sebagaimana diinginkan. Peningkatan jumlah pegawai negeri sipil di daerah yang begitu besar mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah Pegawai Negeri Sipil dengan ketersediaan anggaran, serta tidak seimbangnya jumlah PNS dengan kualitas pelayanan publik yang ada. Salah satu bidang yang direformasi adalah penataan SDM Aparatur yang antara lain meliputi penataan jumlah dan kualitas serta distribusi Pegawai Negeri Sipil. Salah satu langkah dalam penataan SDM Aparatur tersebut telah ditetapkan program moratorium penerimaan CPNS yang dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada instansi untuk menghitung kebutuhan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja, namun tetap memberi kesempatan kepada instansi untuk melakukan penerimaan CPNS bagi jabatan yang dikecualikan sepanjang instansi tersebut telah melakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penataan ulang Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu langkah untuk memperbaiki formasi Pegawai Negeri Sipil yang tidak seimbang ini. Sejauh ini masih banyak Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang kelebihan pegawai dan ada juga yang 35 http://bisnis.liputan6.com/read/2150941/menteri-yuddy-beber-detail-alasan-moratorium-pns diakses pada hari jumat, 26 Agustus 2016
kekurangan jumlah pegawai. Penataan ini dilakukan agar kinerja PNS lebih maksimal dan diharapkan jumlah PNS dapat disesuaikan dengan beban kerja di setiap SKPD yang ada. Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tertuang dalam peraturan bersama Menteri PAN&RB, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan, Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011. Tujuannya yaitu : 1. Guna mengatasi pertumbuhan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak efektif dan efisien 2. Untuk melakukan penataan organisasi dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Penghematan anggran belanja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dengan demikian, dikeluarkannya kebijakan moratorium CPNS dalam rangka menciptakan birokrasi yang lebih efektif, efisien, dan produktif dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan tata kelola pemerintahan yang baik, serta mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah.