FAKTOR-FAKTOR BANK DALAM MEMBERIKAN PINJAMAN KREDIT DENGAN JAMINAN BARANG KOMODITAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kegiatan perekonomian yang berkesinambungan, banyak sekali

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan praktik penerbangan bukanlah perkara sederhana. Ada banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

Penulisan Hukum (Skripsi)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan dunia yang sangat pesat ini mencakup didalamnya. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian 1. Ketentuan ini

BAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR BANK DALAM MEMBERIKAN PINJAMAN KREDIT DENGAN JAMINAN BARANG KOMODITAS Mutiara Nur Hanifa hanifamutiara@gmail.com Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Pranoto Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Abstract The objectives of this legal research issues concerning the factors used by the banks in providing loans with guarantee of commodity goods. The writing of this law is the legal research that is descriptive. Legal writing this using this type of approach to legislation. Types of data used are secondary data. In this study, data gathering technique used is to study library or study documents, data analysis technique used is explanatory research. Results of the study show that the commodity goods in a Fiduciary Guarantee legislation included in the fiduciary guarantee object, so in granting credit loans with guarantee of commodity items to watch out for with regard to the principle of prudence, the principle of trust, specified as a speciality, and the mechanism of granting credit focused on imposition and registration is warranties. Fiduciary guarantee in respect of the goods in the form of a number of commodity and its value can fluctuate, the bank as lender should provide oversight of actively and passively objects to the existence of the guarantee. Keywords: Credits, Guarantee, Commodity Goods. Abstrak Penulisan hukum ini mengkaji permasalahan mengenai faktor-faktor yang digunakan oleh bank dalam memberikan pinjaman kredit dengan jaminan barang komoditas. Penulisan hukum ini merupakan penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Penulisan hukum ini menggunakan jenis pendekatan undangundang. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan atau studi dokumen, teknik analisis data yang digunakan adalah penelitian eksplanatoris. Hasil kajian menunjukkan bahwa barang komoditas dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia termasuk dalam objek jaminan fidusia, sehingga dalam pemberian pinjaman kredit dengan jaminan barang komoditas hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan prinsip kepercayaan, prinsip kehati-hatian, dirinci sebagai syarat spesialitas, dan mekanisme pemberian kredit terfokus pada pembebanan dan pendaftaran jaminan. Dalam hal jaminan fidusia berupa barang komoditas yang jumlah dan nilainya dapat berubah-ubah, maka pihak bank selaku kreditur harus memberikan pengawasan secara aktif dan pasif terhadap keberadaan benda jaminan tersebut. Kata kunci: Kredit, Jaminan, Barang Komoditas. A. Pendahuluan Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang-perseorangan, badan-badan usaha milik swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian (Hermansyah, 2005 : 7). Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat dilihat pada ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang 1992 Tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam penjelasan resminya yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Hermansyah, 2005 : 18-19). 42 Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan...

Berkaitan dengan demokrasi ekonomi Indonesia, ahli ekonomi Universitas Gadjah Mada Mubyarto merumuskan bahwa demokrasi ekonomi Indonesia sebagai Demokrasi Ekonomi Pancasila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertama, dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah soko guru perekonomian; kedua, perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan moral; ketiga, perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam Pancasila terdapat solidarias sosial; keempat, perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia, yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi; kelima, sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya keseimbangan antara perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan pada desentralisasi di dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi (Hermansyah, 2005 : 19). Perbankan sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penyedia dana dan pemberi jasa di bidang keuangan dalam praktek sering berhadapan dengan kredit macet atau kredit bermasalah, sehingga kinerja perbankan tidak selalu berjalan dengan lancar. Bahkan beberapa Bank harus mengalami kesulitan likuiditas disebabkan adanya gangguan dalam perputaran uang (cash flow) sehingga terpaksa harus diawasi oleh Bank Indonesia bahkan harus ditutup. Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan merumuskan pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Posisi bank sebagai kreditur tidak selamanya memberikan keuntungan dalam rangka pelunasan piutangnya disebabkan oleh beberapa kendala salah satunya adalah kepailitan. Posisi bank dapat sebagai kreditur separatis, kreditur preferen, atau kreditur konkuren tergantung kepada kasus dan posisi bank dalam berhadapan dengan kreditur lainnya. Perikatan antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur dapat berupa Hak Tanggungan, Hak terhadap Jaminan Fidusia, Gadai, Hipotek dan perikatan lainnya. Jaminan atau agunan dalam suatu perjanjian kredit adalah sesuatu yang mutlak dalam pemberian kredit, hal ini sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yaitu tiada kredit tanpa jaminan. Jaminan diperlukan dalam kredit sebagai pejamin kepastian, ketertiban, dan kelancaran pelunasan utang debitur kepada kreditur. Dalam praktik perbankan perlu memperhatikan prinsipprinsip perkreditan yang diantaranya adalah Prinsip 5C yaitu Character (kepribadian), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Conditions of Economy (kondisi ekonomi), Collateral (agunan). Jaminan sebagai kepastian pembayaran kembali utang atau kredit debitur kepada kreditur jika debitur dalam pengembaliannya mengalami kredit macet. Oleh karena itu, perjanjian kredit harus ditopang dengan suatu lembaga jaminan yang fungsinya sebagai pengaman terhadap pengembalian kredit apabila debitur tidak memenuhi prestasinya atau wanprestasi. Apabila debitur wanprestasi, maka secara sukarela kreditur mempunyai hak untuk menuntut piutangnya terhadap harta kekayaan debitur yang dipakai sebagai jaminan. Hak pemenuhan dari kreditur tersebut dilakukan dengan cara penjualan benda-benda yang hasilnya adalah untuk pemenuhan utang debitur (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980 : 31). Dalam pemberian fasilitas kredit terdapat dua macam perjanjian, yaitu: Pertama, perjanjian pokok yang mengatur mengenai kesepakatan pemberian fasilitas kredit oleh kreditur dan debitur memiliki prestasi untuk membayar lunas segala bunga dan pokoknya. Kedua, perjanjian accesoir yang merupakan perjanjian tambahan yang mengatur tentang pembebanan jaminan, sebagai contoh: perjanjian tanggungan, gadai, fidusia, dan lain-lain. Salah satu benda atau obyek jaminan fidusia yang sering diberikan dalam perjanjin kredit adalah benda persediaan. Akan tetapi sebagai jaminan kredit, dalam praktek perbankan benda persediaan relative sulit dalam pengawasannya. Hal ini dikarenakan benda persediaan sangat likuid, jumlah dan nilai dapat berubah seiring dengan kecepatan perputaran benda persediaan dari usaha tersebut. Maka, berdasarkan hal tersebut, penulisan hukum ini akan membahas mengenai faktor-faktor apa sajakah yang membuat bank berani untuk memberikan pinjaman kredit dengan jaminan berupa barang komoditas. B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum (legal research). Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum, bukan hanya sekedar knowabout. Sebagai kegiatan know-how, penelitian Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan... 43

hukum digunakan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki. 2014 : 50). Sifat penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah preskriptif dan terapan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) karena dalam penelitian ini tidak lepas dari peraturan perundang-undangan yang terkait. Dalam penelitian hukum ini, bahan hukum yang penulis gunakan adalah bahan hukum primer yaitu Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dan bahan hukum sekunder berupa karya ilmiah dan penelitian hukum lainnya seperti skripsi, tesis, dan jurnal. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan (library research) atau studi dokumen (literature research) untuk mendapatkan landasan teori dalam penulisan hukum ini. Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat dilihat pada ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang 1992 Tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam penjelasan resminya yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Hermansyah, 2005 : 18-19). Yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Undang- Undang Perbankan tidak memiliki penjelasan secara resmi. Kepercayaan masyarakat merupakan kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu bank, dalam arti tanpa kepercayaan dari masyarakat suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya. Sehingga bank dalam menjalankan kegiatan usahanya dan dalam menerapkan kebijakan harus selalu mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dan didasari dengan itikad baik serta wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti dan professional. Pengucuran atau pemberian kredit yang dilakukan oleh bank pasti memberikan suatu kepercayaan dan suatu resiko. Yang dimaksud dengan memberikan suatu kepercayaan adalah bahwa setiap pemberian kredit, dilandasi dengan adanya keyakinan bahwa kredit tersebut akan dibayar kembali oleh debiturnya sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Yang dimaksud dengan resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak (R. Subekti, 1987 : 59). Dalam pemberian kredit, bank wajib memperhatian hal-hal sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang berbunyi: Pasal 8 ayat (1): Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan. Pasal 8 ayat (2): Bank umum wajib memilik dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan (2) merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada nasabah. Karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama bank, maka dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan menerapkan prinsip kehatihatian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang 1992 Tentang Perbankan (Hermansyah, 2008 : 62-63). Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit oleh bank, pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah berpedoman pada 2 prinsip, yaitu (Hermansyah, 2008 : 65-66): 1. Prinsip Kepercayaan Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikan bermanfaat bagi nasabah dan bank 44 Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan...

percaya nasabah mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 2. Prinsip Kehati-hatian Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya termasuk pemberian kredit harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit. Prinsip kehati-hatian adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan pada bank tersebut. Hal menarik dalam ketentuan prinsip kehati-hatian bank ini adalah adanya kewajiban bagi bank menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Dalam praktik perbankan, yang menjadi dasar dalam hukum perjanjian kredit adalah kesepakatan (konsensualisme) yang tertuang dalam perjanjian antara bank dengan nasabah. Kesepakatan tersebut di dukung dengan beberapa asas hukum perdata antara lain asas kebebasan berkontrak, asas pacta sunt servanda, asas itikad baik (good faith), dan asas kehati-hatian (prudential) yang merupakan asas-asas hukum umum guna menjaga keseimbangan para pihak debitur dan kreditur untuk saling memberikan perlindungan secara timbal balik (Abraham Yazdi Martin, 2009 : 13). Jaminan atau agunan dalam suatu perjanjian kredit adalah sesuatu yang mutlak dalam pemberian kredit, hal ini sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yaitu tiada kredit tanpa jaminan. Jaminan merupakan sarana atau upaya preventif dalam perjanjian kredit yang sangat beresiko tersebut. Dengan adanya agunan atau jaminan (collateral) baik jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan yang diberikan debitur kepada pihak kreditur yang akan menjadi sarana pengaman (safety) bagi pengembalian utang debitur. Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia dijelaskan bahwa karena barang persediaan itu jumlahnya selalu tidak tepat atau berubahubah, maka benda jaminan tersebut harus dirinci sebagai syarat spesialitas seperti keterangan jenis, merk, kualitas dalam akta jaminan fidusia. Barang persediaan merupakan pengecualian dari sifat droit de suite atau hak jaminan mengikuti bendanya dari jaminan fidusia karena barang jaminan tersebut telah dialihkan atau dijual kepada pihak lain. Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak memberikan pengertian dan dasar hukum tentang benda persediaan, akan tetapi mengingat sifatnya yang spesifik, maka perihal jaminan fidusia tentang benda persediaan diatur secara khusus dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Sebagai jaminan kredit, benda persediaan dalam praktek perbankan pengawasannya relatif sulit dikarenakan benda persediaan merupakan benda perdagangan yang sangat likuid yang sewaktu-waktu jumlah dan nilai benda dapat berubah setiap waktu sesuai dengan kecepatan perputaran benda dari usaha tersebut. Perubahan nilai jaminan benda persediaan dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Digunakan dalam proses produksi dan perdagangan; 2. Benda rusak karena tidak terjaga dengan baik; 3. Benda sudah out of date atau sudah ketinggalan zaman sehingga nilai ekonomisnya menurun; 4. Benda disalahgunakan oleh debitur, dalam arti benda tersebut digunakan untuk perputaran usaha tetapi tidak diganti dengan benda yang setara nilai, jenis atau jumlahnya, atau benda persediaan tersebut merupakan barang pinjaman. Dalam hal pemberian fasilitas kredit ini, pada prakteknya agunan merupakan hal yang diutamakan sehingga sebenarnya agunan lebih dipentingkan dari hanya sekedar jaminan berupa keyakinan atas kemampuan debitur dalam melunasi utangnya. Hal demikian sangat berdasar karena jaminan berupa keyakinan sangat abstrak dan penilaiannya subjektif. Sedangkan berbeda dengan agunan, yang penilaiannya objektif dan secara ekonomi apabila terjadi debitur wanprestasi atau adanya kredit yang bermasalah, maka agunan tersebut masih dapat menutup sisa tagihan dengan mengeksekusi benda yang menjadi jaminan tersebut. Dalam fidusia, mekanisme dan proses pemberian kredit lebih sederhana dibandingkan dengan kredit perbankan. Mekanisme pemberian kredit hanya terfokus pada dua, yaitu mekanisme pembebanan dan mekanisme pendaftaran. Karena pada prinsipnya perjanjian fidusia hanya didasarkan pada kepercayaan, jadi calon penerima kredit tidak terlalu dibebani oleh aspek-aspek teknis sebagaimana pada perjanjian kredit pada umumnya dengan prinsip 5C (Fatma Paparang, 2014 : 59-61). Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan... 45

Mekanisme pemberian kredit dengan jaminan fidusia ini dilakukan dengan memegang prinsip kehati-hatian. Pemberian kredit dengan jaminan fidusia ini lebih kepada faktor kepercayaan, bonafiditas, dan prospek kegiatan usaha debitur. Faktor penting yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko adalah keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan, dan prospek usaha debitur. D. Simpulan Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa benda persediaan termasuk dalam hal ini barang komoditas atau inventory dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia termasuk dalam obyek jaminan fidusia yang diatur dalam Pasal 20. Kemudian faktor-faktor lain sehingga bank berani dalam memberikan pinjaman kredit dengan jaminan barang komoditas adalah: 1. Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit oleh bank kepada debitur, yaitu prnsip kepercayaan dan prinsip kehati-hatian. 2. Benda jaminan harus dirinci sebagai syarat spesialitas seperti keterangan merk, jenis, kualitas dalam akta jaminan fidusia. 3. Mekanisme proses pemberian kredit pada jaminan fidusia terfokus pada dua, yaitu mekanisme pembebanan dan mekanisme pendaftaran. 4. Keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan, dan prospek usaha debitur. E. Saran Dalam hal jaminan fidusia berupa barang komoditas yang jumlah dan nilainya dapat berubah-ubah, maka pihak bank selaku kreditur harus memberikan pengawasan secara aktif dan pasif terhadap keberadaan benda jaminan tersebut agar apabila kreditur mengalami kredit macet dapat terhindarkan dari pengalihan benda persediaan tersebut tanpa diganti dengan yang setara. Daftar Pustaka Abraham Yazdi Martin. 2009. Perlindungan Hukum Terhadap Pemberian Kredit dengan Jaminan Fidusia. Skripsi, Depok : Fakultas Hukum Universitas Indonesia Aermadepa. 2012. Pendaftaran Jaminan Fidusia, Masalah dan Dilema Dalam Pelaksanaannya. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Volume 5 Nomor 1, Juni 2012, Solok : Fakultas Hukum UMMY Solok Aprilianti. 2011. Fidusia Sebagai Lembaga Jaminan Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. Fiat Justisia, Volume 5 Nomor 1, Januari-April 2011, Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung Dyah Kusumaningrum. 2008. Pelaksanaan Perjanjian Kredit yang Diikat Dengan Jaminan Fidusia di PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk Cabang Semarang. Tesis Magister Kenotariatan, Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Fatma Paparang. 2014. Implementasi Jaminan Fidusia dalam Pemberian Kredit di Indonesia. Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum, Volume 1 Nomor 2, Tahun 2014, Manado : Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum Edisi Revisi. Jakarta: Kencana P r a n e d a M e d i a Group R. Subekti. 1987. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta : Liberty Offset 46 Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan...